
Duh! Laporan Moody's Sebut Bank di India & RI Rentan, Kenapa?
Redaksi, CNBC Indonesia
08 October 2019 18:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Perbankan di India dan Indonesia paling rentan terhadap penurunan kapasitas pembayaran utang korporasi. Diikuti, bank-bank di Singapura, Malaysia, dan China.
Demikian hasil Moody's Investors Service 'Stress Test' seperti dikutip dari media Malaysia, The Star, Selasa (8/10/2019).
Rebaca Tan, Moody's asisten VP dan Analis, mengatakan stress test tersebut didasarkan atas 25% penurunan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan Ebitda.
Di bawah skenario stress test Moody's, rasio permodalan akan turun satu hingga empat persen poin. Di antara 13 sistem perbankan, India lah yang paling rentan alias vulnerable.
Komentar Tan dimuat dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Moody's pada Senin lalu. Moody's mengangkat soal kekhawatiran utang perusahaan yang tinggi di seluruh Asia Pasifik.
Moody's menunjukkan bahwa utang yang lebih tinggi meningkatkan risiko bagi bank-bank di kawasan itu karena perlambatan pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya perdagangan dan ketegangan geopolitik.
"Faktor tersebut melemahkan kemampuan pembayaran utang di tengah pertumbuhan yang sudah melambat," kata Tan.
Total utang perusahaan di 13 negara yang di-survey Moody's tumbuh 1% dari tahun ke tahun dalam dolar AS pada akhir 2018. Ini merupakan laju yang paling lambat sejak krisis keuangan global.
Namun leverage perusahaan secara keseluruhan tetap relatif tinggi terhadap PDB di kawasan.
Selain itu, outstanding debt terkonsentrasi di antara korporasi yang menahan utang lebih dari empat kali Ebitda sehingga meningkatkan risiko gagal bayar karena kondisi operasional yang rendah.
(dob) Next Article Moody's Turunkan Outlook Peringkat Utang India
Demikian hasil Moody's Investors Service 'Stress Test' seperti dikutip dari media Malaysia, The Star, Selasa (8/10/2019).
Rebaca Tan, Moody's asisten VP dan Analis, mengatakan stress test tersebut didasarkan atas 25% penurunan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi dan Ebitda.
![]() |
Komentar Tan dimuat dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan Moody's pada Senin lalu. Moody's mengangkat soal kekhawatiran utang perusahaan yang tinggi di seluruh Asia Pasifik.
Moody's menunjukkan bahwa utang yang lebih tinggi meningkatkan risiko bagi bank-bank di kawasan itu karena perlambatan pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya perdagangan dan ketegangan geopolitik.
"Faktor tersebut melemahkan kemampuan pembayaran utang di tengah pertumbuhan yang sudah melambat," kata Tan.
Total utang perusahaan di 13 negara yang di-survey Moody's tumbuh 1% dari tahun ke tahun dalam dolar AS pada akhir 2018. Ini merupakan laju yang paling lambat sejak krisis keuangan global.
Namun leverage perusahaan secara keseluruhan tetap relatif tinggi terhadap PDB di kawasan.
Selain itu, outstanding debt terkonsentrasi di antara korporasi yang menahan utang lebih dari empat kali Ebitda sehingga meningkatkan risiko gagal bayar karena kondisi operasional yang rendah.
(dob) Next Article Moody's Turunkan Outlook Peringkat Utang India
Most Popular