
Dukung Mobil Listrik, Pertamina Bakal Bangun Pabrik Baterai
Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
27 November 2019 19:57

Jakarta, CNBC Indonesia- Demi mendukung berkembangnya kendaraan listrik (electric vehicle) di Indonesia, PT Pertamina (Persero) berencana membangun pabrik baterai. Perusahaan pelat merah ini juga menggandeng Inalum untuk material baterai.
SVP Research and Technology PT Pertamina Dadi Sugiana mengatakan sebelum membangun pabrik, pihaknya juga mempelajari kebutuhan dari produsen kendaraan listrik, misalnya dengan Gesits, Viar, dan Toyota.
"Kami akan gali apa keinginan para produsen kendaraan listrik. Kemudian melalui anak usaha kita PT Pertamina Power sudah masuk bisnis mobility, menyewakan motor listrik di Bali. Kalau kita bisa dari ujung ke ujung suplai chain, bisnisnya tidak stagnan. Mobility service, itu yang kami pikirkan," kata Dadi dalam paparannya di Pertamina Energy Forum, Rabu (27/11/2019).
Dia mengatakan Indonesia harus segera masuk ke industri baterai karena formulasi baterai yang berkembang saat ini berbasis nikel. Dengan cadangan nikel yang ada di Indonesia Dadi menilai Indonesia harus mengambil kesempatan ini dengan berpartisipasi membangun pabrik baterai.
"Kalau kita tidak memanfaatkan resource kita, nanti bisa tertinggal dan hanya jadi pasar. Tahun depan kita ada FTA dengan Australia, ini jadi memungkinkan Indonesia menjadi lokasi kompetitif untuk pembuatan baterai," kata Dadi.
Director For Planning, Investment, and Risk Management Pertamina Heru Setiawan mengatakan meski saat ini demand baterai listrik belum banyak, namun perusahaan tetap menyiapkan pabrik baterai. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi perubahan pola konsumsi energi masyarakat dari bahan bakar fosil yang tinggi jejak karbon, menjadi kendaraan listrik.
Heru juga memproyeksikan dalam lima tahun ke depan kendaraan listrik yang akan paling cepat berkembang adalah motor listrik, ketimbang mobil.
"Kami siap berubah, kalau migas turun kami berubah, jangan sampai investasi tidak relevan di kemudian hari. Supaya tidak mangkrak, kami siap untuk bisa menyambut EV dan EBT. Itu disrupsi yang perlu kita serap ke depan," kata Heru.
Berdasarkan roadmap energi terbarukan Pertamina, mulai 2022 perusahaan berencana mengembangkan baterai dengan kapasitas 500 mwh, dan pada 2026 mencapai kapasitas kapasitas 1.300 mwh.
(dob/dob) Next Article Intip SPKLU Komersial Pertama Pertamina di Fatmawati
SVP Research and Technology PT Pertamina Dadi Sugiana mengatakan sebelum membangun pabrik, pihaknya juga mempelajari kebutuhan dari produsen kendaraan listrik, misalnya dengan Gesits, Viar, dan Toyota.
"Kami akan gali apa keinginan para produsen kendaraan listrik. Kemudian melalui anak usaha kita PT Pertamina Power sudah masuk bisnis mobility, menyewakan motor listrik di Bali. Kalau kita bisa dari ujung ke ujung suplai chain, bisnisnya tidak stagnan. Mobility service, itu yang kami pikirkan," kata Dadi dalam paparannya di Pertamina Energy Forum, Rabu (27/11/2019).
Dia mengatakan Indonesia harus segera masuk ke industri baterai karena formulasi baterai yang berkembang saat ini berbasis nikel. Dengan cadangan nikel yang ada di Indonesia Dadi menilai Indonesia harus mengambil kesempatan ini dengan berpartisipasi membangun pabrik baterai.
"Kalau kita tidak memanfaatkan resource kita, nanti bisa tertinggal dan hanya jadi pasar. Tahun depan kita ada FTA dengan Australia, ini jadi memungkinkan Indonesia menjadi lokasi kompetitif untuk pembuatan baterai," kata Dadi.
Director For Planning, Investment, and Risk Management Pertamina Heru Setiawan mengatakan meski saat ini demand baterai listrik belum banyak, namun perusahaan tetap menyiapkan pabrik baterai. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi perubahan pola konsumsi energi masyarakat dari bahan bakar fosil yang tinggi jejak karbon, menjadi kendaraan listrik.
Heru juga memproyeksikan dalam lima tahun ke depan kendaraan listrik yang akan paling cepat berkembang adalah motor listrik, ketimbang mobil.
"Kami siap berubah, kalau migas turun kami berubah, jangan sampai investasi tidak relevan di kemudian hari. Supaya tidak mangkrak, kami siap untuk bisa menyambut EV dan EBT. Itu disrupsi yang perlu kita serap ke depan," kata Heru.
Berdasarkan roadmap energi terbarukan Pertamina, mulai 2022 perusahaan berencana mengembangkan baterai dengan kapasitas 500 mwh, dan pada 2026 mencapai kapasitas kapasitas 1.300 mwh.
(dob/dob) Next Article Intip SPKLU Komersial Pertama Pertamina di Fatmawati
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular