
Cerita Luhut Soal Susahnya Kembangkan Bandara & Danau Toba
Cantika Adinda Putri, CNBC Indonesia
11 October 2019 19:50

Jakarta, CNBC Indonesia - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan bercerita soal bagaimana pemerintah akhirnya dapat membangun Bandara Silangit di Tapanuli Utara, dekat Danau Toba.
Luhut memulai ceritanya saat tiga tahun lalu pemerintah sudah menyiapkan lahan Badan Otoritas Danau Toba (BODT). BODT saat itu mendapatkan tanah seluas 500 hektare. Seiring berjalannya waktu, ternyata tanah yang bisa dibangun adalah sebesar 385,5 hektare.
"Waktu itu masalah tanahnya dulu 500 hektare. Tapi, setelah diusut-usut legalnya, akhirnya yang kita lihat benar adalah 385,5 hektare. Tapi kini secara teknis semua, secara undang-undang sudah kami selesaikan," cerita Luhut di kantornya, Jumat (11/10/2019).
Saat menyelesaikan sengketa tanah tersebut, Luhut juga bercerita bahwa ada beberapa bekas pejabat yang bermain curang dalam persoalan sengketa lahan tersebut.
"Dia pikir bisa diatur-atur. Tidak bisa, kita berpegang kepada aturan dan ketentuan, dan juga kearifan," katanya.
Oleh karenanya, lanjut dia meskipun masyarakat ada yang juga memiliki lahan di sana, pemerintah juga sudah mengganti rugi.
"Saya sudah ke sana sebenarnya. Itu memang banyak ditanam tanaman kopi. Ada berapa pohon kopi di sana, kini [sudah] kita ganti," katanya.
Luhut menegaskan, apabila masih ada kesimpangsiuran soal lahan sengketa di Bandara Silangit, itu sudah diselesaikan oleh pemerintah. Ia juga mengklaim bahwa pemerintah sudah berpengalaman dalam mengurusi tanah, dan tidak mungkin pemerintah tidak bertanggung jawab.
"Kami sudah punya pengalaman sekali mengurus tanah. Di Mandalika lah, LRT lah, Bandara Kertajati lah. Itu semua urusan tanah. Dan NTT lagi, sawah-sawah semua dan Alhamdulillah selesai," ungkapnya.
Bandara Internasional Silangit di Tapanuli Utara mulai direnovasi setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengeluhkan soal tampilan Bandara Silangit yang tampak seperti kelurahan, dimana bandar udara di sana tampak sepi.
Pasalnya saat itu, hanya pesawat jenis tertentu saja yang bisa mendarat di Bandara Silangit. Melihat hal itu, Jokowi pun meminta agar bandara tersebut diperbaiki. Akhirnya, pada 24 November 2017, Bandara Silangit berubah status menjadi Bandara Internasional.
Peresmian Bandara Silangit menjadi salah satu komitmen pemerintah mengembangkan dunia pariwisata. Perbaikan proyek infrastruktur dapat mendukung pariwisata daerah, salah satunya Danau Toba.
Bandara Silangit berkapasitas 500.000 penumpang per tahun ini dilengkapi fasilitas CIQ (Bea Cukai, Imigrasi dan Karantina), landasan pacu 2.650 x 30 meter, dan PCN (tingkat kekerasan landasan) yang bisa mengakomodasi pesawat berbadan sempit sejenis Airbus A320 dan Boeing 737-800.
(hoi/hoi) Next Article Menko Luhut Pamitan: Ini Pertemuan Terakhir Kita
Luhut memulai ceritanya saat tiga tahun lalu pemerintah sudah menyiapkan lahan Badan Otoritas Danau Toba (BODT). BODT saat itu mendapatkan tanah seluas 500 hektare. Seiring berjalannya waktu, ternyata tanah yang bisa dibangun adalah sebesar 385,5 hektare.
"Waktu itu masalah tanahnya dulu 500 hektare. Tapi, setelah diusut-usut legalnya, akhirnya yang kita lihat benar adalah 385,5 hektare. Tapi kini secara teknis semua, secara undang-undang sudah kami selesaikan," cerita Luhut di kantornya, Jumat (11/10/2019).
Saat menyelesaikan sengketa tanah tersebut, Luhut juga bercerita bahwa ada beberapa bekas pejabat yang bermain curang dalam persoalan sengketa lahan tersebut.
"Dia pikir bisa diatur-atur. Tidak bisa, kita berpegang kepada aturan dan ketentuan, dan juga kearifan," katanya.
Oleh karenanya, lanjut dia meskipun masyarakat ada yang juga memiliki lahan di sana, pemerintah juga sudah mengganti rugi.
"Saya sudah ke sana sebenarnya. Itu memang banyak ditanam tanaman kopi. Ada berapa pohon kopi di sana, kini [sudah] kita ganti," katanya.
Luhut menegaskan, apabila masih ada kesimpangsiuran soal lahan sengketa di Bandara Silangit, itu sudah diselesaikan oleh pemerintah. Ia juga mengklaim bahwa pemerintah sudah berpengalaman dalam mengurusi tanah, dan tidak mungkin pemerintah tidak bertanggung jawab.
"Kami sudah punya pengalaman sekali mengurus tanah. Di Mandalika lah, LRT lah, Bandara Kertajati lah. Itu semua urusan tanah. Dan NTT lagi, sawah-sawah semua dan Alhamdulillah selesai," ungkapnya.
Bandara Internasional Silangit di Tapanuli Utara mulai direnovasi setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengeluhkan soal tampilan Bandara Silangit yang tampak seperti kelurahan, dimana bandar udara di sana tampak sepi.
Pasalnya saat itu, hanya pesawat jenis tertentu saja yang bisa mendarat di Bandara Silangit. Melihat hal itu, Jokowi pun meminta agar bandara tersebut diperbaiki. Akhirnya, pada 24 November 2017, Bandara Silangit berubah status menjadi Bandara Internasional.
Peresmian Bandara Silangit menjadi salah satu komitmen pemerintah mengembangkan dunia pariwisata. Perbaikan proyek infrastruktur dapat mendukung pariwisata daerah, salah satunya Danau Toba.
Bandara Silangit berkapasitas 500.000 penumpang per tahun ini dilengkapi fasilitas CIQ (Bea Cukai, Imigrasi dan Karantina), landasan pacu 2.650 x 30 meter, dan PCN (tingkat kekerasan landasan) yang bisa mengakomodasi pesawat berbadan sempit sejenis Airbus A320 dan Boeing 737-800.
(hoi/hoi) Next Article Menko Luhut Pamitan: Ini Pertemuan Terakhir Kita
Most Popular