Internasional

Perang Dagang AS-China Bisa Berimbas ke Sanksi Pada Malaysia

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
21 October 2019 16:42
Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad mengatakan negaranya yang bergantung pada ekspor dapat terkena sanksi perdagangan
Foto: How Hwee Young/Pool via REUTERS
Jakarta, CNBC Indonesia - Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad pada hari Senin (21/10/19) mengatakan negaranya yang bergantung pada ekspor dapat terkena sanksi perdagangan di tengah meningkatnya perang tarif antara Amerika Serikat (AS)-China.

Namun, Mahathir tidak menyebutkan negara mana yang akan menjatuhkan sanksi terhadap tetangga Indonesia itu.


Perdana menteri tertua di dunia itu hanya mengatakan dia kecewa karena para pendukung perdagangan bebas sekarang terlibat dalam praktik-praktik pembatasan perdagangan dalam skala besar.

"Sayangnya, kami terperangkap di tengah (perang dagang AS-China)," katanya dalam konferensi di Kuala Lumpur.

"Secara ekonomi kita terhubung dengan kedua pasar, dan secara fisik kita juga terjebak di antaranya karena alasan geografis. Bahkan ada kemungkinan bahwa kita sendiri akan menjadi sasaran sanksi," tambahnya, mengutip Reuters.

Amerika Serikat dan China adalah dua dari tiga tujuan ekspor terbesar untuk Malaysia pada periode Januari hingga Agustus tahun ini. Tujuan utamanya adalah Singapura.

Untuk itu, Mahathir mengatakan Malaysia lebih banyak berkolaborasi dengan negara-negara tetangga di kawasan untuk mengurangi dampak perang dagang antara dua ekonomi terbesar di dunia itu.

Selain perang dagang AS-China, Mahathir juga mengeluh karena negaranya diintimidasi oleh negara-negara kuat lainnya. Salah satu yang 'mengintimidasi' Malaysia adalah negara-negara Eropa.

Seperti diketahui Uni Eropa menggalakkan kampanye terhadap minyak sawit, hasil pertanian andalan Malaysia. Uni Eropa pada awal tahun ini meloloskan undang-undang untuk menghapus minyak kelapa sawit dari bahan bakar terbarukan pada tahun 2030 karena isu deforestasi.

Padahal, minyak nabati berkontribusi 2,8% dari produk domestik bruto (PDB) Malaysia tahun lalu dan 4,5% dari total ekspor.

"Setelah menebangi sebagian besar hutan mereka dan menolak untuk mengurangi emisi berbahaya mereka, mereka sekarang mencoba memiskinkan orang miskin dengan melarang mereka menebangi hutan mereka untuk ruang hidup dan mencari nafkah," katanya.






(sef/sef) Next Article Uji Posisi RI di Tengah 'Panas-Dingin' Hubungan AS-China

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular