
Benci & Cinta Di Balik Gaduh Publik Soal Ahok Masuk Pertamina
Syahrizal Si & Ferry Sandi, CNBC Indonesia
19 November 2019 09:50

Jakarta, CNBC Indonesia- Kritik dan dukungan masih mengalir deras ke Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok sampai hari ini. Terutama soal rencana penempatannya menjadi pejabat tinggi di PT Pertamina (Persero).
Kritikan datang dari berbagai kalangan, dari masyarakat awam sampai pakar dan praktisi. Paling kencang adalah dari kelompok yang menamakan Serikat Pekerja PT Pertamina (Persero). Viral di media sosial dan grup whatsapp, soal ajakan SP Pertamina menolak kehadiran Ahok di tubuh BUMN migas raksasa ini.
Alasannya, Ahok hanya bikin polemik dan memiliki jejak rekam tak sedap sebagai mantan narapidana.
Bukan cuma serikat pekerja, terbaru kritik datang dari mantan Menteri BUMN Dahlan Iskan. Dalam catatannya di laman disway.id bertajuk "Prestasi BTP", Dahlan mempertanyakan apakah Ahok merupakan orang yang berprestasi sehingga akan ditempatkan di salah satu BUMN?
"Rencana itu sangat sangat baik. Kalau BTP memang dianggap orang yang selama ini berprestasi. Lepas siapapun ia. Apa pun pendidikannya. Di mana pun perjalanan karir sebelumnya. Bagaimana kalau ada penilaian BTP itu hanya berprestasi dalam membuat kehebohan? Terserah yang menilai dan yang diberi nilai," tulisnya.
"Tapi kalau benar begitu penempatannya di BUMN merupakan sebuah perjudian. Kalau penempatannya di BUMN besar berjudiannya juga besar. Apakah BUMN sebuah perusahaan yang layak diperjudikan? Tergantung pemiliknya. Mungkin saja sang pemilik menilai BTP itu orang yang berprestasi," lanjut mantan Menteri BUMN ini.
Seiring dengan kerasnya kritik yang membanjiri rencana penempatan Ahok di BUMN, dukungan juga tak kalah kuat diberikan.
Bahkan sampai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan ikutan buka suara. Menurut Luhut, masuknya Ahok menjadi salah satu calon pejabat BUMN tidak perlu jadi polemik. Apalagi, belakangan juga santer soal penolakan yang disuarakan atas nama serikat pekerja di tubuh pelat mirah migas raksasa tersebut. "Memang dia siapa?" kata Luhut, Senin (18/11/2019).
Luhut berpesan agar hal ini tidak usah diramaikan, apalagi dengan rekam jejak Ahok yang secara kinerja sebenarnya tidak ada masalah. "Kalau orang baik jadikan, itu saya lihat ada komentar-komentar against Ahok."
Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga malah menganggap respons publik ini hal positif. Artinya, terdapat dinamika dari kebijakan Kementerian BUMN yang dia klaim lebih transparan ketimbang rezim sebelumnya.
Menurutnya, justru baru kali ini Kementerian BUMN buka-bukaan soal pemilihan dirut dan komisaris."Baru kali ini ada proses perekrutan untuk menetapkan dirut atau komisaris BUMN lewat ngomong ke publik. Nggak pernah (sebelumnya), memang kamu tahu biasanya kan dirut sudah RUPSLB saja tiba-tiba sudah muncul," ujar Arya, Senin (18/11/2019).
Sementara, kata dia, untuk kali ini sosok-sosok calon pimpinan BUMN dipanggil dan dihadirkan satu per satu dan membuat publik menjadi tahu. "Ada proses publik loh. Dulu kan kamu terkejut-kejut, ini enggak. Ini salah satu keinginan Pak Erick, publik tahu siapa-siapa untuk perusahaan yang pengaruh terhadap publik, inginnya Pak Erick gitu," kata dia.
Mengenai isu penolakan yang gencar disuarakan oleh serikat pekerja, BUMN juga punya sikap tegas.
"Clear ini kan bisnis, jangan bawa politik lah ke urusan bisnis. Tolong pada serikat pekerja jangan bermain-main politik dalam urusan bisnis," ujar Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga, Senin (18/11/2019).
Ia menjelaskan ada baiknya melihat dulu kinerja Ahok nanti, apalagi untuk korporasi sangat mudah mengukur kinerja. "Gampang kalau korporat, untuk enggak, ini rugi atau enggak. Kelihatan, angka-angka tak bisa bohong kalau korporat," jelasnya.
(gus/gus) Next Article Ahok Soal Polusi: Dulu Kita Cabut Premium Lu Pada Teriak!
Kritikan datang dari berbagai kalangan, dari masyarakat awam sampai pakar dan praktisi. Paling kencang adalah dari kelompok yang menamakan Serikat Pekerja PT Pertamina (Persero). Viral di media sosial dan grup whatsapp, soal ajakan SP Pertamina menolak kehadiran Ahok di tubuh BUMN migas raksasa ini.
Alasannya, Ahok hanya bikin polemik dan memiliki jejak rekam tak sedap sebagai mantan narapidana.
"Rencana itu sangat sangat baik. Kalau BTP memang dianggap orang yang selama ini berprestasi. Lepas siapapun ia. Apa pun pendidikannya. Di mana pun perjalanan karir sebelumnya. Bagaimana kalau ada penilaian BTP itu hanya berprestasi dalam membuat kehebohan? Terserah yang menilai dan yang diberi nilai," tulisnya.
"Tapi kalau benar begitu penempatannya di BUMN merupakan sebuah perjudian. Kalau penempatannya di BUMN besar berjudiannya juga besar. Apakah BUMN sebuah perusahaan yang layak diperjudikan? Tergantung pemiliknya. Mungkin saja sang pemilik menilai BTP itu orang yang berprestasi," lanjut mantan Menteri BUMN ini.
Seiring dengan kerasnya kritik yang membanjiri rencana penempatan Ahok di BUMN, dukungan juga tak kalah kuat diberikan.
Bahkan sampai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan ikutan buka suara. Menurut Luhut, masuknya Ahok menjadi salah satu calon pejabat BUMN tidak perlu jadi polemik. Apalagi, belakangan juga santer soal penolakan yang disuarakan atas nama serikat pekerja di tubuh pelat mirah migas raksasa tersebut. "Memang dia siapa?" kata Luhut, Senin (18/11/2019).
Luhut berpesan agar hal ini tidak usah diramaikan, apalagi dengan rekam jejak Ahok yang secara kinerja sebenarnya tidak ada masalah. "Kalau orang baik jadikan, itu saya lihat ada komentar-komentar against Ahok."
Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga malah menganggap respons publik ini hal positif. Artinya, terdapat dinamika dari kebijakan Kementerian BUMN yang dia klaim lebih transparan ketimbang rezim sebelumnya.
Menurutnya, justru baru kali ini Kementerian BUMN buka-bukaan soal pemilihan dirut dan komisaris."Baru kali ini ada proses perekrutan untuk menetapkan dirut atau komisaris BUMN lewat ngomong ke publik. Nggak pernah (sebelumnya), memang kamu tahu biasanya kan dirut sudah RUPSLB saja tiba-tiba sudah muncul," ujar Arya, Senin (18/11/2019).
Sementara, kata dia, untuk kali ini sosok-sosok calon pimpinan BUMN dipanggil dan dihadirkan satu per satu dan membuat publik menjadi tahu. "Ada proses publik loh. Dulu kan kamu terkejut-kejut, ini enggak. Ini salah satu keinginan Pak Erick, publik tahu siapa-siapa untuk perusahaan yang pengaruh terhadap publik, inginnya Pak Erick gitu," kata dia.
Mengenai isu penolakan yang gencar disuarakan oleh serikat pekerja, BUMN juga punya sikap tegas.
"Clear ini kan bisnis, jangan bawa politik lah ke urusan bisnis. Tolong pada serikat pekerja jangan bermain-main politik dalam urusan bisnis," ujar Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga, Senin (18/11/2019).
Ia menjelaskan ada baiknya melihat dulu kinerja Ahok nanti, apalagi untuk korporasi sangat mudah mengukur kinerja. "Gampang kalau korporat, untuk enggak, ini rugi atau enggak. Kelihatan, angka-angka tak bisa bohong kalau korporat," jelasnya.
(gus/gus) Next Article Ahok Soal Polusi: Dulu Kita Cabut Premium Lu Pada Teriak!
Most Popular