Internasional

Celana Dalam Al-Baghdadi, AS & Kematian Pemimpin ISIS

Sefti Oktarianisa & Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
30 October 2019 06:00
Celana Dalam Al-Baghdadi, AS & Kematian Pemimpin ISIS
Foto: Abu Bakr al-Baghdadi yang Mengaku Sebagai Pemimpin ISIS di Mosul, Iraq pada 5 Juli 2014 (Social Media Website via Reuters TV/File Photo)
 Jakarta, CNBC Indonesia -Pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi dinyatakan tewas bunuh diri, setelah terkepung tentara Amerika Serikat di Suriah.

Menurut Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Baghdadi meledakkan diri bersama putranya di sebuah terowongan, Sabtu (26/10/2019) tengah malam waktu setempat.

Dalam konferensi pers-nya Trump meyakini bahwa benar yang tewas adalah lelaki berusia 47 tahun itu. Pasalnya banyak pihak menyatakan keraguan mengingat Baghdadi kerap kali dikabarkan mati dalam beragam pemberitaan.


Trump bahkan mengatakan akan merilis foto detik-detik penyerbuan tentara AS. Ini dilakukan untuk memperkuat argumennya kalau pemimpin ISIS asal Irak itu, benar-benar sudah mati.

Namun tahukah Anda, bagaimana cara AS dan sekutunya menemukan tempat persembunyian Baghdadi?

Ternyata persembunyian bos ISIS itu dapat diketahui setelah seorang mata-mata mencuri celana dalam pria ini. Dari celana dalam ini didapatkan kesamaan DNA, bahwa yang bersembunyi itu adalah benar Baghdadi.

Fakta ini akhirnya mendasari AS melakukan penyerangan. Hal tersebut dijelaskan seorang penasehat senior kelompok Kurdi dari Pasukan Demokratik Suriah (SDF) bernama Polat Can dalam Twitternya.

"Sumber kami, yang sangat mampu menjangkau Baghdadi, membawa celana dalamnya untuk melakukan tes DNA dan membuat kami yakin (100%) bahwa pria yang tengah dipertanyakan itu adalah Baghdadi sendiri," tulisnya dilansir dari Reuters, Selasa (29/10/2019).


Ia mengatakan SDF telah bekerja sejak 15 Mei bersama CIA untuk mengecek keberadaan Baghdadi dan memastikan bahwa tokoh ISIS itu telah berpindah dari Deir al-Zor di Suriah Timur ke Idlib. Baghdadi kerap berpindah lokasi dari Jarablus, ketika operasi terjadi.

"Semua intel dan akses ke Bahgdadi termasuk identifikasi lokasi, adalah hasil dari kerjaan kami. Intelijen kami ikut andil dalam mengirimkan kordinat (lokasi).. membuat operasi ini sukses sampai menit terakhir," jelasnya lagi.

[Gambas:Video CNBC]



BERLANJUT KE HAL 2>> Perjalanan untuk 'menumpas' Baghdadi dan kelompok ISIS tidaklah mudah. Baghdadi telah lama menjadi buronan internasional.

Selain AS, badan intelijen Barat dan Arab juga turut memburu pria yang telah mengepalai ISIS sejak tahun 2010 itu. Mereka bahkan telah memerintahkan siapapun yang bertemu Baghdadi untuk langsung membunuhnya.

Pada tahun 2016, pemerintah Amerika mengeluarkan sayembara dengan hadiah total US$ 25 juta atau sekitar Rp 350 miliar (estimasi kurs Rp 14.000/dolar) bagi siapa saja yang berhasil memberikan informasi yang merujuk pada Baghdadi.

Salah satu ajudan Baghdadi yang ditangkap oleh tim intelijen Irak, Ismael al-Ethawi, membeberkan informasi tentang bagaimana pemimpin ISIS itu lolos dari penangkapan selama bertahun-tahun.

Menurut dua pejabat keamanan Irak, Baghdadi kerap kali menggunakan cara yang tidak terpikirkan untuk mengelabui pemburunya. Salah satunya adalah melakukan penyamaran dalam minibus penuh sayuran.

"Ethawi memberikan informasi berharga yang membantu tim agen multi-keamanan Irak menyelesaikan potongan-potongan puzzle yang hilang dari gerakan-gerakan Baghdadi dan tempat-tempat yang dulu dia pakai untuk bersembunyi," kata salah seorang pejabat keamanan Irak kepada Reuters.

"Ethawi memberi kami perincian tentang lima pria, termasuk dia, yang bertemu Baghdadi di Suriah dan berbagai lokasi yang mereka kunjungi," katanya.

Ethawi yang ditangkap pejabat intelijen Irak diyakini sebagai salah satu dari lima pembantu Baghdadi. Pria yang memegang gelar PHD dalam Ilmu Pengetahuan Islam itu sering diberikan tugas-tugas utama seperti memberikan instruksi keagamaan dan pemilihan komandan ISIS.

Saat ISIS mulai mengalami kejatuhan pada tahun 2017, Ethawi melarikan diri ke Suriah dengan istrinya yang orang Suriah.

