
Ekonomi RI Lesu, Tapi Negara Tetangga Kok Malah Keren?

Lebih lanjut, insentif fiskal yang kurang nendang patut dicurigai sebagai faktor yang membuat Indonesia kalah seksi jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Selama ini, guna mendongkrak penanaman modal dan mendorong pertumbuhan ekonomi, pemerintah sudah memberikan insentif fiskal.
Namun, ternyata insentif fiskal yang diberikan pemerintah berupa tax holiday dan tax allowance bisa dibilang kurang nendang.
Untuk periode 2017, Menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati bahkan menyatakan bahwa tak ada satupun perusahaan yang mengajukan diri untuk mendapatkan tax allowance dan tax holiday. Kok bisa? Rupanya, persyaratannya terlalu sulit dipenuhi. Pemerintah seakan tak tulus memberikan insentif bagi pengusaha.
Kalangan pengusaha yang tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) pernah menyatakan bahwa untuk mendapatkan insentif pajak di Indonesia, seperti tax holiday, tidaklah mudah. Selain terbatas di sektor industri tertentu, batas minimal nilai investasi yang harus dikucurkan juga sangat besar, yakni Rp 1 triliun.
Memang, batas minimal investasi bisa diturunkan hingga menjadi Rp 500 miliar. Namun, investor harus memperkenalkan teknologi tingkat tinggi dan insentif yang bisa diberikan hanyalah pengurangan PPh paling banyak 50% saja. Hal ini memicu minimnya partisipasi pelaku usaha.
Baca:
Dear Ibu Sri Mulyani, Ini Solusi Supaya Ekonomi Ri Tancap Gas
Berbicara mengenai tingkat pajak korporasi, Indonesia juga kalah seksi dari negara-negara tetangga. Melansir data yang disajikan oleh Trading Economics, tingkat pajak korporasi Thailand dan Vietnam adalah masing-masing sebesar 20%, sementara di Indonesia adalah 25%.
Sudah tingkat pajaknya lebih tinggi, insentif yang diberikan juga tak nendang. Wajarlah kalau Indonesia menjadi tak seksi di mata pelaku usaha, yang pada ujung-ujungnya membuat laju perekonomian menjadi lesu.
Jadi, janganlah pemerintah sedikit-sedikit menyalahkan perekonomian global. Memang benar perekonomian global cenderung melambat di era kepemimpinan Jokowi, namun Tim Riset CNBC Indonesia sudah membuktikan bahwa ternyata ada negara-negara yang mampu tumbuh dengan pesat kala perekonomian global melambat.
Bukannya tak bersyukur, bersyukur itu pasti dan memang sudah seharusnya. Tapi, kalau ada upaya-upaya yang bisa pemerintah lakukan untuk mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi, sudah sebaiknya dieksekusi bukan?
Tentu kita semua berharap bahwa laju perekonomian global akan membaik di periode dua Jokowi. Tapi kalau ternyata tidak, mau tidak mau, suka tidak suka, populis atau tidak populis, semua hal yang bisa dilakukan untuk mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi harus segera dieksekusi.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/ank)