40 Orang Tewas, Perdana Menteri Irak Mengundurkan Diri

tahir saleh, CNBC Indonesia
01 December 2019 22:41
Perdana Menteri Irak Adel Abdul-Mahdi mundur.
Foto: Protes Irak di Jalan Rasheed, Baghdad, Irak pada Minggu 24 November 2019 (AP Photo/Khalid Mohammed)

Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri Irak Adel Abdul-Mahdi menyatakan pada Jumat lalu (29/11/2019) bahwa dia akan mengajukan pengunduran diri ke parlemen. Keputusan ini diumumkan Abdul sehari setelah lebih dari 40 orang tewas oleh pasukan keamanan.

Pengunduran diri ini juga dilakukan setelah ulama
Syiah di Irak menyatakan menarik dukungan bagi pemerintah. Hal itu disampaikan ulama Syiah, Grand Ayatollah Ali Al-Sistani, dalam khotbah Jumat.

Dalam pernyataan dikutip CNBC International, Abdul-Mahdi mengatakan dia mendengarkan dengan seksana khotbah yang disampaikan Al-Sistani dan membuat keputusan tersebut.

"Saya akan menyerahkan kepada parlemen sebuah memorandum resmi soal pengunduran diri dari [jabatan] perdana menteri saat ini sehingga parlemen dapat meninjau kembali keputusan ini," katanya. Abdul-Mahdi diangkat Perdana Menteri Irak lebih dari setahun yang lalu sebagai kandidat hasil konsensus blok politik.

Foto: Protes Irak di Jalan Rasheed, Baghdad, Irak pada Minggu 24 November 2019 (AP Photo/Khalid Mohammed)


Parlemen Irak dikabarkan akan bertemu pada Minggu ini, sementara Parlemen Irak juga akan memilih apakah akan menerima pengunduran diri Abdul Mahdi. Hal ini mengingat undang-undang di sana tidak memberikan prosedur yang jelas bagi anggota parlemen untuk mengakui pengunduran diri perdana menteri atau tidak. Pasalnya, aturan memungkinkan perdana menteri mengajukan pengunduran diri ke presiden.

Dalam khotbah Jumat, Grand Ayatollah Ali al-Sistani mengatakan parlemen, yang memilih pemerintahan Perdana Menteri Adel Abdul-Mahdi, harus "mempertimbangkan kembali pilihannya tersebut". Demikian khotbah itu disampaikan di kota suci Najaf.

CNBC International melaporkan, tiga pengunjuk rasa tewas dan delapan lainnya luka-luka oleh pasukan keamanan pada hari Jumat, akibat tembakan peluru langsung di kota selatan Nasiriyah. Kekerasan meninggi setelah pertumpahan darah hari sebelumnya.

Al-Sistani juga mengatakan para pemrotes harus membedakan antara demonstran damai dan mereka yang berusaha mengubah gerakan itu menjadi kekerasan. Hal ini ditegaskan Al-Sistani setelah terjadi pembakaran sebuah gedung konsulat Iran di Najaf pada Rabu yang menurut para pejabat pemerintah dilakukan oleh para 'penyusup' dari luar gerakan demonstrasi yang damai.


Dalam sebuah pernyataan, Partai Islam Dawa menyerukan parlemen untuk segera bersidang dan memilih pemerintah alternatif dengan kondisi pengunduran diri perdana menteri ini.

Sebanyak 40 pengunjuk rasa ditembak mati oleh pasukan keamanan di Baghdad dan kota selatan Najaf dan Nasiriyah pada Kamis di tengah eskalasi kekerasan yang meningkat.

Setidaknya 400 pengunjuk rasa telah tewas sejak 1 Oktober, ketika ribuan warga Irak turun ke jalan di Baghdad dan provinsi-provinsi selatan yang didominasi Syiah untuk mengecam korupsi, layanan yang buruk, dan kurangnya lapangan kerja di negeri yang pernah dipimpin Sadam Husein itu. Pasukan keamanan telah menggunakan tembakan langsung, gas air mata dan bom asap untuk membubarkan massa.


(tas/tas) Next Article Irak Memanas, Tsunami Demo Anti Pemerintah Makan Korban

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular