
Jokowi: Kerusuhan Wamena Hanya Gara-Gara Hoaks
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
23 September 2019 18:37

Jakarta, CNBC Indonesia- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, kerusuhan yang terjadi di Wamena, Jayawijaya Papua terjadi karena tersebar kabar palsu alias hoaks yang kemudian direspons oleh masyarakat.
Informasi tersebut Jokowi dapatkan dari Rapat Koordinasi dengan Menko Polhukam, Panglima TNI, Kapolri, dan Kepala BIN yang digelar Senin (23/9/2019).
"Tadi pagi kita juga telah mengadakan rapat koordinasi dengan Menko Polhukam, dengan Panglima TNI, Kapolri, Kabin. Mengenai itu dan ya isu anarkis ini dimulai dan berkembang karena adanya berita hoaks," tegas Jokowi.
Oleh sebab itu, Jokowi meminta masyarakat setiap mendengar melihat di media sosial di kroscek terlebih dahulu. "Jangan langsung dipercaya."
Menurut Jokowi, kejadian yang terjadi di Wamena akan mengganggu stabilitas keamanan dan politik di setiap wilayah. "Sekali lagi jangan sampai fasilitas umum itu dirusak karena itu adalah milik kita semuanya. jangan sampai ada kerusakan yang diakibatkan anarkisme," ujarnya.
Sebelumnya Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Moeldoko mengatakan Presiden Jokowi sudah memberikan arahan terkait peristiwa tersebut.
"Instruksi presiden jelas supaya diselesaikan dengan cara-cara proporsional dan profesional. Caranya jangan sampai penyelesaian itu membangun emosi yang pada akhirnya aparat-aparat melakukan tindakan yang tidak diinginkan," kata Moeldoko kepada wartawan di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (23/9/2019).
"Enggak ada perintah represif. Semuanya diminta untuk menahan diri karena ini sangat berkaitan dengan apa yang terjadi di PBB. Jadi jangan kita memunculkan situasi yang tidak bagus. Jadi semuanya harus terkontrol dengan baik aparat keamanan dan tidak ada langkah-langkah yang eksesif, tetapi keamanan menjadi kebutuhan bersama," lanjutnya.
Perihal jumlah korban, Moeldoko mengungkapkan ada yang meninggal dunia dan luka-luka.
"Tadi ada dari Kapolri (Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian) ada dari prajurit TNI yang meninggal karena kepalanya itu, terus dari kepolisian yang luka-luka," katanya.
Terkait pemicu kerusuhan, Moeldoko menyebut semua berkaitan dengan hoaks. Dikatakan ada guru yang melakukan aksi rasialisme, padahal tidak.
"Begini ya, karena situasi ini sekali lagi situasi yang diprovokasi dalam rangka menciptakan situasi untuk konsumsi PBB. Jadi kita harus menyikapi itu dengan, jangan sampai kita ikut terbawa emosi, terpancing dan seterusnya," ujar Moeldoko.
"Setidak-tidaknya ada provokasi dari dalam, tetapi provokasi asing juga ada indikasi ke sana. Keterlibatan asing ada indikasi. Ya harapannya. Kita kan dipancing melakukan pelanggaran HAM berat. Sehingga nanti di PBB agenda itu bisa dimasukkan. Kita tahu agendanya ke mana," lanjutnya.
(dob/dob) Next Article Kerusuhan Wamena, Korban Tewas Bertambah Jadi 23 Orang
Informasi tersebut Jokowi dapatkan dari Rapat Koordinasi dengan Menko Polhukam, Panglima TNI, Kapolri, dan Kepala BIN yang digelar Senin (23/9/2019).
"Tadi pagi kita juga telah mengadakan rapat koordinasi dengan Menko Polhukam, dengan Panglima TNI, Kapolri, Kabin. Mengenai itu dan ya isu anarkis ini dimulai dan berkembang karena adanya berita hoaks," tegas Jokowi.
Oleh sebab itu, Jokowi meminta masyarakat setiap mendengar melihat di media sosial di kroscek terlebih dahulu. "Jangan langsung dipercaya."
Menurut Jokowi, kejadian yang terjadi di Wamena akan mengganggu stabilitas keamanan dan politik di setiap wilayah. "Sekali lagi jangan sampai fasilitas umum itu dirusak karena itu adalah milik kita semuanya. jangan sampai ada kerusakan yang diakibatkan anarkisme," ujarnya.
Sebelumnya Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Moeldoko mengatakan Presiden Jokowi sudah memberikan arahan terkait peristiwa tersebut.
"Instruksi presiden jelas supaya diselesaikan dengan cara-cara proporsional dan profesional. Caranya jangan sampai penyelesaian itu membangun emosi yang pada akhirnya aparat-aparat melakukan tindakan yang tidak diinginkan," kata Moeldoko kepada wartawan di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (23/9/2019).
"Enggak ada perintah represif. Semuanya diminta untuk menahan diri karena ini sangat berkaitan dengan apa yang terjadi di PBB. Jadi jangan kita memunculkan situasi yang tidak bagus. Jadi semuanya harus terkontrol dengan baik aparat keamanan dan tidak ada langkah-langkah yang eksesif, tetapi keamanan menjadi kebutuhan bersama," lanjutnya.
Perihal jumlah korban, Moeldoko mengungkapkan ada yang meninggal dunia dan luka-luka.
"Tadi ada dari Kapolri (Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian) ada dari prajurit TNI yang meninggal karena kepalanya itu, terus dari kepolisian yang luka-luka," katanya.
Terkait pemicu kerusuhan, Moeldoko menyebut semua berkaitan dengan hoaks. Dikatakan ada guru yang melakukan aksi rasialisme, padahal tidak.
"Begini ya, karena situasi ini sekali lagi situasi yang diprovokasi dalam rangka menciptakan situasi untuk konsumsi PBB. Jadi kita harus menyikapi itu dengan, jangan sampai kita ikut terbawa emosi, terpancing dan seterusnya," ujar Moeldoko.
"Setidak-tidaknya ada provokasi dari dalam, tetapi provokasi asing juga ada indikasi ke sana. Keterlibatan asing ada indikasi. Ya harapannya. Kita kan dipancing melakukan pelanggaran HAM berat. Sehingga nanti di PBB agenda itu bisa dimasukkan. Kita tahu agendanya ke mana," lanjutnya.
(dob/dob) Next Article Kerusuhan Wamena, Korban Tewas Bertambah Jadi 23 Orang
Most Popular