Internasional

Tewasnya Bos ISIS Al-Baghdadi & Nafsu AS Caplok Minyak Suriah

Rehia Sebayang & Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
29 October 2019 06:05
Tewasnya Bos ISIS Al-Baghdadi & Nafsu AS Caplok Minyak Suriah
Foto: Abu Bakr al-Baghdadi yang Mengaku Sebagai Pemimpin ISIS di Mosul, Iraq pada 5 Juli 2014 (Social Media Website via Reuters TV/File Photo)
Jakarta, CNBC Indonesia- Pemimpin ISIS Abu Bakar al-Baghdadi, dikabarkan tewas setelah pasukan Amerika Serikat (AS) melakukan operasi militer di Suriah pada hari Sabtu (26/10/2019). Hal ini telah dikonfirmasi secara langsung oleh Presiden AS Donald Trump pada Minggu.

Dalam pidato di Gedung Putih, Trump mengatakan Al-Baghdadi tewas bersama tiga anaknya setelah meledakkan rompi bermuatan bahan peledak yang mereka pakai. Mereka melakukan bunuh diri itu setelah melarikan diri ke terowongan buntu saat serangan berlangsung.


"Dia tewas seperti pengecut. Dunia sekarang sudah menjadi tempat yang lebih aman," kata Trump dalam konferensi pers-nya sebagaimana dikutip CNBC Indonesia dari CNBC International.

Namun, perjalanan untuk 'menumpas' Al-Baghdadi dan kelompok ISIS tidaklah mudah. Al-Baghdadi telah lama menjadi buronan internasional.

Salah satu ajudan Al-Baghdadi yang ditangkap oleh tim intelijen Irak, Ismael al-Ethawi, membeberkan informasi tentang bagaimana pemimpin ISIS itu lolos dari penangkapan selama bertahun-tahun.
Menurut dua pejabat keamanan Irak, Al-Baghdadi kerap kali menggunakan cara yang tidak terpikirkan untuk mengelabui pemburunya. Salah satunya adalah melakukan penyamaran dalam minibus penuh sayuran kata Ethawi kepada para pejabat itu setelah dia ditangkap oleh otoritas Turki dan diserahkan kepada Irak.

"Ethawi memberikan informasi berharga yang membantu tim agen multi-keamanan Irak menyelesaikan potongan-potongan puzzle yang hilang dari gerakan-gerakan Baghdadi dan tempat-tempat yang dulu dia pakai untuk bersembunyi," kata salah seorang pejabat keamanan Irak kepada Reuters.

"Ethawi memberi kami perincian tentang lima pria, termasuk dia, yang bertemu Baghdadi di Suriah dan berbagai lokasi yang mereka kunjungi," katanya.

Sebelum kematiannya dikonfirmasi Trump, Al- Baghdadi juga pernah dikabarkan tewas beberapa kali. Namun, berita-berita itu kemudian dibantah oleh kelompok ISIS.

Selain AS, badan intelijen Barat dan Arab juga turut memburu pria yang telah mengepalai ISIS sejak tahun 2010 itu. Mereka bahkan telah memerintahkan siapapun yang bertemu Al- Baghdadi untuk langsung membunuhnya.

Pada tahun 2016, pemerintah Amerika mengeluarkan sayembara dengan hadiah total US$ 25 juta atau sekitar Rp 350 miliar (estimasi kurs Rp 14.000/dolar) bagi siapa saja yang berhasil memberikan informasi yang merujuk pada Al-Baghdadi.

Selama kepemimpinannya, ISIS telah melakukan banyak serangan mengerikan di lima benua, memicu rasa tidak aman dan kekhawatiran di antara masyarakat dunia.

Ethawi yang ditangkap pejabat intelijen Irak diyakini sebagai salah satu dari lima pembantu Al-Baghdadi. Pria yang memegang gelar PHD dalam Ilmu Pengetahuan Islam itu sering diberikan tugas-tugas utama seperti memberikan instruksi keagamaan dan pemilihan komandan ISIS.

Saat ISIS mulai mengalami kejatuhan pada tahun 2017, Ethawi melarikan diri ke Suriah dengan istrinya yang orang Suriah.

Pada awal tahun ini AS, agen intelijen Turki dan Irak melakukan operasi gabungan. Mereka berhasil menangkap para pemimpin senior ISIS, termasuk empat warga Irak dan satu warga Suriah, kata pejabat keamanan Irak.

Dari mereka lah informasi mengenai keberadaan Al-Baghdadi diperoleh.