Pada awal tahun ini AS, agen intelijen Turki dan Irak melakukan operasi gabungan. Mereka berhasil menangkap para pemimpin senior ISIS, termasuk empat warga Irak dan satu warga Suriah, kata pejabat keamanan Irak.

Dari mereka lah informasi mengenai keberadaan Al-Baghdadi diperoleh.

"Mereka memberi kami semua lokasi di mana mereka bertemu dengan Baghdadi di dalam wilayah Suriah dan kami memutuskan untuk berkoordinasi dengan CIA untuk mengerahkan lebih banyak sumber di dalam area-area ini," kata salah seorang pejabat Irak, yang memiliki hubungan dekat dengan beberapa agen keamanan.

"Pada pertengahan 2019 kami berhasil menemukan Idlib sebagai tempat di mana Baghdadi pindah dari desa ke desa bersama keluarganya dan tiga pembantu dekat," kata pejabat itu.

Informan di Suriah kemudian melihat seorang pria Irak mengenakan hiasan kepala kotak-kotak di pasar Idlib yang ternyata adalah Ethawi. Informan itu mengenalinya dari sebuah foto, kata pejabat itu.

Mereka kemudian mengikuti Ethawi ke rumah tempat Baghdadi tinggal. "Kami menyerahkan detailnya ke CIA dan mereka menggunakan satelit dan drone untuk mengawasi lokasi selama lima bulan terakhir," kata pejabat itu.

Dua hari lalu, Baghdadi meninggalkan lokasi bersama keluarganya untuk pertama kalinya, bepergian dengan minibus ke desa terdekat.

"Itu adalah saat terakhirnya untuk hidup," kata pejabat itu.

BERLANJUT KE HAL 3>>>



Sementara itu, AS mengatakan jenazah Baghdadi telah dibuang ke laut. Dalam pernyataannya Ketua Gabungan Staf Angkatan Bersenjata AS, Jenderal Mark Miley mengemukakan hal tersebut dilakukan setelah uji forensik dilakukan pada jenazah Baghdadi.

"Jenazah Baghdadi dibawa ke fasilitas yang aman untuk mengonfirmasi identitasnya melalui uji forensik DNA dan pembuangan jenazahnya sudah dilakukan dan rampung serta ditangani dengan layak," katanya pada wartawan.

Menanggapi keinginan Presiden Trump untuk merilis video penyergapan, ia berujar tengah melakukan proses deklasifikasi, pada foto dan video penyerbuan.

Dalam penyergapan tersebut, Departemen AS mengatakan tidak ada tentara Amerika yang tewas. Namun sayangnya salah satu anjing yang ikut mengejar Baghdadi mengalami cedera serius.

Ini juga diperkuat dengan cuitan Trump di akun medsosnya Selasa (29/10/2019) lalu. Melalui Twitter @realDonaldTrump ia berujar "Kami telah mengklasifikasi sebuah foro seekor anjing yang luar biasa (namanya tidak disebutkan) yang telah melakukan pekerjaan hebat menangkap dan membunuh Pimpinan ISIS, Abu Bakar al-Baghdadi!". Meski Baghdadi sudah tewas, banyak pihak khawatir bahwa ISIS akan melakukan serangan balasan, terutama di wilayah Asia Tenggara.

Profesor Zachary Abuza dari National War College di Washington juga mengatakan bahwa Filipina merupakan tempat ideal bagi militan ISIS yang lari dari Suriah dan Irak.

"Kepemimpinan ISIS memang memerintahkan militan Asia Tenggara untuk ke Filipina. Dengan kematian Baghdadi, akan lebih banyak militan mengurungkan niat ke Irak dan Suriah, jadi Mindanao akan menjadi pilihan mereka," tutur Abuza dikutip CNN Indonesia dari South China Morning Post.

Juru bicara Angkatan Bersenjata Filipina (AFP), Edgard Arevalo, pun mengakui bahwa pihaknya langsung siaga tinggi setelah kabar kematian Baghdadi merebak.

"[AFP] tetap siaga tinggi akan kemungkinan upaya untuk menunggangi perkembangan ini. AFP akan terus melakukan segala daya upaya untuk mencegah atau melawan ekstremis teroris yang masih mengancam negara kami," katanya.

Lebih jauh, Abuza menganggap kematian Baghdadi juga tak akan mengubah operasional lapangan sel teror di Asia Tenggara.

"Tebakan saya sel-sel Asia Tenggara yang berbaiat ke ISIS akan terus melakukan apa yang mereka lakukan, tak peduli apa yang terjadi di Suriah. Sel pro-ISIS di Indonesia selama dua sampai tiga tahun ini saja sudah menarget polisi, bahkan politikus," ucap Abuza merujuk pada serangan terhadap mantan Menko Polhukam, Wiranto.

Abuza mengatakan bahwa sistem komandi ISIS, terutama di Asia, tidak terpusat. Kebanyakan sel di Asia Tenggara tak punya markas tersendiri.

"Di Asia Tenggara, kelompok itu lebih cair. Individu-individu berpindah di antara kelompok-kelompok," tuturnya.
(sef/sef) Next Article Trump: Pengecut, Baghdadi Pemimpin ISIS Tewas Bunuh Diri

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular