Internasional

Janet Yellen Kembali Ingatkan Isu Resesi AS

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
22 November 2019 08:36
Janet Yellen Kembali Ingatkan Isu Resesi AS
Jakarta, CNBC Indonesia - Mantan Ketua Federal Reserve (The Fed) Janet Yellen mengaku sangat khawatir dengan perang dagang AS dan China.

Ia bahkan memprediksi ketegangan antara dua penguasa ekonomi ini akan berdampak pada berakhirnya ekspansi ekonomi sepanjang sejarah AS.


Meski menegaskan resesi belum akan terjadi tahun depan, dia sepertinya tidak yakin pada prediksinya sendiri.

"Saya harus katakan, kemungkinan resesi lebih tinggi dari normal dan pada tingkat yang terus terang, membuat saya tidak nyaman," kata Yellen di World Business Forum, sebagaimana dikutip dari CNBC International.

Ia mengatakan ada alasan yang tepat untuk khawatir. Terutama terkait pertumbuhan pasar yang melemah secara global dan ketidakpastian yang menyebar karena ketegangan perdagangan.

"Ada alasan yang bagus untuk khawatir," tegasnya.

Sebenarnya ketakutan akan resesi di AS perlahan pupus seiring perkembangan Wall Street. Indeks utama di bursa saham AS itu, seperti Wall Street, Dow Jones, S&P 500, serta Nasdaq menunjukkan kinerja baik dengan mencatat rekor.

Pasalnya, investor menyambut kemajuan dalam negosiasi perang dagang. Hal ini dipastikan membawa stabilitas pada ekonomi.

Namun sahan kembali terkoreksi ke zona merah beberapa hari terakhir karena kesepakatan dagang yang tak kunjung diteken. Beredar isu, perdamaian tak akan tercipta hingga akhir tahun ini.

"Secara keseluruhan ekonomi AS masih baik-baik saja," katanya.


Buktinya pengangguran hanya 3,6%, mendekati level terendah selama 50 tahun. Rumah tangga AS juga tidak terlalu dibebani banyak utang.

Namun industri manufaktur sangat terpukul akibat perang dagang dan pertumbuhan global yang melambat. China mengalami pertumbuhan paling rendah selama 27 tahun terakhir di kuartal III-2019 sedangkan Jerman tertatih menghindari resesi.

Menurut Yellen masalah ini bisa menginfeksi keseluruhan pertumbuhan ekonomi. Apalagi cara menghindari ketidakpastian adalah dengan menunda proyek dan investasi.

"Dan itulah yang kami lihat di AS dan di seluruh dunia," ujarnya.

Seperti diketahui dalam setahun terakhir AS-China telah terlibat perang dagang dan menerapkan tarif terhadap satu sama lain senilai ratusan miliar dolar. Perang dagang ini dipicu oleh tuntutan AS agar China mengubah praktik dagangnya yang tidak adil.

AS juga menuduh China melakukan pencurian teknologi dan kekayaan intelektual, dan meminta negeri yang dipimpin Presiden Xi Jinping itu untuk menghentikan hal itu.

[Gambas:Video CNBC]



Sebelumnya Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan Investasi (Organisation for Economic Co-operation and Development/OECD), mengatakan ekonomi dunia saat ini menuju titik terlemahnya sejak krisis keuangan global yang terjadi pada 2007/2008 lalu.

Kondisi ini membuat OECD meminta pemerintah di seluruh dunia melakukan investasi di sektor digital dan perubahan iklim. Lesunya perekonomian dunia ini disebabkan oleh melemahnya perdagangan dan investasi di dunia dalam dua tahun terakhir.

OECD memprediksi ekonomi dunia tumbuh 2,9% tahun depan, turun 0,1% dari prediksi sebelumnya di September.

Pertumbuhan ekonomi akan terus melambat di sekitar 3% pada 2020-2021. Sebelumnya angka prediksi pertumbuhan ekonomi di 2020-2021 adalah di kisaran 3,5%.
(sef/sef) Next Article Jreng! Janet Yellen Benarkan AS Berisiko Resesi

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular