
Berawal Dari Hobi, Perajin Ini Ekspor Gitar Rp 70 Juta
Yuni Astutik, CNBC Indonesia
17 October 2019 18:14

Jakarta, CNBC Indonesia- Jika ditekuni, hobi ternyata mampu mendulang pundi-pundi. Begitulah yang terjadi pada Guruh Sabdo Nugroho, pemilik usaha Batiksoul Guitars yang berbasis di Solo, Jawa Tengah.
Guruh awalnya karyawan biasa yang gandrung akan gitar. Lulusan Sarjana Komputer ini memang hobi koleksi gitar dan sempat menjadi trader untuk gitar-gitar dengan harga di bawah Rp 2 juta. Kala itu, dengan modal Rp 10 juta, Nugroho mantap banting setir, memilih mundur dari pekerjaannya, dan menekuni hobinya.
"Awalnya penasaran, kenapa ada gitar yang harganya mahal, saya jadi belajar," katanya kepada CNBC Indonesia, Rabu (16/10/2019).
Gitar dengan motif batik adalah cikal bakal usaha miliknya. Mulai 2011 sampai 2014, Batiksoul Guitars dikenal dengan gitar yang memiliki motif batik. Seiring berjalannya waktu, Guruh menyebut jika usahanya mulai naik kelas, dan beralih dengan konsep butik gitar.
"Kebetulan paten merk-nya pada 2014. Setelah trial and eror, belajar secara otodidak, belajar di Bandung sampai Malaysia, browsing juga, bagaimana pembentukan gitar butik," kenangnya.
Dia menyebut, usahanya yang sudah beralih dengan konsep gitar butik memang cenderung memiliki peminat sesuai karakter personal, siapa penggunanya. Terbuat dari kayu mangga dan mahoni, gitar buatannya dijual dengan harga 1.800 euro hingga yang paling mahal pernah terjual sampai 4.500 euro atau sekitar Rp 70 juta (kurs Rp 15.700).
Kayu yang digunakan juga tak main-main. Sebab, semakin tua usia kayu yang digunakan, maka semakin mahal dan butuh ketekunan untuk membuat sebuah gitar. Dia menyebut, ada kayu mangga berusia 80 tahun yang menjadi bahan bakunya. Dengan bahan baku pilihan, tak heran sebulan hanya 5-8 unit gitar yang bisa dihasilkan.
"Konsep gitar butik bisa dibilang tak ada pesaing, sebab gitar seperti ini punya ciri khas, konsepnya beda dengan pabrikan, karena ada tingkatannya masing-masing," terangnya.
Saat ini, ada banyak sekali gitar butik. Di Indonesia sebut saja Bali dan bandung. Sementara untuk gitar butik internasional tersebar di seluruh penjuru, di mana yang menurutnya terkenal adalah Irlandia, Amerika hingga Swiss.
"Tapi ya itu, bisa dibilang bukan pesaing karena masing-masing punya ciri khas. Yang di Swiss, gitar dibuat dari bahan loak yang dijadikan satu," jelasnya.
Gitar buatannya telah diekspor ke sejumlah negara seperti Moskow, Singapura, Belanda hingga Kopenhagen. selain digunakan oleh kalangan musisi, gitar buatannya juga dilirik oleh kolektor. Beberapa musisi Indonesia juga menggunakan gitar buatannya.
"David Naif, Endah Laras penyanyi keroncong dan ini juga (menunjuk sebuah guitarlele) bakal digunakan oleh yang saya tak bisa sebutkan namanya, karena belum rilis," katanya seraya tertawa.
Sebagai pengusaha, Guruh harus pandai mengatur strategi agar jualannya tetap laris manis. Melalui Coaching Program For New Exporter (CPNE) yang digagas oleh Lembaga Penjamin Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank, Guruh belajar bagaimana bisa memperoleh pangsa pasar lebih luas serta menjual produknya melalui e-commerce.
"Setelah CPNE jadi tau trik untuk penjualan Ecommerce, dan bagaimana dengan paypal," terangnya.
Targetnya, Guruh akan membidik pasar Eropa Barat, dengan mengandalkan amazone sebagai media untuk memasarkan gitar-gitar buatannya. Tak hanya itu, market place yang khusus menjual gitar juga bakal menjadi targetnya.
Sayangnya, saat disinggung soal omset, Guruh enggan menyebut secara pasti. "Sensitif, kalau bicara omset," elaknya. Yang pasti, pelan tapi pasti, usahanya mulai menunjukkan hasil. Dia mencatat ada kenaikan yang stabil setiap tahunnya.
"Setiap tahun (omset) naik sekitar 20% lah," tandasnya.
(dob/dob) Next Article LPEI Dampingi UKM Tembus Pasar Ekspor, Ini Strateginya!
Guruh awalnya karyawan biasa yang gandrung akan gitar. Lulusan Sarjana Komputer ini memang hobi koleksi gitar dan sempat menjadi trader untuk gitar-gitar dengan harga di bawah Rp 2 juta. Kala itu, dengan modal Rp 10 juta, Nugroho mantap banting setir, memilih mundur dari pekerjaannya, dan menekuni hobinya.
"Awalnya penasaran, kenapa ada gitar yang harganya mahal, saya jadi belajar," katanya kepada CNBC Indonesia, Rabu (16/10/2019).
"Kebetulan paten merk-nya pada 2014. Setelah trial and eror, belajar secara otodidak, belajar di Bandung sampai Malaysia, browsing juga, bagaimana pembentukan gitar butik," kenangnya.
Dia menyebut, usahanya yang sudah beralih dengan konsep gitar butik memang cenderung memiliki peminat sesuai karakter personal, siapa penggunanya. Terbuat dari kayu mangga dan mahoni, gitar buatannya dijual dengan harga 1.800 euro hingga yang paling mahal pernah terjual sampai 4.500 euro atau sekitar Rp 70 juta (kurs Rp 15.700).
Kayu yang digunakan juga tak main-main. Sebab, semakin tua usia kayu yang digunakan, maka semakin mahal dan butuh ketekunan untuk membuat sebuah gitar. Dia menyebut, ada kayu mangga berusia 80 tahun yang menjadi bahan bakunya. Dengan bahan baku pilihan, tak heran sebulan hanya 5-8 unit gitar yang bisa dihasilkan.
"Konsep gitar butik bisa dibilang tak ada pesaing, sebab gitar seperti ini punya ciri khas, konsepnya beda dengan pabrikan, karena ada tingkatannya masing-masing," terangnya.
![]() |
Saat ini, ada banyak sekali gitar butik. Di Indonesia sebut saja Bali dan bandung. Sementara untuk gitar butik internasional tersebar di seluruh penjuru, di mana yang menurutnya terkenal adalah Irlandia, Amerika hingga Swiss.
"Tapi ya itu, bisa dibilang bukan pesaing karena masing-masing punya ciri khas. Yang di Swiss, gitar dibuat dari bahan loak yang dijadikan satu," jelasnya.
Gitar buatannya telah diekspor ke sejumlah negara seperti Moskow, Singapura, Belanda hingga Kopenhagen. selain digunakan oleh kalangan musisi, gitar buatannya juga dilirik oleh kolektor. Beberapa musisi Indonesia juga menggunakan gitar buatannya.
"David Naif, Endah Laras penyanyi keroncong dan ini juga (menunjuk sebuah guitarlele) bakal digunakan oleh yang saya tak bisa sebutkan namanya, karena belum rilis," katanya seraya tertawa.
Sebagai pengusaha, Guruh harus pandai mengatur strategi agar jualannya tetap laris manis. Melalui Coaching Program For New Exporter (CPNE) yang digagas oleh Lembaga Penjamin Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank, Guruh belajar bagaimana bisa memperoleh pangsa pasar lebih luas serta menjual produknya melalui e-commerce.
"Setelah CPNE jadi tau trik untuk penjualan Ecommerce, dan bagaimana dengan paypal," terangnya.
Targetnya, Guruh akan membidik pasar Eropa Barat, dengan mengandalkan amazone sebagai media untuk memasarkan gitar-gitar buatannya. Tak hanya itu, market place yang khusus menjual gitar juga bakal menjadi targetnya.
Sayangnya, saat disinggung soal omset, Guruh enggan menyebut secara pasti. "Sensitif, kalau bicara omset," elaknya. Yang pasti, pelan tapi pasti, usahanya mulai menunjukkan hasil. Dia mencatat ada kenaikan yang stabil setiap tahunnya.
"Setiap tahun (omset) naik sekitar 20% lah," tandasnya.
(dob/dob) Next Article LPEI Dampingi UKM Tembus Pasar Ekspor, Ini Strateginya!
Most Popular