
Industri Ban Masih Lesu, Perlukah Robotik demi Efisiensi?
Efrem Limsan Siregar, CNBC Indonesia
14 October 2019 10:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Lesunya industri otomotif sejak 10 bulan terakhir mempengaruhi permintaan ban nasional. Kondisi ini dirasakan pengusaha ban nasional yang memproduksi ban berorientasi ekspor.
Selain itu, industri ban dihadapkan juga pada masalah tanaman karet yang menurun akibat terserang penyakit jamur. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ban Indonesia (APBI), Aziz Pane, mengatakan bahwa industri ban hanya bisa bertahan dari kondisi ini.
Untuk bisa kembali menguasai pasar global, langkah efisiensi perlu diterapkan, semisal dengan penerapan tenaga robotik. Namun, Azis belum sepenuhnya setuju jika robotik segera dilakukan. Masalah kesempatan bekerja menjadi pertimbangan.
"Kita sudah banyak pengangguran penduduk 276 juta orang, masa kita hancurkan? Hanya masalahnya, pemerintah tolong mengatur dengan 1 SK supaya UMR [upah minimum regional] enggak naik turun," kata Azis dalam dialog di Closing Bell, CNBC Indonesia, Jumat (11/10/2019).
Bagi Azis, hal utama yang perlu dibereskan adalah kebijakan menyangkut tingkat suku bunga, harga gas industri, dan upah ketenagakerjaan yang mempengaruhi biaya produksi.
"Engga usah jauh-jauhlah, gas turunkan harganya, bunga turunkan harganya, UMR ditetapkan. Itu sudah cukup. Kita pasti bisa berkembang," kata Azis.
Saat ini masalah harga gas industri dan penetapan UMR 2020 menjadi isu hangat bagi dunia industri. Kalangan pengusaha sepakat harga gas yang fixed untuk industri di plant gate (di titik pengguna) sebesar US$ 6/MMBTU.
Sementara besaran UMP 2020 masih menjadi tarik ulur lantaran kalangan pengusaha menuntut agar PP 78/2015 tentang Pengupahan direvisi, padahal aturan ini sebenarnya sudah memberikan kepastian kepada kalangan pengusaha untukmenetapkanUMR yang sesuai dengan kondisi perekonomian.
(tas) Next Article Jamur Ganggu Kinerja Komoditas Karet
Selain itu, industri ban dihadapkan juga pada masalah tanaman karet yang menurun akibat terserang penyakit jamur. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ban Indonesia (APBI), Aziz Pane, mengatakan bahwa industri ban hanya bisa bertahan dari kondisi ini.
Untuk bisa kembali menguasai pasar global, langkah efisiensi perlu diterapkan, semisal dengan penerapan tenaga robotik. Namun, Azis belum sepenuhnya setuju jika robotik segera dilakukan. Masalah kesempatan bekerja menjadi pertimbangan.
"Kita sudah banyak pengangguran penduduk 276 juta orang, masa kita hancurkan? Hanya masalahnya, pemerintah tolong mengatur dengan 1 SK supaya UMR [upah minimum regional] enggak naik turun," kata Azis dalam dialog di Closing Bell, CNBC Indonesia, Jumat (11/10/2019).
Bagi Azis, hal utama yang perlu dibereskan adalah kebijakan menyangkut tingkat suku bunga, harga gas industri, dan upah ketenagakerjaan yang mempengaruhi biaya produksi.
"Engga usah jauh-jauhlah, gas turunkan harganya, bunga turunkan harganya, UMR ditetapkan. Itu sudah cukup. Kita pasti bisa berkembang," kata Azis.
Saat ini masalah harga gas industri dan penetapan UMR 2020 menjadi isu hangat bagi dunia industri. Kalangan pengusaha sepakat harga gas yang fixed untuk industri di plant gate (di titik pengguna) sebesar US$ 6/MMBTU.
Sementara besaran UMP 2020 masih menjadi tarik ulur lantaran kalangan pengusaha menuntut agar PP 78/2015 tentang Pengupahan direvisi, padahal aturan ini sebenarnya sudah memberikan kepastian kepada kalangan pengusaha untukmenetapkanUMR yang sesuai dengan kondisi perekonomian.
(tas) Next Article Jamur Ganggu Kinerja Komoditas Karet
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular