
Pertamina Raup Laba Rp 10,54 T di Kuartal III-2019
Anisatul Ummah, CNBC Indonesia
08 November 2019 07:46

Jakarta, CNBC Indonesia - Direktur Keuangan PT Pertamina (Persero) Pahala Mansury mengatakan laba perusahaan dalam 9 bulan hingga kuartal III 2019 mencapai US$ 753 juta atau setara dengan Rp 10,54 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$).
Menurut Pahala, laba tersebut belum termasuk dengan angka penggantian atau kompensasi selisih harga jual yang biasanya diberikan oleh pemerintah ke Pertamina.
"Kurang lebih US$ 753 juta tapi kalau kita masukkan komponen penggantian akun atau pun kompensasi untuk selisih harga jual itu ada kurang lebih US$ 1 miliar [Rp 14 triliun]," ujar Pahala Kamis, (7/11/2019).
Lebih lanjut mantan Direktur Utama Garuda Indonesia itu mengatakan, dengan cairnya kompensasi, laba yang bisa dibukukan Pertamina di kuartal III bisa mencapai US$ 1,7 miliar atau Rp 23,80 triliun.
"Kalau termasuk potensi pendapatan dari kompensasi, tapi kan biasanya memang kompensasi harus menunggu audit BPK dan keputusan Menkeu. Kalau tidak termasuk itu, kurang lebih US$ 753 juta," imbuhnya.
Untuk perbandingan, laba bersih perusahaan pada tahun 2018 sebesar US$ 2,53 miliar atau setara Rp 36 triliun.
Sementara itu, Pertamina juga merilis realisasi investasi hingga kuartal III 2019 baru mencapai 45%. Pahala menjabarkan untuk 2019 ini perseroan menargetkan investasi senilai US$ 4,3 miliar.
Namun sampai saat ini baru menyentuh angka 45%, "Tapi memang biasanya kan akselerasi capex kita baru mendekati akhir tahun, insya Allah bisa tercapai di akhir tahun," ujarnya.
Dari target investasi tersebut, sebanyak US$ 2,5 miliar dialokasikan untuk sektor hulu atau sekitar 60%. Sementara sisanya untuk hilir, paling banyak dikembangkan untuk proyek kilang.
Proyeksi perusahaan sampai akhir tahun realisasi bisa mencapai US$ 2,6 miliar, dan untuk sektor hulu diperkirakan bisa sentuh 80-90% dari target. Paling banyak untuk sektor hulu dialokasikan untuk anak usaha Pertamina yang mengelola blok Mahakam.
(sef/sef) Next Article Bukan Iuran, Terungkap Penyebab BPJS Kesehatan Raih Laba 2019
Menurut Pahala, laba tersebut belum termasuk dengan angka penggantian atau kompensasi selisih harga jual yang biasanya diberikan oleh pemerintah ke Pertamina.
"Kurang lebih US$ 753 juta tapi kalau kita masukkan komponen penggantian akun atau pun kompensasi untuk selisih harga jual itu ada kurang lebih US$ 1 miliar [Rp 14 triliun]," ujar Pahala Kamis, (7/11/2019).
"Kalau termasuk potensi pendapatan dari kompensasi, tapi kan biasanya memang kompensasi harus menunggu audit BPK dan keputusan Menkeu. Kalau tidak termasuk itu, kurang lebih US$ 753 juta," imbuhnya.
Untuk perbandingan, laba bersih perusahaan pada tahun 2018 sebesar US$ 2,53 miliar atau setara Rp 36 triliun.
Sementara itu, Pertamina juga merilis realisasi investasi hingga kuartal III 2019 baru mencapai 45%. Pahala menjabarkan untuk 2019 ini perseroan menargetkan investasi senilai US$ 4,3 miliar.
Namun sampai saat ini baru menyentuh angka 45%, "Tapi memang biasanya kan akselerasi capex kita baru mendekati akhir tahun, insya Allah bisa tercapai di akhir tahun," ujarnya.
Dari target investasi tersebut, sebanyak US$ 2,5 miliar dialokasikan untuk sektor hulu atau sekitar 60%. Sementara sisanya untuk hilir, paling banyak dikembangkan untuk proyek kilang.
Proyeksi perusahaan sampai akhir tahun realisasi bisa mencapai US$ 2,6 miliar, dan untuk sektor hulu diperkirakan bisa sentuh 80-90% dari target. Paling banyak untuk sektor hulu dialokasikan untuk anak usaha Pertamina yang mengelola blok Mahakam.
(sef/sef) Next Article Bukan Iuran, Terungkap Penyebab BPJS Kesehatan Raih Laba 2019
Most Popular