
Korban Proyek Kereta Cepat: Nyawa Melayang, Rumah, Sekolah
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
24 October 2019 15:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Kegiatan konstruksi proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB) menelan korban jiwa. Satu nyawa dipastikan melayang akibat pipa BBM Pertamina yang berada pada lokasi proyek kereta cepat tersebut bocor dan terbakar, Selasa (22/10/2019) Siang.
Seorang warga negara asing (WNA) bernama Li Xuanfeng, pekerja proyek kereta cepat itu, tewas dalam insiden tersebut. Pria yang bekerja di subcon PT CREC, PT Ming Shu Construction, itu tewas terpanggang.
Diduga pria yang bekerja sebagai operator alat berat itu terjebak di lokasi. Jenazahnya langsung dievakuasi oleh petugas pemadam kebakaran usai kejadian. PR & CSR Manager PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), Deni Yusdiaana, mengakui hal tersebut.
"Ya memang sesuai dengan berita saja di koran. Ada satu korban jiwa, meninggal. [Korban luka] kami belum terinfo ya yang lainnya. Hanya itu saja saat ini. Karena memang saat di pekerjaan itu tidak terlalu banyak orang. Pas kejadian lagi istirahat," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (23/10/2019).
Meski pemicu ledakan masih diinvestigasi, pihak KCIC mengaku akan bertanggung jawab atas insiden terbakarnya pipa Pertamina di lokasi proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB), Cimahi, Jawa Barat. Karenanya, PT KCIC menyampaikan permintaan maaf.
Insiden ini bukan satu-satunya persoalan yang timbul dalam proses pembangunan KCJB. Pada pekerjaan terowongan (tunnel) 11 yang berlokasi di Gunung Bohong, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, masalah lain timbul.
Warga Kompleks Tipar Silih Asih RW 13, Desa Laksanamekar, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), resah dengan aktivitas proyek tersebut. Pasalnya, pekerjaan terowongan dilakukan dengan cara pengeboman.
Ledakan dalam setiap pengeboman membuat rumah-rumah warga rusak. Linda (45), warga RT 4, mengaku dinding rumahnya retak-retak. Retakan paling parah terlihat di kamar mandinya. Cahaya matahari bahkan menyelinap dari retakan yang menganga itu.
"Kalau tidak salah seminggu yang lalu, ketika saya mandi. Ada suara ledakan diikuti getaran, tak lama kemudian setelah keluar muncul retakan itu," kata Linda dikutip Kamis (24/10/2019), dari detikcom.
Menurut Linda, dinding yang retak itu pernah diperbaiki dua kali oleh suaminya. Namun, karena pengeboman susulan retakan itu kembali muncul. "Saya punya anak, khawatir kalau sampai menimpa anak saya. Sekali lagi ada ledakan mungkin bisa roboh," ucapnya.
Keresahan juga diungkapkan oleh Heru Agam (49), perlengkapan tukang yang berada di rumahnya berjatuhan menyusul suara dentuman keras. "Sekitar tiga minggu ke belakang ada pengebomannya, tapi yang paling terasa hari ketiga," katanya.
Lantai rumahnya menjadi timpang pascapengeboman. Ia ingat, ketika itu kejadiannya siang hari. "Ini hanya tinggal menunggu waktu saja. Kami bingung mau bagaimana lagi," ucapnya.
Jarak antara mulut tunnel 11 dengan kompleks tersebut berkisar 1 kilometer. Kendati demikian, getaran dari pengeboman berdampak ke 120 rumah dengan 500 jiwa yang berada di kaki Gunung Bohong itu.
Ketua RW 13, Ahmad M Sutisna mengatakan, pihak proyek pernah mendatangi warga terkait pembuatan terowongan tersebut.
"Tahun 2016 datang dengan kesepakatan dibor, tapi tiba-tiba tahun 2019 saat pengerjaan ada pengeboman. Padahal tidak ada kesepakatan seperti itu," kata Ahmad.
