Kabut Asap Ganggu Penerbangan, Ini Sederet Imbauan Otoritas
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
16 September 2019 10:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mengganggu jadwal penerbangan. Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyerukan sejumlah imbauan kepada pihak terkait.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub, Polana B Pramesti, meminta seluruh stakeholder penerbangan untuk tetap mengutamakan keselamatan. Dia ingin pengguna jasa transportasi udara tetap diprioritaskan.
"Kami meminta operator penerbangan terutama yang menutup pelayanan penerbangan ataupun terdampak delay akibat Karhutla, untuk sigap membantu mengkomunikasikannya kepada para penumpang dan memberikanpelayanan sesuai aturan yang berlaku," ungkapnya melalui keterangan resmi, dikutip CNBC Indonesia pada Senin (16/9/2019).
Dia mengaku selalu melakukan pemantauan dan terus berkoordinasi melalui Kantor Otoritas Bandar Udara (OBU). Terutama yang memiliki wilayah kerja di kalimantan dan sumatera dengan operator bandara, AirNav Indonesia, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Dengan demikian, diharapkan segera bisa menindaklanjuti apabila sebaran asap mengganggu operasional penerbangan. Dikatakan, tak perlu memaksakan terbang jika memang tidak memungkinkan.
"Menutup layanan penerbangan demi keselamatan pengguna jasa transportasi udara," urainya.
Untuk itu, Polana meminta pengguna jasa transportasi udara agar dapat memahami kondisi saat ini. "Kami meminta kepada pengguna jasa transportasi udara untuk bersabar, karena keselamatan merupakan prioritas utama," tambah dia.
Pekatnya kabut asap akibat Karhutla melumpuhkan operasional penerbangan di Bandar Udara Kalimarau, Berau, Kalimantan Timur. Kepala Bandar Udara Kalimarau, Bambang Hartato mengatakan setelah mendapatkan Note To Air Man (Notam) yang dikeluarkan AirNav Indonesia Nomor C8334/19 , dengan isi perubahan jarak pandang bandar udara, layanan penerbangan ditutup.
"Visibility (jarak pandang) 500 meter, sementara standar instrument aproach procedure (instrumen pendaratan) itu minimal, jarak pandangnya 3.500 meter," kata Bambang.
Awalnya, sejumlah maskapai menunggu kondisi cuaca membaik. Beberapa penerbangan seperti Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, dan Express Air mengalami delay.
"Kami sampaikan permohonan maaf kepada pengguna jasa transportasi udara, kami harap masyarakat bisa memaklumi kondisi ini," harapnya.
Kondisi saat ini, beberapa bandara operasional yang di tutup antara lain bandara Kalimarau Berau , bandara Juwata Tarakan, bandara APT Pranoto Samarinda dan bandara Syamsudin Noor Banjarmasin.
PT Angkasa Pura II (Persero) juga mengimbau kepada para penumpang pesawat agar memperhatikan informasi terkini terkait status penerbangan. Informasi mengenai status penerbangan terkini dapat diketahui dari maskapai yang mengoperasikan penerbangan tersebut.
VP of Corporate Communications Angkasa Pura II Yado Yarismano mengatakan bandara-bandara Angkasa Pura II saat ini tetap beroperasi. Namun dengan memperhatikan faktor keselamatan maka sejumlah penerbangan ada yang dibatalkan.
"Angkasa Pura II secara intens berkoordinasi dengan pihak terkait seperti AirNav Indonesia, BMKG dan maskapai terkait dengan operasional penerbangan. Faktor utama adalah keselamatan dan keamanan penerbangan. Informasi terbaru akan selalu disampaikan kepada masyarakat dan juga penumpang pesawat," katanya.
Yado Yarismano mengatakan personel Angkasa Pura II di seluruh bandara akan menyiapkan segala sesuatunya demi kenyamanan penumpang di terminal. Khususnya bagi penumpang yang terdampak keterlambatan atau pembatalan penerbangan akibat adanya asap.
"Bandara Angkasa Pura II yang ada di Kalimantan, Sumatera, Bangka Belitung dan Kepulauan Riau masih tetap beroperasi, namun kami tetap mengimbau agar penumpang pesawat memperhatikan informasi terbaru dari maskapai terkait status penerbangan," jelas Yado Yarismano.
Di Sumatera, Angkasa Pura II mengelola Bandara Sultan Iskandar Muda (Aceh), Kualanamu (Deli Serdang), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Minangkabau (Padang), Sultan Thaha (Jambi), Silangit (Siborong-borong) dan Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang).
Sementara itu di Kalimantan, Angkasa Pura II mengelola Bandara Supadio (Pontianak) dan Tjilik Riwut (Palangkaraya). Di Bangka Belitung, Angkasa Pura II mengelola Bandara Depati Amir (Pangkal Pinang) dan di Kepulauan Riau ada Bandara Raja Haji Fisabilillah (Tanjung Pinang).
(miq/miq) Next Article Ambil Alih Rute Luar Jawa, Bandara Kertajati tak Sepi Lagi?
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub, Polana B Pramesti, meminta seluruh stakeholder penerbangan untuk tetap mengutamakan keselamatan. Dia ingin pengguna jasa transportasi udara tetap diprioritaskan.
"Kami meminta operator penerbangan terutama yang menutup pelayanan penerbangan ataupun terdampak delay akibat Karhutla, untuk sigap membantu mengkomunikasikannya kepada para penumpang dan memberikanpelayanan sesuai aturan yang berlaku," ungkapnya melalui keterangan resmi, dikutip CNBC Indonesia pada Senin (16/9/2019).
Dengan demikian, diharapkan segera bisa menindaklanjuti apabila sebaran asap mengganggu operasional penerbangan. Dikatakan, tak perlu memaksakan terbang jika memang tidak memungkinkan.
"Menutup layanan penerbangan demi keselamatan pengguna jasa transportasi udara," urainya.
Untuk itu, Polana meminta pengguna jasa transportasi udara agar dapat memahami kondisi saat ini. "Kami meminta kepada pengguna jasa transportasi udara untuk bersabar, karena keselamatan merupakan prioritas utama," tambah dia.
Pekatnya kabut asap akibat Karhutla melumpuhkan operasional penerbangan di Bandar Udara Kalimarau, Berau, Kalimantan Timur. Kepala Bandar Udara Kalimarau, Bambang Hartato mengatakan setelah mendapatkan Note To Air Man (Notam) yang dikeluarkan AirNav Indonesia Nomor C8334/19 , dengan isi perubahan jarak pandang bandar udara, layanan penerbangan ditutup.
"Visibility (jarak pandang) 500 meter, sementara standar instrument aproach procedure (instrumen pendaratan) itu minimal, jarak pandangnya 3.500 meter," kata Bambang.
Awalnya, sejumlah maskapai menunggu kondisi cuaca membaik. Beberapa penerbangan seperti Garuda Indonesia, Sriwijaya Air, dan Express Air mengalami delay.
"Kami sampaikan permohonan maaf kepada pengguna jasa transportasi udara, kami harap masyarakat bisa memaklumi kondisi ini," harapnya.
Kondisi saat ini, beberapa bandara operasional yang di tutup antara lain bandara Kalimarau Berau , bandara Juwata Tarakan, bandara APT Pranoto Samarinda dan bandara Syamsudin Noor Banjarmasin.
PT Angkasa Pura II (Persero) juga mengimbau kepada para penumpang pesawat agar memperhatikan informasi terkini terkait status penerbangan. Informasi mengenai status penerbangan terkini dapat diketahui dari maskapai yang mengoperasikan penerbangan tersebut.
VP of Corporate Communications Angkasa Pura II Yado Yarismano mengatakan bandara-bandara Angkasa Pura II saat ini tetap beroperasi. Namun dengan memperhatikan faktor keselamatan maka sejumlah penerbangan ada yang dibatalkan.
"Angkasa Pura II secara intens berkoordinasi dengan pihak terkait seperti AirNav Indonesia, BMKG dan maskapai terkait dengan operasional penerbangan. Faktor utama adalah keselamatan dan keamanan penerbangan. Informasi terbaru akan selalu disampaikan kepada masyarakat dan juga penumpang pesawat," katanya.
Yado Yarismano mengatakan personel Angkasa Pura II di seluruh bandara akan menyiapkan segala sesuatunya demi kenyamanan penumpang di terminal. Khususnya bagi penumpang yang terdampak keterlambatan atau pembatalan penerbangan akibat adanya asap.
"Bandara Angkasa Pura II yang ada di Kalimantan, Sumatera, Bangka Belitung dan Kepulauan Riau masih tetap beroperasi, namun kami tetap mengimbau agar penumpang pesawat memperhatikan informasi terbaru dari maskapai terkait status penerbangan," jelas Yado Yarismano.
Di Sumatera, Angkasa Pura II mengelola Bandara Sultan Iskandar Muda (Aceh), Kualanamu (Deli Serdang), Sultan Syarif Kasim II (Pekanbaru), Minangkabau (Padang), Sultan Thaha (Jambi), Silangit (Siborong-borong) dan Sultan Mahmud Badaruddin II (Palembang).
Sementara itu di Kalimantan, Angkasa Pura II mengelola Bandara Supadio (Pontianak) dan Tjilik Riwut (Palangkaraya). Di Bangka Belitung, Angkasa Pura II mengelola Bandara Depati Amir (Pangkal Pinang) dan di Kepulauan Riau ada Bandara Raja Haji Fisabilillah (Tanjung Pinang).
(miq/miq) Next Article Ambil Alih Rute Luar Jawa, Bandara Kertajati tak Sepi Lagi?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular