
'Menyingkirkan' Kontraktor China di Tol Cisumdawu, Apa Bisa?
Ferry Sandi, CNBC Indonesia
30 November 2019 11:17

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) resmi akan mengambil alih mayoritas pekerjaan proyek Tol Cisumdawu (Cileunyi-Sumedang-Dawuan) dari kontraktor China. Namun hingga kini, proses pengambilalihan mayoritas porsi konstruksi belum sepenuhnya akan dipercepat karena menunggu persetujuan dari China.
"Kita menunggu persetujuan dari pemberi pinjaman yaitu China Exim untuk perubahan komposisi KSO (Kerja Sama Operasional)," kata Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR, Danang Parikesit kepada CNBC Indonesia, Jumat (29/11/2019).
Jika sudah disetujui, maka proyek tol tersebut bisa segera dijalankan seperti yang direncanakan. Termasuk target digunakan akhir 2020 mendatang. "Kalau kontraktornya, baik China maupun BUMN siap untuk melakukan adjustment demi percepatan proyek," ungkap Danang.
Proyek ini semula akan dikerjakan dengan porsi 70% kegiatan konstruksi oleh kontraktor China dan Indonesia 30%. Sayangnya di lapangan, kontraktor China justru tidak mampu untuk berbuat banyak. Proyek dinilai lambat berjalan. Alhasil, kini Indonesia akan mengambil alih proyek konsstruksi dengan nilai 60%, berbanding 40% di antaranya akan dikerjakan oleh China.
Salah satu penyebab lambatnya pengerjaan proyek karena sulitnya pembebasan lahan. Persoalan harga disebut masih mengganjal.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan ada kenaikan harga dalam kesepakatan pembebasan lahan rakyat yang awal mulanya Rp 700 miliar menjadi Rp 1,4 triliun. Oleh karena itu, besaran biaya pembebasan lahan harus disepakati kedua belah pihak.
"Sebetulnya ini kan harusnya Rp 700 miliar tapi karena kenaikan harga diubah menjadi Rp 1,4 triliun. Itu harus disepakati dulu, harus ditandatangani MoU. Itu dasarnya untuk LMAN bayar pada BUJT untuk mengganti talangan nanti," kata Basuki seperti dikutip detikcom.
Persoalan harga tanah memang harus segera diselesaikan. Keberadaan tol ini juga sangat vital sebagai akses untuk menuju ke Bandara Kertajati yang saat ini belum tersambung tol dari dan menuju Bandung. Alhasil, bandara internasional tersebut saat ini masih sepi penerbangan dan penumpang karena persoalan akses.
(hoi/hoi) Next Article Abipraya Optimistis Rampungkan Tol Cisumdawu Akhir 2021
"Kita menunggu persetujuan dari pemberi pinjaman yaitu China Exim untuk perubahan komposisi KSO (Kerja Sama Operasional)," kata Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian PUPR, Danang Parikesit kepada CNBC Indonesia, Jumat (29/11/2019).
Jika sudah disetujui, maka proyek tol tersebut bisa segera dijalankan seperti yang direncanakan. Termasuk target digunakan akhir 2020 mendatang. "Kalau kontraktornya, baik China maupun BUMN siap untuk melakukan adjustment demi percepatan proyek," ungkap Danang.
Proyek ini semula akan dikerjakan dengan porsi 70% kegiatan konstruksi oleh kontraktor China dan Indonesia 30%. Sayangnya di lapangan, kontraktor China justru tidak mampu untuk berbuat banyak. Proyek dinilai lambat berjalan. Alhasil, kini Indonesia akan mengambil alih proyek konsstruksi dengan nilai 60%, berbanding 40% di antaranya akan dikerjakan oleh China.
Salah satu penyebab lambatnya pengerjaan proyek karena sulitnya pembebasan lahan. Persoalan harga disebut masih mengganjal.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan ada kenaikan harga dalam kesepakatan pembebasan lahan rakyat yang awal mulanya Rp 700 miliar menjadi Rp 1,4 triliun. Oleh karena itu, besaran biaya pembebasan lahan harus disepakati kedua belah pihak.
"Sebetulnya ini kan harusnya Rp 700 miliar tapi karena kenaikan harga diubah menjadi Rp 1,4 triliun. Itu harus disepakati dulu, harus ditandatangani MoU. Itu dasarnya untuk LMAN bayar pada BUJT untuk mengganti talangan nanti," kata Basuki seperti dikutip detikcom.
Persoalan harga tanah memang harus segera diselesaikan. Keberadaan tol ini juga sangat vital sebagai akses untuk menuju ke Bandara Kertajati yang saat ini belum tersambung tol dari dan menuju Bandung. Alhasil, bandara internasional tersebut saat ini masih sepi penerbangan dan penumpang karena persoalan akses.
(hoi/hoi) Next Article Abipraya Optimistis Rampungkan Tol Cisumdawu Akhir 2021
Most Popular