Pihaknya pun pernah berembuk dengan pihak proyek disaksikan aparat setempat pasca-pengeboman, namun tak kunjung mendapatkan hasil yang diharapkan.
PR & CSR Manager PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), Deni Yusdiaana, irit bicara mengenai hal ini. "Nanti saya ini [jelaskan] lagi tersendiri ya. Mohon maaf saya fokus ke sini [ledakan pipa Pertamina] dulu karena ini kejadiannya luar biasa," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (23/10/2019).
Ia membantah bahwa aktivitas yang berlangsung merupakan pengeboman. Yang benar adalah blasting (peledakan) yang dilakukan sub kontraktor PT Dahana.
"Itu ada blasting sesuai dengan kondisi di sana. Jadi bukan pemboman ya. Blasting itu metode untuk kalau di situ ada komponen batuan atau segala macam," urainya.
Selain masalah ledakan pipa dan dampak peledakan kegiatan pembangunan terowongan kereta cepat, masalah lain timbul akibat proyek ini. Aktivitas belajar mengajar di SMPN 1 Ngamprah, Bandung Barat selama beberapa bulan sempat terganggu.
Akibatnya, setiap hari, 1.183 siswa harus terpapar debu dan mendengar suara bising kendaraan proyek ketika belajar. Deni Yusdiaana juga ogah mengomentari hal tersebut. Ia bilang bahwa Direktur Utama PT KCIC Chandra Dwiputra sudah pernah memberikan penjelasan dalam sebuah acara yang berlangsung di Kantor Kementerian Perhubungan.
Chandra Dwiputra sendiri memang mengatakan, setiap pembangunan proyek infrastruktur pasti akan memberikan dampak serupa. Ia juga menyinggung proyek-proyek tol yang menurutnya juga memberi dampak seperti yang disebabkan proyek kereta cepat.
"Anda lihat saja jalan tol kan produksi debu juga kan? Setiap pembangunan pasti seperti itu," tutur Chandra Gedung Karsa Kemenhub, Jakarta, Kamis (10/10/2019), sebagaimana dilaporkan detikcom.
(hoi/hoi) Next Article Insiden Pipa Terbakar, Proyek Kereta Cepat Tetap Lanjut
Seorang warga negara asing (WNA) bernama Li Xuanfeng, pekerja proyek kereta cepat itu, tewas dalam insiden tersebut. Pria yang bekerja di subcon PT CREC, PT Ming Shu Construction, itu tewas terpanggang.
Diduga pria yang bekerja sebagai operator alat berat itu terjebak di lokasi. Jenazahnya langsung dievakuasi oleh petugas pemadam kebakaran usai kejadian. PR & CSR Manager PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), Deni Yusdiaana, mengakui hal tersebut.
Meski pemicu ledakan masih diinvestigasi, pihak KCIC mengaku akan bertanggung jawab atas insiden terbakarnya pipa Pertamina di lokasi proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB), Cimahi, Jawa Barat. Karenanya, PT KCIC menyampaikan permintaan maaf.
Insiden ini bukan satu-satunya persoalan yang timbul dalam proses pembangunan KCJB. Pada pekerjaan terowongan (tunnel) 11 yang berlokasi di Gunung Bohong, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, masalah lain timbul.
Warga Kompleks Tipar Silih Asih RW 13, Desa Laksanamekar, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), resah dengan aktivitas proyek tersebut. Pasalnya, pekerjaan terowongan dilakukan dengan cara pengeboman.
Ledakan dalam setiap pengeboman membuat rumah-rumah warga rusak. Linda (45), warga RT 4, mengaku dinding rumahnya retak-retak. Retakan paling parah terlihat di kamar mandinya. Cahaya matahari bahkan menyelinap dari retakan yang menganga itu.
