
Kisah China: Dulu Kumuh Kini Jadi Raksasa Ekonomi Baru
Tirta Citradi, CNBC Indonesia
13 November 2019 15:18

Masuknya China ke organisasi perdagangan dunia (WTO) pada 2001 semakin mengukuhkan posisi China sebagai bagian dari pusat manufaktur dan perdagangan dunia. Menurut studi yang dilakukan oleh lembaga konsultan manajemen global McKinsey yang menganalisis 186 negara, China menjadi destinasi ekspor terbesar 33 negara dan sumber impor terbesar bagi 65 negara.
Kendaraan lain yang membuat China semakin kuat posisinya adalah investasi. China terus tumbuh dan menjadi salah satu pemain global dalam aliran investasi. Dalam periode 2015-2017, China telah menjadi sumber investasi terbesar kedua di dunia dan menjadi penerima aliran investasi terbesar kedua di dunia, menurut McKinsey.
Di tengah kondisi global yang berubah karena perkembangan teknologi, China juga semakin memantapkan posisinya dengan ambil andil sebagai pemain di sektor tersebut. Raksasa-raksasa teknologi China telah berperan dalam mengubah kehidupan umat manusia.
Sebut saja Xiaomi sebagai disruptors di pasar ponsel pintar. Keunggulan Xiaomi yang menawarkan ponsel pintar dengan teknologi canggih dan harga miring membuatnya menjadi dilirik dan mampu berkompetisi dengan pemain lain seperti Samsung dan Apple.
Kini perusahaan ponsel dengan kapitalisasi pasar mencapai lebih dari HK$ 200 miliar tersebut memiliki pangsa pasar global sebesar 9% di bawah Apple, Huawei dan Samsung.
Tak hanya Xiaomi, China juga punya raksasa teknologi lain seperti perusahaan social networking bernama Tencent dengan nilai kapitalisasi pasar mencapai HK$ 3,11 triliun, perusahaan e-commerce bentukan Jack Ma, Alibaba yang mencatatkan rekor IPO terbesar sepanjang sebesar dengan meraup dana US$ 25 miliar.
Kuku China memang tajam dan kuat. Kini China mulai melebarkan sayapnya untuk semakin mengokohkan posisinya melalui proyek ambisius bernama One Belt One Road Inisiatives (OBOR).
OBOR adalah suatu strategi pembangunan yang diusulkan oleh pemimpin tertinggi China Xi Jinping yang berfokus pada konektivitas dan kerja sama antara negara-negara Eurasia. Strategi tersebut menegaskan tekad China untuk mengambil peran lebih besar dalam urusan global dengan sebuah jaringan perdagangan yang berpusat di China.
Sejarah mencatat, ketika muncul poros kekuatan dunia baru yang menantang hegemoni lama, friksi atau konflik tak dapat dihindarkan. Kemunculan China sebagai kekuatan dunia baru membuat posisi Amerika sebagai negara adikuasa terancam.
Presiden AS Donald Trump menilai China telah melakukan praktik dagang yang tidak adil dan menuding China sebagai manipulator mata uang. Trump kemudian mengambil langkah untuk mengganjar perilaku China dengan pengenaan bea masuk pada produk impor AS dari China.
Konsekuensi perang dagang yang berlangsung dalam kurang lebih 16 bulan terakhir telah mengorbankan ekonomi kedua negara dan bahkan perekonomian global. Pertumbuhan ekonomi AS terus melambat di sepanjang tahun 2019, mulai dari 3% di kuartal I-2019, turun jadi 2% di kuartal II dan 1,9% di kuartal III.
Sementara itu pertumbuhan ekonomi China juga tertekan hanya tumbuh 6% di bawah rata-rata 10% dalam tiga puluh tahun terakhir.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg)
![]() |
Kendaraan lain yang membuat China semakin kuat posisinya adalah investasi. China terus tumbuh dan menjadi salah satu pemain global dalam aliran investasi. Dalam periode 2015-2017, China telah menjadi sumber investasi terbesar kedua di dunia dan menjadi penerima aliran investasi terbesar kedua di dunia, menurut McKinsey.
![]() |
Di tengah kondisi global yang berubah karena perkembangan teknologi, China juga semakin memantapkan posisinya dengan ambil andil sebagai pemain di sektor tersebut. Raksasa-raksasa teknologi China telah berperan dalam mengubah kehidupan umat manusia.
Kini perusahaan ponsel dengan kapitalisasi pasar mencapai lebih dari HK$ 200 miliar tersebut memiliki pangsa pasar global sebesar 9% di bawah Apple, Huawei dan Samsung.
Tak hanya Xiaomi, China juga punya raksasa teknologi lain seperti perusahaan social networking bernama Tencent dengan nilai kapitalisasi pasar mencapai HK$ 3,11 triliun, perusahaan e-commerce bentukan Jack Ma, Alibaba yang mencatatkan rekor IPO terbesar sepanjang sebesar dengan meraup dana US$ 25 miliar.
Kuku China memang tajam dan kuat. Kini China mulai melebarkan sayapnya untuk semakin mengokohkan posisinya melalui proyek ambisius bernama One Belt One Road Inisiatives (OBOR).
OBOR adalah suatu strategi pembangunan yang diusulkan oleh pemimpin tertinggi China Xi Jinping yang berfokus pada konektivitas dan kerja sama antara negara-negara Eurasia. Strategi tersebut menegaskan tekad China untuk mengambil peran lebih besar dalam urusan global dengan sebuah jaringan perdagangan yang berpusat di China.
Sejarah mencatat, ketika muncul poros kekuatan dunia baru yang menantang hegemoni lama, friksi atau konflik tak dapat dihindarkan. Kemunculan China sebagai kekuatan dunia baru membuat posisi Amerika sebagai negara adikuasa terancam.
Presiden AS Donald Trump menilai China telah melakukan praktik dagang yang tidak adil dan menuding China sebagai manipulator mata uang. Trump kemudian mengambil langkah untuk mengganjar perilaku China dengan pengenaan bea masuk pada produk impor AS dari China.
Konsekuensi perang dagang yang berlangsung dalam kurang lebih 16 bulan terakhir telah mengorbankan ekonomi kedua negara dan bahkan perekonomian global. Pertumbuhan ekonomi AS terus melambat di sepanjang tahun 2019, mulai dari 3% di kuartal I-2019, turun jadi 2% di kuartal II dan 1,9% di kuartal III.
Sementara itu pertumbuhan ekonomi China juga tertekan hanya tumbuh 6% di bawah rata-rata 10% dalam tiga puluh tahun terakhir.
TIM RISET CNBC INDONESIA (twg)
Pages
Most Popular