
Walau September Deflasi, Harga Emas & Sewa Rumah Naik
Lidya Julita S, CNBC Indonesia
01 October 2019 12:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sepanjang September 2019 terjadi deflasi sebesar 0,27%. Deflasi ini lebih rendah dibandingkan dengan deflasi di periode yang sama tahun lalu sebesar 0,18%.
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, untuk inflasi tahun kalender (Januari-September) sebesar 2,2% dan inflasi tahun ke tahun (YoY) sebesar 3,39%.
"Kami melihat inflasi tahun kalender, dan YoY masih di bawah target, bahwa inflasi sampai Desember terkendali," ujarnya di Gedung BPS, Jakarta, Selasa (1/10/2019).
Menurutnya, deflasi terjadi karena penurunan harga bahan pangan seperti cabai merah, bawang merah hingga ayam dan telor ras. Namun, dari kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi hanya bahan makanan sebesar 1,97%, sedangkan yang lainnya mengalami inflasi.
Adapun inflasi tertinggi untuk kelompok sandang sebesar 0,72% dan andil 0,05%. Inflasi lada kelompok ini disebabkan oleh kenaikan harga emas yang menjadi pilihan investasi paling aman bagi masyarakat di tengah kondisi global saat ini.
"Sandang inflasi tertinggi. Kita sudah menduga komoditas yang dominan kenaikan emas dan perhiasan. Karena harga emas lagi booming yang sumbang inflasi 0,04%," jelasnya.
Dari 82 kota yang disurvei BPS, yang mengalami kenaikan harga emas dan perhiasan ada di 78 kota. Kenaikan emas dan perhiasan tertinggi mencapai hingga 10%.
"Kenaikan tertinggi di Cirebon 10% dan kenaikan terendah di Surakarta sebesar 9%," tegasnya.
Sementara itu, inflasi juga disumbang oleh kelompok perumahan, air, listrik gas dan bahan bakar sebesar 0,09% dengan andil 0,02%.
"Sumbangan dominan andil inflasi tarif sewa rumah andil 0,01%," kata dia.
(dru) Next Article BPS: September 2019 Terjadi Deflasi 0,27%
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, untuk inflasi tahun kalender (Januari-September) sebesar 2,2% dan inflasi tahun ke tahun (YoY) sebesar 3,39%.
"Kami melihat inflasi tahun kalender, dan YoY masih di bawah target, bahwa inflasi sampai Desember terkendali," ujarnya di Gedung BPS, Jakarta, Selasa (1/10/2019).
![]() |
Adapun inflasi tertinggi untuk kelompok sandang sebesar 0,72% dan andil 0,05%. Inflasi lada kelompok ini disebabkan oleh kenaikan harga emas yang menjadi pilihan investasi paling aman bagi masyarakat di tengah kondisi global saat ini.
"Sandang inflasi tertinggi. Kita sudah menduga komoditas yang dominan kenaikan emas dan perhiasan. Karena harga emas lagi booming yang sumbang inflasi 0,04%," jelasnya.
Dari 82 kota yang disurvei BPS, yang mengalami kenaikan harga emas dan perhiasan ada di 78 kota. Kenaikan emas dan perhiasan tertinggi mencapai hingga 10%.
"Kenaikan tertinggi di Cirebon 10% dan kenaikan terendah di Surakarta sebesar 9%," tegasnya.
Sementara itu, inflasi juga disumbang oleh kelompok perumahan, air, listrik gas dan bahan bakar sebesar 0,09% dengan andil 0,02%.
"Sumbangan dominan andil inflasi tarif sewa rumah andil 0,01%," kata dia.
(dru) Next Article BPS: September 2019 Terjadi Deflasi 0,27%
Most Popular