"Kalau tidak salah seminggu yang lalu, ketika saya mandi. Ada suara ledakan diikuti getaran, tak lama kemudian setelah keluar muncul retakan itu," kata Linda dikutip Kamis (24/10/2019), dari detikcom.
Menurut Linda, dinding yang retak itu pernah diperbaiki dua kali oleh suaminya. Namun, karena pengeboman susulan retakan itu kembali muncul. "Saya punya anak, khawatir kalau sampai menimpa anak saya. Sekali lagi ada ledakan mungkin bisa roboh," ucapnya.
Keresahan juga diungkapkan oleh Heru Agam (49), perlengkapan tukang yang berada di rumahnya berjatuhan menyusul suara dentuman keras. "Sekitar tiga minggu ke belakang ada pengebomannya, tapi yang paling terasa hari ketiga," katanya.
Lantai rumahnya menjadi timpang pascapengeboman. Ia ingat, ketika itu kejadiannya siang hari. "Ini hanya tinggal menunggu waktu saja. Kami bingung mau bagaimana lagi," ucapnya.
Jarak antara mulut tunnel 11 dengan kompleks tersebut berkisar 1 kilometer. Kendati demikian, getaran dari pengeboman berdampak ke 120 rumah dengan 500 jiwa yang berada di kaki Gunung Bohong itu.
Ketua RW 13, Ahmad M Sutisna mengatakan, pihak proyek pernah mendatangi warga terkait pembuatan terowongan tersebut.
"Tahun 2016 datang dengan kesepakatan dibor, tapi tiba-tiba tahun 2019 saat pengerjaan ada pengeboman. Padahal tidak ada kesepakatan seperti itu," kata Ahmad.
Pihaknya pun pernah berembuk dengan pihak proyek disaksikan aparat setempat pasca-pengeboman, namun tak kunjung mendapatkan hasil yang diharapkan.
PR & CSR Manager PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), Deni Yusdiaana, irit bicara mengenai hal ini. "Nanti saya ini [jelaskan] lagi tersendiri ya. Mohon maaf saya fokus ke sini [ledakan pipa Pertamina] dulu karena ini kejadiannya luar biasa," ungkapnya kepada CNBC Indonesia, Rabu (23/10/2019).
Ia membantah bahwa aktivitas yang berlangsung merupakan pengeboman. Yang benar adalah blasting (peledakan) yang dilakukan sub kontraktor PT Dahana.
"Itu ada blasting sesuai dengan kondisi di sana. Jadi bukan pemboman ya. Blasting itu metode untuk kalau di situ ada komponen batuan atau segala macam," urainya.
Selain masalah ledakan pipa dan dampak peledakan kegiatan pembangunan terowongan kereta cepat, masalah lain timbul akibat proyek ini. Aktivitas belajar mengajar di SMPN 1 Ngamprah, Bandung Barat selama beberapa bulan sempat terganggu.
Akibatnya, setiap hari, 1.183 siswa harus terpapar debu dan mendengar suara bising kendaraan proyek ketika belajar. Deni Yusdiaana juga ogah mengomentari hal tersebut. Ia bilang bahwa Direktur Utama PT KCIC Chandra Dwiputra sudah pernah memberikan penjelasan dalam sebuah acara yang berlangsung di Kantor Kementerian Perhubungan.
Chandra Dwiputra sendiri memang mengatakan, setiap pembangunan proyek infrastruktur pasti akan memberikan dampak serupa. Ia juga menyinggung proyek-proyek tol yang menurutnya juga memberi dampak seperti yang disebabkan proyek kereta cepat.
"Anda lihat saja jalan tol kan produksi debu juga kan? Setiap pembangunan pasti seperti itu," tutur Chandra Gedung Karsa Kemenhub, Jakarta, Kamis (10/10/2019), sebagaimana dilaporkan detikcom.
(hoi/hoi) Next Article Insiden Pipa Terbakar, Proyek Kereta Cepat Tetap Lanjut
Most Popular