Jonan Ingatkan Ancaman Serius dari Air Tanah di Jakarta

Anisatul Umah, CNBC Indonesia
15 October 2019 18:10
Penurunan permukaan tanah karena eksploitasi air tanah jadi masalah serius.
Foto: Peresmian 13 titik penyalur BBM Satu Harga oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, Jumat (11/10/2019) yang dipusatkan di SPBU Kompak 56.862.03 Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). (Dok. BPH Migas)
Jakarta, CNBC Indonesia - Laju penurunan permukaan tanah di daerah Ancol, Jakarta Utara menjadi yang tertinggi di Jakarta. Bila menggunakan alat GPS Geodetik penurunannya mencapai 12 cm per tahun. Ancol hanya jadi contoh bagaimana ancaman Jakarta tenggelam suatu keniscayaan.

Pengambilan air tanah yang berlebihan di Jakarta menyebabkan turunnya permukaan air tanah yang ikut menjadi penyebab terjadinya penurunan tanah (land subsidence) dan intrusi air laut atau masuknya air laut ke daratan.

Sialnya, sumber air bersih Jakarta baru 40 persen yang dipenuhi oleh PDAM, sisanya 60 persen masih memanfaatkan air tanah.

Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan menerangkan penurunan permukaan tanah yang mencapai 12 cm harus ditangani dengan serius. Jika dalam satu tahun, dihitung 10 cm saja maka dalam 10 tahun tanah di Jakarta Utara sudah mengalami penurunan 1 meter, kemudian dalam waktu 50 tahun terjadi penurunan 5 meter.

"Jangan sampai penggunaan air tanah ini tanpa diperhitungkan dampak lingkungan, orang lain di sekitar kena dampak. Saya imbau Pak Gubernur sekarang, saya yakin dia concern pada masalah air tanah," ungkap Jonan dalam acara Media Gathering "Selamatkan Air Tanah Jakarta : Sekarang atau Tunggu Jakarta Tenggelam" di Kementerian ESDM, Selasa (15/10/2019).

Sejak 2015, Jonan mengatakan setiap penggunaan air tanah harus meminta rekomendasi dari pemerintah Provinsi DKI. Jika hal ini tidak dilakukan Jakarta lama kelamaan akan menjadi kota yang tidak layak tinggal. "Saya harap bisa dikendalikan oleh Pemprov agar bisa membaik permukaan air tanahnya, kalau dikendalikan 10 tahun bisa membaik," imbuhnya.

Tindakan yang bisa dilakukan untuk mencegah penurunan permukaan tanah di Jakarta di antaranya dengan melakukan pemantauan kondisi air tanah Jakarta. Kemudian pemantauan penurunan permukaan tanah, optimalisasi upaya konservasi dengan pengembangan teknologi konservasi, pelayanan rekomendasi teknis, pelayanan data serta informasi air tanah secara elektronik.

Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM Rudy Suhendar menerangkan penurunan permukaan tanah terjadi karena tiga hal, antara lain Pertama, perubahan pada lapisan batuan, di mana pori-pori batuan awalnya berisi air lama kelamaan kosong karena air tanah disedot. 

Kedua, beratnya beban bangunan yang menyebabkan lapisan di bawahnya turun. Ketiga, natural konsolidasi, yakni sifat asli pada yang tanah seperti lempung dan pasir halus sehingga menyumbang percepatan penurunan permukaan tanah.

"Yang bisa kita kontrol adalah pengambilan air tanah. Pengaruhnya bisa 20-30 persen. Kedua beban bangunan sebab tumpuan bangunan itu sangat penting," terangnya di acara yang sama.
(hoi/hoi) Next Article Selain Jakarta, Kota-Kota di RI Ini Juga Terancam Amblas

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular