
Gara-gara Krisis Babi, Inflasi di China Meroket Tajam
Wahyu Daniel, CNBC Indonesia
10 December 2019 11:14

Jakarta, CNBC Indonesia - Inflasi di China bergerak ke tingkat tertingginya dalam hampir lebih dari delapan tahun terakhir di November. Ini karena krisis babi yang terjadi di negeri tirai bambu tersebut. Seperti diketahu, akibat demam babi Afrika (African Swine Fever/ASF) membuat babi di negara itu langka.
Dilansir dari AFP, Selasa (10/12/2019), laju inflasi yang tercermin dari indeks harga konsumen mencapai 4,5% pada November 2019. Angka ini naik dari 3,8% di Oktober 2019 atau tertinggi sejak Januari 2012.
Polling inflasi sejumlah analis yang dilakukan Bloomberg News memproyeksikan inflasi di China bakal mencapai 4,3% di November 2019.
Demam babi Afrika yang terjadi sejak Agustus 2018 telah mengganggu pasokan babi di China, dan membuat harga daging babi naik 110,2% sepanjang November.
Pasokan babi turun 40%, dan otoritas China pada pekan lalu meluncurkan rencana untuk memulihkan kembali produksi babi mulai 2021. Krisis babi membuat harga daging sapi, kambing, dan telur naik di China. Target inflasi di 2019 adalah di kisaran 3%.
(wed/miq) Next Article Bagai Cerita X-Men, Ini Kisah China Kembangkan Babi Mutan
Dilansir dari AFP, Selasa (10/12/2019), laju inflasi yang tercermin dari indeks harga konsumen mencapai 4,5% pada November 2019. Angka ini naik dari 3,8% di Oktober 2019 atau tertinggi sejak Januari 2012.
Polling inflasi sejumlah analis yang dilakukan Bloomberg News memproyeksikan inflasi di China bakal mencapai 4,3% di November 2019.
Pasokan babi turun 40%, dan otoritas China pada pekan lalu meluncurkan rencana untuk memulihkan kembali produksi babi mulai 2021. Krisis babi membuat harga daging sapi, kambing, dan telur naik di China. Target inflasi di 2019 adalah di kisaran 3%.
(wed/miq) Next Article Bagai Cerita X-Men, Ini Kisah China Kembangkan Babi Mutan
Most Popular