"Mereka memberi kami semua lokasi di mana mereka bertemu dengan Baghdadi di dalam wilayah Suriah dan kami memutuskan untuk berkoordinasi dengan CIA untuk mengerahkan lebih banyak sumber di dalam area-area ini," kata salah seorang pejabat Irak, yang memiliki hubungan dekat dengan beberapa agen keamanan.

"Pada pertengahan 2019 kami berhasil menemukan Idlib sebagai tempat di mana Baghdadi pindah dari desa ke desa bersama keluarganya dan tiga pembantu dekat," kata pejabat itu.

Informan di Suriah kemudian melihat seorang pria Irak mengenakan hiasan kepala kotak-kotak di pasar Idlib yang ternyata adalah Ethawi. Informan itu mengenalinya dari sebuah foto, kata pejabat itu. mereka kemudian mengikuti Ethawi ke rumah tempat Baghdadi tinggal.

"Kami menyerahkan detailnya ke CIA dan mereka menggunakan satelit dan drone untuk mengawasi lokasi selama lima bulan terakhir," kata pejabat itu.

Dua hari lalu, Baghdadi meninggalkan lokasi bersama keluarganya untuk pertama kalinya, bepergian dengan minibus ke desa terdekat.

"Itu adalah saat terakhirnya untuk hidup," kata pejabat itu.

BERLANJUT KE HAL 2>>>

[Gambas:Video CNBC]

Dalam konferensi pers, saat mengumumkan kematian pemimpin ISIS, Presiden AS Donald Trump mengaku tertarik untuk membuat kesepakatan dengan ExxonMobil atau perusahaan energi lain guna memanfaatkan cadangan minyak Suriah.

"Apa yang ingin saya lakukan, mungkin, adalah membuat kesepakatan dengan ExxonMobil atau salah satu perusahaan besar kami, untuk masuk ke sana dan melakukannya dengan benar... dan menyebarkan kekayaan," katanya, sebagaimana dilansir dari CNBC Internasional.

Bahkan Presiden Trump telah mengidentifikasi minyak Suriah sebagai prioritas keamanan nasional AS. Ia bahkan telah berkomitmen untuk mengerahkan pasukan untuk melindungi cadangan negara itu ketika ia menarik pasukan dari wilayah utara Suriah.

"Minyak itu sangat berharga, apapun alasannya," kata Trump.

"Ini memicu ISIS, nomor satu. Nomor dua, ini membantu orang-orang Kurdi, karena memang pada dasarnya diambil dari orang-orang Kurdi ... Dan, nomor tiga, itu bisa membantu kita, karena kita juga bisa mengambilnya,".

Senator AS Lindsey Graham dari South Carolina juga mendukung fokus Presiden Trump pada minyak Suriah. Pada saat seorang reporter mempertanyakan hak apa dan bagaimana hukum internasionalnya AS bisa mengambil minyak Suriah.

"Ini adalah sumber utama pendapatan untuk waktu yang lama bagi ISIS," kata Graham.

"Sekarang berada di tangan Pasukan Demokrat Suriah, yang merupakan Kurdi Arab, kebanyakan Kurdi, menjalin kemitraan dengan Amerika Serikat. Jadi, ini tidak melanggar hukum apa pun. Dalam pandangan saya, apa yang dilakukannya hanyalah akal sehat kebijakan luar negeri."

"Ini adalah win-win," lanjutnya. "SDF akan mendapatkan lebih banyak uang jika kita bisa memodernisasi ladang minyak,".

BERLANJUT KE HAL 3>>>


Sebelum pengumuman kematian Baghdadi, pemerintah Rusia menuding AS memanfaatkan posisinya di Suriah. AS bahkan dituding Rusia sebagai "bandit kelas internasional" karena terlibat dalam penjualan minyak ilegal di negara di Timur Tengah tersebut.

Bahkan tindakan AS yang mengerahkan militernya guna menjaga ladang-ladang minyak di Suriah bagian timur dari ISIS, dianggap sebagai kamuflase.

"Tindakan Washington saat ini... sederhananya adalah tindakan bandit negara kelas internasional," kata Menteri Pertahanan Rusia, sebagaimana dikutip Reuters akhir pekan lalu.

Dalam rilisnya, Moskow mengatakan pasukan AS dan perusahaan keamanan swasta di Suriah timur melindungi penyelundup minyak yang menghasilkan lebih dari US$ 30 juta sebulan atau sekitar Rp 420 miliar (asumsi kurs Rp 14.000/US$).

Rusia, yang mendukung Presiden Suriah Bashar Assad, sudah sejak lama menentang keberadaan AS di negara kaya minyak itu.
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular