
Jadi Komisaris Utama Pertamina, Ahok Bisa Habisi Mafia Migas?
Chandra Gian Asmara & Anisatul Umah, CNBC Indonesia
24 November 2019 17:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Terang sudah jabatan yang akan diisi Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok alias BTP di PT Pertamina (Persero). Eks gubernur Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta itu bakal menjadi komisaris utama perseroan.
Mulanya, banyak yang menilai Ahok akan menempati posisi direktur utama Pertamina. Namun, kenyataannya tidak demikian. Sebab, posisi dirut masih akan dijabat oleh Nicke Widyawati.
Pengamat energi dari Universitas Gadjah Mada Fahmi Rady menilai, sebagai politikus, Ahok akan menghadapi konflik kepentingan apabila diangkat menjadi direktur utama. Selain hal lain, yaitu bakal ada resistensi yang meluas sehingga berpotensi menimbulkan kegaduhan.
"(Menteri Badan Usaha Milik Negara) Erick Thohir akhirnya menyadarinya, lalu memutuskan mengangkat Ahok sebagai komisaris utama Pertamina," ujar Fahmi kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Minggu (24/11/2019).
Menurut dia, gaya Ahok yang 'petantang-petenteng' dan galak lebih pas sebagai komisaris. Utamanya untuk melecut direksi menjalankan corporate actions dalam hal peningkatan produksi minyak dan gas, membangun kilang, mengembangkan energi baru dan terbarukan serta menghabisi mafia migas seperti diharapkan oleh Presiden Joko Widodo
"Menurut saya, pengangkatan Ahok sebagai komisarisu tama Pertamina sudah sangat tepat. Di samping sesuai dengan karakter Ahok yang tegas, pengangkatan sebagai komut dapat meminimalisir resistensi dari berbagai kalangan. Merupakan keputusan jalan tengah yang cerdas dari Erick Thohir," kata Fahmi.
Kepada wartawan ketika ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (22/11/2019), Erick mengonfirmasi Ahok akan menjadi komisaris utama Pertamina.
"Insya Allah saya rasa sudah putus dari beliau (Presiden Joko Widodo selaku ketua Tim Penilai Akhir)," ujarnya.
Lalu, apa yang menjadi alasan Jokowi menunjuk Ahok sebagai komisaris utama Pertamina? Erick pun menjelaskan Pertamina memiliki tugas berat, misalnya mengurangi impor minyak dan gas.
"Bukan berarti anti impor, tapi mengurangi proses-proses dari pada refinery ini sangat berat. Saya perlu team work yang besar, tidak hanya dirut saja, harus bagi tugas semua," katanya.
"Karena itulah kemarin kita mau orang yang pendobrak. Bukan marah-marah. Saya rasa Pak Basuki berbeda, Pak Ahok berbeda. Jadi kita perlu figur pendobrak supaya sesuai target. Toh beliau tuh komisaris utama, kan direksinya yang day to day," lanjut Erick.
(miq/miq) Next Article Jokowi ke Ahok Hingga Bos-bos PLN: Energi Fosil akan Disetop
Pengamat energi dari Universitas Gadjah Mada Fahmi Rady menilai, sebagai politikus, Ahok akan menghadapi konflik kepentingan apabila diangkat menjadi direktur utama. Selain hal lain, yaitu bakal ada resistensi yang meluas sehingga berpotensi menimbulkan kegaduhan.
"(Menteri Badan Usaha Milik Negara) Erick Thohir akhirnya menyadarinya, lalu memutuskan mengangkat Ahok sebagai komisaris utama Pertamina," ujar Fahmi kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Minggu (24/11/2019).
"Menurut saya, pengangkatan Ahok sebagai komisarisu tama Pertamina sudah sangat tepat. Di samping sesuai dengan karakter Ahok yang tegas, pengangkatan sebagai komut dapat meminimalisir resistensi dari berbagai kalangan. Merupakan keputusan jalan tengah yang cerdas dari Erick Thohir," kata Fahmi.
Kepada wartawan ketika ditemui di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (22/11/2019), Erick mengonfirmasi Ahok akan menjadi komisaris utama Pertamina.
"Insya Allah saya rasa sudah putus dari beliau (Presiden Joko Widodo selaku ketua Tim Penilai Akhir)," ujarnya.
Lalu, apa yang menjadi alasan Jokowi menunjuk Ahok sebagai komisaris utama Pertamina? Erick pun menjelaskan Pertamina memiliki tugas berat, misalnya mengurangi impor minyak dan gas.
"Bukan berarti anti impor, tapi mengurangi proses-proses dari pada refinery ini sangat berat. Saya perlu team work yang besar, tidak hanya dirut saja, harus bagi tugas semua," katanya.
"Karena itulah kemarin kita mau orang yang pendobrak. Bukan marah-marah. Saya rasa Pak Basuki berbeda, Pak Ahok berbeda. Jadi kita perlu figur pendobrak supaya sesuai target. Toh beliau tuh komisaris utama, kan direksinya yang day to day," lanjut Erick.
(miq/miq) Next Article Jokowi ke Ahok Hingga Bos-bos PLN: Energi Fosil akan Disetop
Most Popular