
Agresif! RI Target Perdagangan dengan AS Naik US$ 60 Juta
Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
03 December 2019 12:44

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian melakukan pertemuan dengan delegasi United States-Association of South East Asian Nations Business Council (US-ABC).
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Iskandar Simorangkir mengatakan, pertemuan dengan US-ABC bertujuan untuk saling bertukar pandang mengenai cara-cara meningkatkan hubungan business to government (B2G).
Pada kesempatan itu, kata Iskandar, Senior Vice President dan Regional Managing Director US-ABC Ambassador Michael W. Michalak mendapatkan penjelasan dari pihaknya bagaimana Indonesia dalam membentuk ekosistem bisnis yang berkualitas.
Pertemuan ini menurut Iskandar sebagai salah satu upaya mencari solusi untuk meningkatkan nilai perdagangan dengan AS yang mencapai US$ 60 juta dalam kurun waktu lima tahun ke depan.
"Jadi, untuk memperluas kerja sama perdagangan, kita harus berfokus pada usaha kolaboratif untuk mencapai nilai perdagangan sebesar US$60 juta dalam jangka waktu lima tahun ke depan, terutama dalam industri komplementer," ujar Iskandar dalam siaran resmi yang diterima CNBC Indonesia, Selasa (3/12/2019).
Untuk diketahui, AS merupakan mitra dagang ketiga terbesar untuk Indonesia setelah China dan Jepang. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (2018), nilai perdagangan bilateral antara Indonesia dan AS sebesar US$ 28,6 miliar.
Nilai perdagangan sebesar US$ 28,6 miliar tersebut naik 10,42% dari jumlah US$ 25,9 miliar pada 2017. Sementara, investasi langsung (foreign direct investment/FDI) AS di Indonesia senilai US$ 1.217 juta untuk 572 proyek.
Menurut Iskandar, situasi dan kondisi perekonomian Indonesia dan AS dapat saling melengkapi. Hal ini didukung pula oleh volume perdagangan dan investasi yang tinggi antara kedua negara.
"Maka, kedua negara harus terus meningkatkan kerja sama ekonomi, terutama pada bidang perdagangan [ekspor-impor], investasi, dan teknologi," ujarnya.
(sef/sef) Next Article Kalah di Sepatu, RI Ternyata Tak Tekor Dagang dengan Vietnam
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Iskandar Simorangkir mengatakan, pertemuan dengan US-ABC bertujuan untuk saling bertukar pandang mengenai cara-cara meningkatkan hubungan business to government (B2G).
Pada kesempatan itu, kata Iskandar, Senior Vice President dan Regional Managing Director US-ABC Ambassador Michael W. Michalak mendapatkan penjelasan dari pihaknya bagaimana Indonesia dalam membentuk ekosistem bisnis yang berkualitas.
"Jadi, untuk memperluas kerja sama perdagangan, kita harus berfokus pada usaha kolaboratif untuk mencapai nilai perdagangan sebesar US$60 juta dalam jangka waktu lima tahun ke depan, terutama dalam industri komplementer," ujar Iskandar dalam siaran resmi yang diterima CNBC Indonesia, Selasa (3/12/2019).
Untuk diketahui, AS merupakan mitra dagang ketiga terbesar untuk Indonesia setelah China dan Jepang. Berdasarkan data Kementerian Perdagangan (2018), nilai perdagangan bilateral antara Indonesia dan AS sebesar US$ 28,6 miliar.
Nilai perdagangan sebesar US$ 28,6 miliar tersebut naik 10,42% dari jumlah US$ 25,9 miliar pada 2017. Sementara, investasi langsung (foreign direct investment/FDI) AS di Indonesia senilai US$ 1.217 juta untuk 572 proyek.
Menurut Iskandar, situasi dan kondisi perekonomian Indonesia dan AS dapat saling melengkapi. Hal ini didukung pula oleh volume perdagangan dan investasi yang tinggi antara kedua negara.
"Maka, kedua negara harus terus meningkatkan kerja sama ekonomi, terutama pada bidang perdagangan [ekspor-impor], investasi, dan teknologi," ujarnya.
(sef/sef) Next Article Kalah di Sepatu, RI Ternyata Tak Tekor Dagang dengan Vietnam
Most Popular