
'Tak Elok Mendesak Wiranto Mundur dari Dewan Pembina Hanura'
Redaksi, CNBC Indonesia
15 December 2019 13:16

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Hati Nurani Rakyat Tien Aspasia mengkritik pernyataan Ketua DPP Hanura Inas Nasrullah Zubir terkait keputusan Presiden Joko Widodo melantik Ketua Dewan Pembina DPP Hanura Jenderal TNI (Purn) Wiranto sebagai anggota dewan perimbangan presiden.
Dilansir detik.com, Inas meminta Wiranto mundur dari jabatan itu lantaran bertentangan dengan UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang Dewan Pertimbangan Presiden. Dalam UU itu, anggota wantimpres dilarang merangkap jabatan sebagai pengurus partai.
"Inas sebagai kader yang dulu juga sebagai ketua DPD Banten era pak Wiranto sebagai ketum komentarnya sangat memalukan dan tidak pada tempatnya. Pak Wiranto tentu tidak akan menanggapi komentar tersebut karena memang tidak level Beliaulah unttuk menanggapi," ujar Tien kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Minggu (15/12/2019).
"Urusan kapan mundur atau tidak, Pak Wiranto sebagai ketua dewan pembina partai Hanura yang kini menjabat sebagai ketua wantimpres itu adalah urusan Pak Wiranto. Beliau lebih tahu apa yang akan dilakukan. Gak perlu repot-repot Pak Inas komentar. Dalam UU Nomor 19 Tahun 2006 masih ada waktu tiga bulan kok. Dulu Pak Wiranto jadi menteri pun beliau secara konsisten dan elegan mundur jadi ketua umum partai Hanura," lanjutnya.
Tien juga mengkritik pernyataan Inas yang mengomentari surat permintaan Dewan Pembina Hanura yang meminta agar Ketua Umum DPP Hanura Oesman Sapta Oedang (OSO) mundur dari jabatannya. Inas menuding Wiranto dan Subagyo HS yang duduk di dewan pertimbangan partai menjadi dalang kerusakan partai.
"Sangat tidak elok jika mengeluarkan statement yang tidak jelas dan hanya karena kepanikan semata. Sebagai kader yang punya pikiran jernih harusnya Pak Inas lebih kritis dan memberikan masukan logis kepada pak OSO agar taat dan patuh pada pakta integritas yang sudah dibuat. Karena ini jelas memberikan contoh kepemimpinan yang baik kepada semua kader," kata Tien.
"Kita berharap jangan ada Kader Hanura yang takut untuk mengeluarkan pendapatnya dan mendukung tindakan Pak Wiranto. Karena ini adalah semata upaya penyelamatan partai Hanura dan untuk membangun partai yang kuat lagi ke depan," lanjutnya.
Jumat lalu, Jokowi melantik sembilan anggota wantimpres periode 2019-2024. Presiden memilih Wiranto sebagai ketua Wantimpres. Lalu, apa alasan Jokowi?
"Tadi saya sampaikan, masalah pengalaman, track record, Pak Wiranto kan track record dan pengalamannya panjang di pemerintahan, menangani banyak masalah. Ini kan memberikan pertimbangan dan nasihat kepada presiden," ujarnya di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (13/12/2019).
Terpisah, Wiranto mengucapkan terima kasih kepada Jokowi yang telah memberikan kesempatan untuk terus berkhidmat dalam pemerintahan.
"Memberikan suatu sumbang pikir dalam rangka pemerintahan Pak Jokowi yang kedua," ujarnya.
Eks menteri koordinator bidang politik hukum dan keamanan itu menuturkan tidak mudah memberikan pertimbangan kepada presiden yang memiliki instrumen yang sangat lengkap. Namun, Wiranto menyebut pengalaman menjadi menko akan sangat bermanfaat dalam menjalankan tugas selaku ketua Wantimpres.
"Paling tidak saya paham obsesi kenegarawanan beliau tentang negeri in. Saya juga sudah paham. Semoga mudah-mudahan kami akan bekerja, mudah-mudahan kami bisa memberikan sumbang pikir dalam ruang yang mungkin berbeda dengan instrumen yang beliau sudah ada," katanya.
Jokowi membenarkan sempat menunjuk OSO untuk masuk ke anggota wantimpres. Namun tawaran Jokowi ditolak oleh pria yang akrab disapa OSO itu.
"Pak Oesman Sapta Odang memang semula kami pilih," kata Jokowi.
Ia lantas menjelaskan bahwa anggota wantimpres tidak boleh aktif pada jabatan di partai politik. Artinya, jika OSO menerima tawaran jadi wantimpres, maka ia wajib melepaskan jabatan ketum Partai Hanura.
"Pak Oesman Sapta tadi pagi menyampaikan ke mensesneg bahwa beliau lebih mencintai partai sehingga tidak mau dan mundur dari Wantimpres," kata Jokowi.
Sebelumnya, OSO menolak dijadikan anggota wantimpres. Dia lebih pilih fokus di Partai Hanura, ketimbang menerima tawaran Jokowi.
"Hari nurani saya besar dengan partai, untuk jadi anggota wantimpres harus tidak menjabat jabatan pimpinan parpol, nah apalagi kalau pimpinan Wantimpres," kata OSO ketika ditemui di kantor Kementerian Sekretariat Negara, Jumat (13/12/2019).
Kendati demikian, dia mengaku sangat berterima kasih karena sudah ditawari Jokowi. OSO menilai, tawaran itu merupakan penghargaan besar dari Presiden Jokowi kepada dirinya.
"Saya sangat terima kasih sekali atas penghargaan presiden, Bapak saya. Dalam syarat itu saya tak mau bohongi presiden," tandasnya.
Dia juga menegaskan, tawaran ini sekaligus merupakan pemberian kesempatan kepada Partai Hanura. Di samping itu, meski dia menolak, ke depan Partai Hanura tetap akan berkoalisi dengan pemerintah.
"Saya memutuskan untuk sementara akan terus bersama teman-teman seperjuangan agar tetap, walau bagaimana kami akan 100% dukung presiden dalam pemerintahan," kata OSO.
(miq/miq) Next Article Prabowo Puji Jokowi Saat Meresmikan Puluhan Proyek Listrik di Sumedang
Dilansir detik.com, Inas meminta Wiranto mundur dari jabatan itu lantaran bertentangan dengan UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang Dewan Pertimbangan Presiden. Dalam UU itu, anggota wantimpres dilarang merangkap jabatan sebagai pengurus partai.
"Inas sebagai kader yang dulu juga sebagai ketua DPD Banten era pak Wiranto sebagai ketum komentarnya sangat memalukan dan tidak pada tempatnya. Pak Wiranto tentu tidak akan menanggapi komentar tersebut karena memang tidak level Beliaulah unttuk menanggapi," ujar Tien kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Minggu (15/12/2019).
Tien juga mengkritik pernyataan Inas yang mengomentari surat permintaan Dewan Pembina Hanura yang meminta agar Ketua Umum DPP Hanura Oesman Sapta Oedang (OSO) mundur dari jabatannya. Inas menuding Wiranto dan Subagyo HS yang duduk di dewan pertimbangan partai menjadi dalang kerusakan partai.
"Sangat tidak elok jika mengeluarkan statement yang tidak jelas dan hanya karena kepanikan semata. Sebagai kader yang punya pikiran jernih harusnya Pak Inas lebih kritis dan memberikan masukan logis kepada pak OSO agar taat dan patuh pada pakta integritas yang sudah dibuat. Karena ini jelas memberikan contoh kepemimpinan yang baik kepada semua kader," kata Tien.
"Kita berharap jangan ada Kader Hanura yang takut untuk mengeluarkan pendapatnya dan mendukung tindakan Pak Wiranto. Karena ini adalah semata upaya penyelamatan partai Hanura dan untuk membangun partai yang kuat lagi ke depan," lanjutnya.
Jumat lalu, Jokowi melantik sembilan anggota wantimpres periode 2019-2024. Presiden memilih Wiranto sebagai ketua Wantimpres. Lalu, apa alasan Jokowi?
"Tadi saya sampaikan, masalah pengalaman, track record, Pak Wiranto kan track record dan pengalamannya panjang di pemerintahan, menangani banyak masalah. Ini kan memberikan pertimbangan dan nasihat kepada presiden," ujarnya di Komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (13/12/2019).
Terpisah, Wiranto mengucapkan terima kasih kepada Jokowi yang telah memberikan kesempatan untuk terus berkhidmat dalam pemerintahan.
"Memberikan suatu sumbang pikir dalam rangka pemerintahan Pak Jokowi yang kedua," ujarnya.
Eks menteri koordinator bidang politik hukum dan keamanan itu menuturkan tidak mudah memberikan pertimbangan kepada presiden yang memiliki instrumen yang sangat lengkap. Namun, Wiranto menyebut pengalaman menjadi menko akan sangat bermanfaat dalam menjalankan tugas selaku ketua Wantimpres.
"Paling tidak saya paham obsesi kenegarawanan beliau tentang negeri in. Saya juga sudah paham. Semoga mudah-mudahan kami akan bekerja, mudah-mudahan kami bisa memberikan sumbang pikir dalam ruang yang mungkin berbeda dengan instrumen yang beliau sudah ada," katanya.
Jokowi membenarkan sempat menunjuk OSO untuk masuk ke anggota wantimpres. Namun tawaran Jokowi ditolak oleh pria yang akrab disapa OSO itu.
"Pak Oesman Sapta Odang memang semula kami pilih," kata Jokowi.
Ia lantas menjelaskan bahwa anggota wantimpres tidak boleh aktif pada jabatan di partai politik. Artinya, jika OSO menerima tawaran jadi wantimpres, maka ia wajib melepaskan jabatan ketum Partai Hanura.
"Pak Oesman Sapta tadi pagi menyampaikan ke mensesneg bahwa beliau lebih mencintai partai sehingga tidak mau dan mundur dari Wantimpres," kata Jokowi.
Sebelumnya, OSO menolak dijadikan anggota wantimpres. Dia lebih pilih fokus di Partai Hanura, ketimbang menerima tawaran Jokowi.
"Hari nurani saya besar dengan partai, untuk jadi anggota wantimpres harus tidak menjabat jabatan pimpinan parpol, nah apalagi kalau pimpinan Wantimpres," kata OSO ketika ditemui di kantor Kementerian Sekretariat Negara, Jumat (13/12/2019).
Kendati demikian, dia mengaku sangat berterima kasih karena sudah ditawari Jokowi. OSO menilai, tawaran itu merupakan penghargaan besar dari Presiden Jokowi kepada dirinya.
"Saya sangat terima kasih sekali atas penghargaan presiden, Bapak saya. Dalam syarat itu saya tak mau bohongi presiden," tandasnya.
Dia juga menegaskan, tawaran ini sekaligus merupakan pemberian kesempatan kepada Partai Hanura. Di samping itu, meski dia menolak, ke depan Partai Hanura tetap akan berkoalisi dengan pemerintah.
"Saya memutuskan untuk sementara akan terus bersama teman-teman seperjuangan agar tetap, walau bagaimana kami akan 100% dukung presiden dalam pemerintahan," kata OSO.
(miq/miq) Next Article Prabowo Puji Jokowi Saat Meresmikan Puluhan Proyek Listrik di Sumedang
Most Popular