Negara-negara Ini Resmi Resesi Tapi Ada juga yang Lolos

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
28 November 2019 07:39
Negara-negara Ini Resmi Resesi Tapi Ada juga yang Lolos
Jakarta, CNBC Indonesia- Resesi atau pertumbuhan ekonomi negatif dua kuartal atau lebih selama satu tahun, kini menjadi momok bagi sejumlah negara di dunia.

Selama 2019 ini, setidaknya dua negara yakni Meksiko dan Turki, dan satu kawasan ekonomi khusus yakni Hong Kong sudah menjadi korban resesi.


Meksiko resmi memasuki resesi setelah pada kuartal III-2019 membukukan kontraksi ekonomi (pertumbuhan negatif) 0,3%. Pada kuartal sebelumnya, ekonomi Negeri Telenovela ini terkontraksi 0,8%.

Meksiko menjadi negara anggota G20 kedua setelah Turki yang masuk ke jurang resesi. Perkembangan di Meksiko bisa menjadi sentimen negatif bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

Sementara Turki resmi resesi pada kuartal II-2019. Ekonomi Negeri Kebab terkontraksi alias minus, melanjutkan 'pencapaian' yang serupa pada kuartal sebelumnya.

Pada periode April-Juni 2019, ekonomi Turki terkontraksi alias negatif 1,5% year-on-year (YoY). Pada kuartal sebelumnya, kontraksi ekonomi Turki lebih dalam yaitu minus 2,4% YoY.

Adapun Hong Kong, pada tiga bulan ketiga tahun ini, perekonomian Hong Kong diketahui membukukan kontraksi sebesar 3,2% secara kuartalan (quarter-on-quarter/QoQ). Pada kuartal II-2019 perekonomian Hong Kong sudah terkontraksi sebesar 0,4%.

Meski ada negara yang sudah masuk resesi, ada sejumlah negara yang ternyata berhasil selamat dari resesi dengan menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang positif.

Berikut negara-negara yang selamat dari resesi:



Ekonomi Singapura lolos dari jurang resesi setelah mencatatkan pertumbuhan yang lebih tinggi dari proyeksi pada kuartal III-2019.

Menurut data resmi yang dirilis 21 November lalu, produk domestik bruto (PDB) Singapura naik 0,5% dari tahun-ke-tahun (year-on-year). Angka ini sesuai dengan hasil jajak pendapat Reuters, namun lebih tinggi dari pertumbuhan 0,1% yang diperkirakan pemerintah.

Pemerintah juga mengubah kisaran perkiraan pertumbuhan resminya untuk 2019 menjadi 0,5% hingga 1%, dari kisaran proyeksi sebelumnya yang sebesar 0,0% hingga 1%.

"Ada tanda-tanda stabilisasi dalam ekonomi global meskipun pertumbuhan global masih lemah," kata menteri perdagangan dan industri Gabriel Lim. Ia menambahkan bahwa sektor manufaktur Singapura juga berkinerja lebih baik dari yang diharapkan dalam beberapa bulan terakhir.

Sektor manufaktur telah membukukan kenaikan pertama dalam lima bulan pada September karena lonjakan dalam output farmasi.

Pada periode Juli-September, ekonomi Singapura tumbuh 2,1% dari kuartal sebelumnya, dalam basis yang disesuaikan secara tahunan (annualized) dan musiman. Angka itu lebih tinggi dari perkiraan awal pemerintah sebesar 0,6%. Namun, sesuai dengan perkiraan median dalam survei Reuters untuk pertumbuhan 2,1%.

Bulan lalu, Bank Sentral Singapura telah melonggarkan kebijakan moneter untuk pertama kalinya dalam tiga tahun untuk menopang pertumbuhan yang melambat. Seorang pejabat bank sentral mengatakan bahwa kebijakan itu tetap sesuai di tengah kondisi saat ini.

Singapura adalah negara Asia yang sangat bergantung pada perdagangan. Oleh karenanya, perekonomian negara banyak dipengaruhi perang dagang yang sedang berlangsung antara Amerika Serikat (AS) dengan China, yang telah menyebabkan perlambatan ekonomi global.

Akibat perang dagang, ekspor Singapura pada Oktober mencatatkan penurunan untuk bulan kedelapan berturut-turut dan lebih buruk dari ekspektasi analis. Ini utamanya disebabkan karena menurunnya pengiriman barang elektronik.


Ekonomi Inggris berhasil terhindar dari resesi teknis. Ini terjadi setelah rilis data resmi pada hari Senin (11/11/2019) menunjukkan angka produk domestik bruto (PDB) kuartal III negara ini tumbuh 0,3%.

Pertumbuhan ini menandakan sedikit perbaikan dari pertumbuhan PDB di kuartal II yang berkontraksi 0,2%.

Meski demikian, secara year-on-year (YoY), pertumbuhan kuartal III melambat menjadi 1%. Ini merupakan pertumbuhan paling lambat sejak tiga bulan pertama di 2010.

Secara month-to-month, PDB September tercatat berkontraksi 0,1%. Sementara data manufaktur untuk September mencatatkan penurunan 0,4% dari Agustus dan turun 1,8% dari September 2019.

Kedua hasil itu jauh lebih buruk dari proyeksi konsensus yang dihimpun oleh Reuters. Setelah rilis data ini, nilai pound merosot ke US$ 1,2797 dari US$ 1,2804 pada saat sebelum data rilis.

Menanggapi hal ini, Ross Walker, Kepala Ekonomi Inggris & Eropa di Pasar Natwest, mengatakan angka-angka itu sedikit mengecewakan.

Walker mengatakan ada sedikit pertumbuhan dalam penjualan ritel dan dia berharap hal ini akan mampu menopang pertumbuhan sedikit lebih tinggi.

"Pertumbuhan underlying di Inggris jelas di bawah tren," katanya.

Seperti diketahui, ekonomi Inggris telah banyak dikhawatirkan akan terjerat ke dalam resesi akibat rumitnya proses yang dialami negara untuk dapat meninggalkan Uni Eropa (UE) atau Brexit.

Bahkan, Brexit yang tanpa kesepakatan atau no-deal Brexit, diperkirakan bisa memangkas pertumbuhan kerajaan itu hingga 3% dalam tiga tahun ke depan.

Inggris juga diperkirakan akan menjadi negara dengan pertumbuhan paling lambat diantara 35 negara kaya di dunia. Di mana rata-rata perlambatan pertumbuhan negara eropa lain hanya 0,6%.

Hal itu disampaikan Kepala Ekonom Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) Laurence Boone sebagaimana dikutip dari The Guardian beberapa waktu lalu.

"Hal terbaik adalah menghindari Brexit tanpa-kesepakatan dan untuk tetap sedekat mungkin dengan UE," katanya.


Ekonomi Jerman tercatat tumbuh 0,1% di kuartal III-2019 dibandingkan kuartal II-2019 (quarter to quarter/qtq). Sementara dibandingkan kuartal III-2018 (year on year/yoy), ekonomi Jerman tercatat tumbuh 0,5%.

Sebelumnya hasil survei Reuters menunjukkan, pertumbuhan ekonomi Jerman di kuartal III-2019 diprediksi berkontraksi atau negatif 0,1% dibandingkan kuartal sebelumnya, sama dengan kontraksi yang dialami kuartal sebelumnya. Jerman merupakan negara dengan perekonomian terbesar ketiga di dunia.
Next Page
Singapura
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular