
Bank Dunia: Kerugian Kebakaran Hutan RI Capai Rp 72,95 T
Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
11 December 2019 15:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Dunia mencatat kebakaran hutan yang terjadi secara masif sejak 2015-2019 di Indonesia memberi kerugian secara ekonomi mencapai US$ 5,2 miliar atau sebesar Rp 72,95 triliun (Kurs Rp 14.000/US$).
Lead Economist World Bank Indonesia Frederico Gil Sander mengatakan bahwa sampai dengan September 2019, lebih 900.000 orang mengalami gangguan pernapasan.
Selain itu, 12 bandar udara nasional berhenti beroperasi. Bukan hanya Indonesia saja yang mengalami kerugian dari kebakaran hutan tersebut, kerugian juga dialami oleh negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
"Ratusan sekolah di Indonesia, Malaysia dan Singapura diliburkan sementara," ujar Frederico di Energy Building, Rabu (11/12/2019).
Lebih lanjut, Frederico mengatakan, kerugian ekonomi atas kebakaran hutan yang terjadi secara masif tersebut yang terjadi di delapan provinsi. Di antaranya Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Riau, Kalimantan Barat, Jambi, Kalimantan Timur, dan Papua.
"Kerusakan dan kerugian ekonomi yang terjadi di 8 provinsi tersebut di sepanjang Juni-Oktober 2019 diperkirakan mencapai US$ 5,2 miliar. Atau 0,5% dari GDP Indonesia," ujarnya.
Dalam laporan Bank Dunia Indonesia Economic Quarterly Desember 2019, luas lahan kebakaran hutan yang terjadi di 8 Provinsi seluas 620.201 hektar lahan hutan yang terbakar, yang terjadi pada Januari - September 2019.
"9 kali lebih besar dari luas lahan DKI Jakarta," tulis laporan Bank Dunia tersebut.
Bank Dunia juga menyebut, kebakaran hutan tersebut juga bakal berpengaruh terhadap kondisi perekonomian dalam negeri. Di mana, bakal berpengaruh terhadap produksi dari komoditas seperti tanaman hutan tahunan serta kayu yang membutuhkan setidaknya 2 hingga 5 tahun untuk bisa dipanen.
Bank Dunia juga memperkirakan penurunan 0,09% dan 0,05% terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia masing-masing tahun 2019 dan 2020 akibat kebakaran hutan.
Secara keseluruhan ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh 5 persen untuk 2019 dan 5,1 persen untuk 2020.
"Kebakaran hutan dan kabut asap yang terjadi secara berulang juga meningkatkan persepsi global terhadap produk minyak kelapa sawit asal Indonesia. Hal tersebut terlihat dari merosotnya permintaan dari negara-negara Eropa juga rencana Uni Eropa untuk tak lagi menggunakan bahan bakar alami berbasis minyak kelapa sawit mulai 2030 mendatang," tulis laporan Bank Dunia.
(dru) Next Article Detik-detik Bos Bank Dunia Sowan Jokowi di Istana Merdeka
Lead Economist World Bank Indonesia Frederico Gil Sander mengatakan bahwa sampai dengan September 2019, lebih 900.000 orang mengalami gangguan pernapasan.
Selain itu, 12 bandar udara nasional berhenti beroperasi. Bukan hanya Indonesia saja yang mengalami kerugian dari kebakaran hutan tersebut, kerugian juga dialami oleh negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.
Lebih lanjut, Frederico mengatakan, kerugian ekonomi atas kebakaran hutan yang terjadi secara masif tersebut yang terjadi di delapan provinsi. Di antaranya Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, Riau, Kalimantan Barat, Jambi, Kalimantan Timur, dan Papua.
"Kerusakan dan kerugian ekonomi yang terjadi di 8 provinsi tersebut di sepanjang Juni-Oktober 2019 diperkirakan mencapai US$ 5,2 miliar. Atau 0,5% dari GDP Indonesia," ujarnya.
Dalam laporan Bank Dunia Indonesia Economic Quarterly Desember 2019, luas lahan kebakaran hutan yang terjadi di 8 Provinsi seluas 620.201 hektar lahan hutan yang terbakar, yang terjadi pada Januari - September 2019.
"9 kali lebih besar dari luas lahan DKI Jakarta," tulis laporan Bank Dunia tersebut.
Bank Dunia juga menyebut, kebakaran hutan tersebut juga bakal berpengaruh terhadap kondisi perekonomian dalam negeri. Di mana, bakal berpengaruh terhadap produksi dari komoditas seperti tanaman hutan tahunan serta kayu yang membutuhkan setidaknya 2 hingga 5 tahun untuk bisa dipanen.
Bank Dunia juga memperkirakan penurunan 0,09% dan 0,05% terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia masing-masing tahun 2019 dan 2020 akibat kebakaran hutan.
Secara keseluruhan ekonomi Indonesia diperkirakan tumbuh 5 persen untuk 2019 dan 5,1 persen untuk 2020.
"Kebakaran hutan dan kabut asap yang terjadi secara berulang juga meningkatkan persepsi global terhadap produk minyak kelapa sawit asal Indonesia. Hal tersebut terlihat dari merosotnya permintaan dari negara-negara Eropa juga rencana Uni Eropa untuk tak lagi menggunakan bahan bakar alami berbasis minyak kelapa sawit mulai 2030 mendatang," tulis laporan Bank Dunia.
(dru) Next Article Detik-detik Bos Bank Dunia Sowan Jokowi di Istana Merdeka
Most Popular