Inilah Modus Dokter yang Bikin BPJS Tekor Versi dr Terawan

Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
28 November 2019 10:57
Inilah Modus Dokter yang Bikin BPJS Tekor Versi dr Terawan
Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto blak-blakan soal siasat para dokter yang membuatĀ BPJS Kesehatan mengalami kerugian.

Terawan mengatakan, pasien yang dilayani di beberapa pelayanan kesehatan diberikan secara berlebihan. Padahal seharusnya beberapa tindakan tidak perlu dilakukan, yang pada akhirnya membuat biaya rumah sakit membengkak.

Salah satunya dapat terlihat dari klaim operasi sectio caesarea atau sesar yang sangat tinggi, biayanya mencapai Rp 260 triliun. Belum lagi biaya pengobatan penyakit jantung yang mencapai Rp 10,5 triliun pada 2018.

"Artinya apa? Terjadi pemborosan yang luar biasa untuk yang tidak seharusnya dilakukan tindakan, (malah-red) melakukan tindakan," kata Menkes seperti dikutip detikHealth, Rabu (27/11/2019).

Padahal seharusnya, lanjut Terawan tindakan pasien di pelayanan kesehatan harus berdasarkan diagnosa yang benar dan diterapi dengan optimal. Sehingag pembiayaan tidak menjadi berat.

Misalnya, Terawan mencontohkan, pada orang yang mengidap kanker stadium 1, seharusnya tidak perlu dilakukan kemo sistemik.

"Ya matinya bukan karena kankernya, tapi obat-obatnya yang berlebihan. Itu yang namanya jangan maksimal, tapi optimal," tuturrnya.

Menkes juga menyebut perbandingan operasi kelahiran sesar di Indonesia sangat tinggi dibandingkan standar yang ditetapkan organisasi kesehatan dunia WHO. Idealnya, perbandingan tersebut adalah 20 persen, namun di Indonesia perbandingannya mencapai 45 persen.

"Saya yakin dokter-dokter membela diri "wah saya sesuai aturan". Lho saya ini dokter fungsional. Saya dokter beneran, saya ngelayani pasien. Sama-sama lah melihat," papar Menkes.

Pelayanan kesehatan yang maksimal, menurutnya malah bisa membahayakan nyawa pasien. Ia berharap tak lagi tindakan yang notabene merugikan pasien. Menkes meyakini, jika para dokter mengambil tindakan yang benar, maka klaim dan defisit BPJS Kesehatan tidak akan sebesar yang sekarang.



BPJS Kesehatan bersama Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Salah satunya dengan metode finger print.

Pasien gagal ginjal kronis yang rutin mendapatkan layanan cuci darah (hemodialisis) di rumah sakit dan sudah terdaftar dengan menggunakan sidik jari (finger print), tidak perlu lagi membawa surat rujukan dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP).

Hal ini diharapkan mempermudah pasien JKN-KIS mengakses layanan cuci darah tanpa repot-repot lagi mengurus surat rujukan dari FKTP yang harus diperpanjang tiap 3 (tiga) bulan sekali.

"BPJS Kesehatan dan PERSI juga mengupayakan kemudahan untuk proses verifikasi dengan sidik jari bagi peserta yang rutin memanfaatkan layanan cuci darah," kata Dirut BPJS Kesehatan Fachmi Idris seperti dikutip Rabu (27/11/2019).

Fachmi juga menyebut, BPJS Kesehatan telah mengembangkan berbagai inovasi digital untuk mempermudah layanan kepada peserta JKN-KIS maupun masyarakat umum. Misalnya dalam hal pengurusan kepesertaan atau administrasi JKN-KIS, kini masyarakat tak perlu datang ke Kantor BPJS Kesehatan karena bisa dilakukan melalui BPJS Kesehatan Care Center 1500 400, Mobile Customer Service, aplikasi Mobile JKN, atau lewat Kader JKN yang berkunjung dari rumah ke rumah.

Dari sisi pelayanan di fasilitas kesehatan, BPJS Kesehatan telah menghadirkan Aplicares yang dapat dimanfaatkan peserta JKN-KIS untuk mengetahui rumah sakit mana saja yang bermitra dengan BPJS Kesehatan, termasuk di dalamnya jumlah ketersediaan tempat tidur.

Selain itu, BPJS Kesehatan juga telah menerapkan sistem rujukan online yang membuat layanan administrasi menjadi lebih mudah dan pasti. BPJS Kesehatan juga telah bersinergi dengan PT Jasa Raharja (Persero) mengembangkan Integrated System for Traffic Accidents (INSIDEN), sehingga proses penjaminan pasien JKN-KIS yang mengalami kecelakaan lalu lintas menjadi lebih cepat.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular