
Ekspor Kelapa Mentah 'Bulat-Bulat', RI Malah Rugi Triliunan
Rahajeng Kusumo Hastuti, CNBC Indonesia
14 October 2019 19:23

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri kelapa kehilangan potensi nilai tambah Rp 53,85 triliun pada 2018 akibat besarnya kapasitas produksi yang idle atau menganggur pada sektor ini. Ekspor kelapa selama ini lebih banyak dalam bentuk 'mentah' atau kelapa segar yang belum diolah bernilai tambah tinggi.
Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat seharusnya industri kelapa bisa bernilai Rp 74,23 triliun, namun realisasinya hanya Rp 20,38 triliun.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Kementan Dedi Junaedi mengatakan selama ini anggaran besar di sektor pertanian masih fokus pada pangan.
Dalam lima tahun ke depan, kelapa akan masuk dalam pengembangan produk strategis. Tahun lalu potensi produktivitas industri kelapa 10,44 juta ton, namun realisasinya hanya 2,69 juta ton.
"Biarpun sawit masih mendominasi, tapi kelapa juga besar potensinya. Kelapa tidak ada black campaign. Kami pusing juga kalau dengan kampanye hitam ini (di sawit)," kata Dedi, Senin (14/10/2019).
Selain itu, kementan juga akan mendorong replanting atau penanaman kembali dalam lima tahun ke depan, yang selama ini masih mandek. Petani juga lebih suka mengekspor kelapa segar dibandingkan memasok ke industri pengolahan kelapa.
Apalagi di tingkat perkebunan, rantai pasok kelapa sebenarnya cukup panjang, namun seringkali terhambat. Adanya tol laut juga tidak bisa melancarkan distribusi kelapa dari wilayah timur, ke sentra produksi kelapa.
"Kelapa bulat masih jadi ekspor. Jangan sampai kita impor produk hilir yang bahannya dari kita sendiri," katanya.
Kementan mencatat luas lahan perkebunan kelapa 3,6 juta hektare dengan produksi 2,8 juta ton per tahun dan produktivitas 1,1 ton/hektar per tahun. Industri kelapa pun berkontribusi 4,9% terhadap volume ekspor.
Produksi buah kelapa rata-rata 17 miliar butir/ tahun atau setara dengan 3,02 juta ton kopra, 3,75 juta ton air, 0,75 ton arang tempurung, 1,8 juta serat sabut dan 3,3 juta ton debu sabut.
(hoi/hoi) Next Article RI Masih Ekspor Kelapa Segar, Industri di Dalam Negeri Teriak
Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat seharusnya industri kelapa bisa bernilai Rp 74,23 triliun, namun realisasinya hanya Rp 20,38 triliun.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Kementan Dedi Junaedi mengatakan selama ini anggaran besar di sektor pertanian masih fokus pada pangan.
"Biarpun sawit masih mendominasi, tapi kelapa juga besar potensinya. Kelapa tidak ada black campaign. Kami pusing juga kalau dengan kampanye hitam ini (di sawit)," kata Dedi, Senin (14/10/2019).
Selain itu, kementan juga akan mendorong replanting atau penanaman kembali dalam lima tahun ke depan, yang selama ini masih mandek. Petani juga lebih suka mengekspor kelapa segar dibandingkan memasok ke industri pengolahan kelapa.
Apalagi di tingkat perkebunan, rantai pasok kelapa sebenarnya cukup panjang, namun seringkali terhambat. Adanya tol laut juga tidak bisa melancarkan distribusi kelapa dari wilayah timur, ke sentra produksi kelapa.
"Kelapa bulat masih jadi ekspor. Jangan sampai kita impor produk hilir yang bahannya dari kita sendiri," katanya.
Kementan mencatat luas lahan perkebunan kelapa 3,6 juta hektare dengan produksi 2,8 juta ton per tahun dan produktivitas 1,1 ton/hektar per tahun. Industri kelapa pun berkontribusi 4,9% terhadap volume ekspor.
Produksi buah kelapa rata-rata 17 miliar butir/ tahun atau setara dengan 3,02 juta ton kopra, 3,75 juta ton air, 0,75 ton arang tempurung, 1,8 juta serat sabut dan 3,3 juta ton debu sabut.
(hoi/hoi) Next Article RI Masih Ekspor Kelapa Segar, Industri di Dalam Negeri Teriak
Most Popular