
Catat! BI Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 5,1% di 2019
Monica Wareza, CNBC Indonesia
02 December 2019 19:43

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi di tahun ini akan lebih lebih rendah dari capaian di tahun lalu, yakni 5,1% paling tinggi. Turunnya level itu tak lepas dari pengaruh global yang menyebabkan ekspor Indonesia tertahan, tapi masih ditopang oleh konsumsi dalam negeri.
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti mengatakan kondisi global dinilai menantang sepanjang tahun ini. Bahkan, tahun 2019 dinilai menjadi tahun yang paling berat untuk perekonomian dalam negeri.
"Jadi kita melihat angka 5,1% itu angka yang durable untuk tahun ini ... Tapi kita expect ya itu deket-deket 5,1%, di atas 5% lah karena kita masih punya dari sisi konsumsi kita masih quite strong, governance support untuk konsumsi khususnya di masyarakat yang berpendapatan di bawah juga banyak," kata Destry di gedung BI, Jakarta, Senin (2/12/2019).
Dia menjelaskan, penyebab loyonya perekonomian di tahun ini karena negara tujuan ekspor terbesar Indonesia juga mengalami perlambatan ekonomi, yakni China, India dan Eropa. Namun, menurut Destry, ada sisi positif dari dalam negeri.
"Untung aja B20 udah jalan. Jadi kalau kita liat impor oil and gas itu turunnya signifikan jadi udah impact-nya, udah agak mengurangi di neraca perdagangan kita yang akhirnya memengaruhi neraca transaksi berjalan," lanjutnya.
Beberapa waktu lalu, BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan III-2019 mencapai 5,02%. Sementara target dalam APBN 2020 sebesar 5,4%.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sebesar 5,02% pada triwulan III-2019, terbilang masih lebih baik dibandingkan dengan negara lain. Ia bukan merupakan pertumbuhan yang rendah sehingga harus bisa memberikan optimisme negara untuk bisa menggerakkan ekonomi Indonesia.
"Banyak negara lain penurunannya lebih stick dan levelnya lebih besar. Bahkan Tiongkok di level 6% turunnya. Kalau turunnya 10% sampai 11% turunnya ke level 6%. Jika dibandingkan dengan Indonesia, Indonesia bisa steady pada level 5%," paparnya di Indonesia Banking Expo 2019 di Hotel Fairmont Jakarta, Rabu (6/11/2019).
Maka dari itu, pekerjaan rumah (PR) utama pemerintah ke depan adalah bisa menjaga momentum pertumbuhan ekonomi atau bahkan bisa ditingkatkan lagi. Caranya dengan memastikan investor yang sudah masuk nyaman dengan kebijakan ekonomi di Indonesia.
"Nomer dua, FDI [Foreign Direct Investment] kita mesti bicara iklim investasi dan tersedianya infrastruktur dan adanya regulasi yang baik, untuk menciptakan dan mendukung iklim dunia usaha," kata Suahasil.
"Permintaan ekspor dari Indonesia juga menurun. Ini juga yang terlihat pada triwulan III-2019 terakhir yang tertekan. Ekspor kita praktis 0% flat pertumbuhan tahunannya. Di sisi lain impor content yang lumayan, juga terkena imbasnya. Tiga jalur ini yang harus diperhatikan dengan serius antar stakeholder, karena dampaknya kepada pertumbuhan ekonomi domestik," lanjutnya.
(miq/miq) Next Article Tugas Berat Destry Damayanti Sebagai DGS BI, Apa Saja?
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti mengatakan kondisi global dinilai menantang sepanjang tahun ini. Bahkan, tahun 2019 dinilai menjadi tahun yang paling berat untuk perekonomian dalam negeri.
"Jadi kita melihat angka 5,1% itu angka yang durable untuk tahun ini ... Tapi kita expect ya itu deket-deket 5,1%, di atas 5% lah karena kita masih punya dari sisi konsumsi kita masih quite strong, governance support untuk konsumsi khususnya di masyarakat yang berpendapatan di bawah juga banyak," kata Destry di gedung BI, Jakarta, Senin (2/12/2019).
"Untung aja B20 udah jalan. Jadi kalau kita liat impor oil and gas itu turunnya signifikan jadi udah impact-nya, udah agak mengurangi di neraca perdagangan kita yang akhirnya memengaruhi neraca transaksi berjalan," lanjutnya.
Beberapa waktu lalu, BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan III-2019 mencapai 5,02%. Sementara target dalam APBN 2020 sebesar 5,4%.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang sebesar 5,02% pada triwulan III-2019, terbilang masih lebih baik dibandingkan dengan negara lain. Ia bukan merupakan pertumbuhan yang rendah sehingga harus bisa memberikan optimisme negara untuk bisa menggerakkan ekonomi Indonesia.
"Banyak negara lain penurunannya lebih stick dan levelnya lebih besar. Bahkan Tiongkok di level 6% turunnya. Kalau turunnya 10% sampai 11% turunnya ke level 6%. Jika dibandingkan dengan Indonesia, Indonesia bisa steady pada level 5%," paparnya di Indonesia Banking Expo 2019 di Hotel Fairmont Jakarta, Rabu (6/11/2019).
Maka dari itu, pekerjaan rumah (PR) utama pemerintah ke depan adalah bisa menjaga momentum pertumbuhan ekonomi atau bahkan bisa ditingkatkan lagi. Caranya dengan memastikan investor yang sudah masuk nyaman dengan kebijakan ekonomi di Indonesia.
"Nomer dua, FDI [Foreign Direct Investment] kita mesti bicara iklim investasi dan tersedianya infrastruktur dan adanya regulasi yang baik, untuk menciptakan dan mendukung iklim dunia usaha," kata Suahasil.
"Permintaan ekspor dari Indonesia juga menurun. Ini juga yang terlihat pada triwulan III-2019 terakhir yang tertekan. Ekspor kita praktis 0% flat pertumbuhan tahunannya. Di sisi lain impor content yang lumayan, juga terkena imbasnya. Tiga jalur ini yang harus diperhatikan dengan serius antar stakeholder, karena dampaknya kepada pertumbuhan ekonomi domestik," lanjutnya.
(miq/miq) Next Article Tugas Berat Destry Damayanti Sebagai DGS BI, Apa Saja?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular