
Jokowi Punya Esemka, BJ Habibie Ada Mobnas Maleo
Redaksi, CNBC Indonesia
12 September 2019 15:02

Jakarta, CNBC Indonesia - Warisan BJ Habibie seolah tak ada habisnya untuk dikupas, termasuk dalam hal pengembangan industri otomotif. Indonesia beberapa kali mencoba mengembangkan mobil nasional (mobnas), salah satunya digawangi oleh BJ Habibie. Bahkan Habibie bisa disebut yang kali pertama menggawangi adanya Mobnas, dengan nama Maleo.
Bila dilihat dari perjalanan ide pengembangan Mobnas, catatan perdana muncul saat program Mobnas Maleo meluncu pada 1993 sampai akhirnya kandas. Setelah itu muncul nama-nama lainnya seperti Bakrie Beta 97 MPV pada 1994, lalu ada Timor pada 1995 dan Bimantara pada tahun yang sama.
Pada periode itu juga sempat muncul mobil MR 90 pada 1994. Juga ada nama Kalla Motor, Texmaco Macan, Gang Car, Marlip, Kancil, Gea, Tawon, Fin Komodo, Wakaba, Arina, Nuri, Boneo, dan terakhir Esemka.
Seperti dikutip dari detikcom, Habibie memulai mengembangkan Maleo pada 1993. Nama mobnas Maleo diambil dari nama burung di Indonesia. Cikal bakalnya adalah saat Orde Baru ingin memiliki mobil nasional yang khas nusantara, dan IPTN yang dipimpin oleh Habibie ditunjuk untuk merealisasikannya.
Habibie sukses membuat 11 rancangan mobil sampai 1997. Namun sayangnya, proyek ini terbengkalai saat krisis ekonomi melanda Indonesia, bersama kandasnya proyek pesawat N250.
Program Mobnas Maleo akan menggandeng produsen Inggris, Rover. Harian Birmingham Mail membocorkan dokumen-dokumen rahasia yang memperlihatkan wujud mobil yang akan menjadi mobil nasional Indonesia. Mobil itu adalah Rover Metro, sebuah hatchback yang populer pada masa itu.
Rencananya Rover Metro akan dikirim sebanyak 10.000 unit ke Indonesia. Kabarnya, setelah dikirim ke Indonesia, mobil Rover akan dibangun kembali dan menggunakan komponen dalam negeri dari Pindad, IPTN, INTI, LEN dan Krakatau Steel. Begitu jadi mobnas, mobil itu akan dinamakan Rancang Maleo.
Proyek Maleo dalam dokumen disebutkan dirancang oleh PT Bahana Pakarya Industri Stategis (BPIS) yang di zaman Soeharto menjadi holding untuk perusahaan-perusahaan BUMN teknologi seperti PT Pindad, INTI dan lainnya.
Dari Maleo ke Esemka
Nama Esemka menjadi daftar calon mobnas. Namun, pihak PT SMK, produsen Esemka menegaskan tak mau disebut sebagai Esemka, lebih senang disebut mobil buatan dalam negeri. Esemka berhasil diluncurkan untuk siap diproduksi massal setelah diluncurkan di Boyolali disaksikan oleh Presiden Jokowi.
Jokowi dan Esemka memang cukup melekat karena rekam jejak masa lalu. Esemka memiliki sejarah berliku. Riwayat mobil Esemka bermula pada tahun 2007 silam. Kala itu Esemka digagas seorang pemilik bengkel 'Kiat Motor' asal Klaten, Jawa Tengah, bernama Sukiyat.
Ia membantu anak-anak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) membuat mobil dengan tujuan utama untuk mentransfer ilmu. Total ada 9 unit prototipe yang dibuatnya dengan nama 'Kiat Esemka'.
Perjalanan mobil rakitan siswa SMK Solo ini berlanjut pada sebuah acara di Kementerian Pendidikan Nasional pada 2009. Mobil Esemka dipamerkan di sana.
Tiga tahun kemudian nama Esemka kian melambung setelah Presiden Jokowi yang saat itu menjabat sebagai Wali Kota Solo menjadikan Esemka Rajawali sebagai kendaraan dinas Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solo.
Permintaan Esemka meningkat, namun pemasarannya belum bisa masif. Beberapa tokoh pemerintahan seperti Menteri PU Djoko Kirmanto hingga Roy Suryo sempat memesan Esemka.
Saat itu, Esemka belum mengantongi izin laik jalan dari Kementerian Perhubungan. Sehingga Esemka perlu melewati serangkaian tahapan, beberapa di antaranya uji kelayakan dari Kementerian Perhubungan, mengajukan Tanda Pendaftaran Tipe Kendaraan Bermotor (TPT) ke Kementerian Perindustrian, hingga mendapat investor.
Esemka Rajawali melakukan uji emisi dengan menempuh perjalanan Solo-Jakarta pada akhir Februari 2012 silam. Namun, beberapa hari kemudian, Kementerian Perhubungan menyatakan Esemka Rajawali tidak lulus dalam uji emisi. Setelah itu, nama mobil Esemka timbul-tenggelam selama bertahun-tahun.
Esemka kembali mencuat pada 2015 lalu setelah Mantan Kepala Badan Intelijen (BIN), Hendropriyono mengambil peran dalam upaya pengembangan Esemka. Melalui perusahaan miliknya, yaitu PT Adiperkasa Citra Lestari (ACL), Hendropriyono merangkul PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) dan membentuk entitas bisnis baru bernama PT Adiperkasa Citra Esemka Hero (PT ACEH) pada tahun 2015. Ini terjadi setelah kunjungan Jokowi ke Malaysia, soal kerja sama dengan mobil Proton.
Hendropriyono pun mengatakan mobil nasional Esemka akan meluncur pada 2018 meski kenyataannya masih simpang siur.
Pada medio Agustus 2019, PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK), mengikuti The Automotive Component Industry Expo 2019 di Jakarta pada hari Selasa (14/8/2019). Pada waktu itu sempat ada kabar soal kemunculan mobil pick up Esemka, tapi belum jelas kapan.
Pada akhirnya, teka-teki produksi massal mobil Esemka terjawab dengan diresmikannya pabrik produksi Esemka, Jumat (6/9/2019) oleh Presiden Jokowi.
Setelah peresmian ini, PT SMK dikabarkan sudah bersiap memulai produksi massal kendaraan. Pada tahun pertama, PT SMK akan memproduksi sebanyak 3.500 unit pick up Bima dengan kapasitas produksi total sebesar 12.000 unit per tahun.
(hoi/hoi) Next Article Pabrik Dikabarkan Kembang Kempis, Ini Kabar Terbaru Esemka
Bila dilihat dari perjalanan ide pengembangan Mobnas, catatan perdana muncul saat program Mobnas Maleo meluncu pada 1993 sampai akhirnya kandas. Setelah itu muncul nama-nama lainnya seperti Bakrie Beta 97 MPV pada 1994, lalu ada Timor pada 1995 dan Bimantara pada tahun yang sama.
Pada periode itu juga sempat muncul mobil MR 90 pada 1994. Juga ada nama Kalla Motor, Texmaco Macan, Gang Car, Marlip, Kancil, Gea, Tawon, Fin Komodo, Wakaba, Arina, Nuri, Boneo, dan terakhir Esemka.
Habibie sukses membuat 11 rancangan mobil sampai 1997. Namun sayangnya, proyek ini terbengkalai saat krisis ekonomi melanda Indonesia, bersama kandasnya proyek pesawat N250.
Program Mobnas Maleo akan menggandeng produsen Inggris, Rover. Harian Birmingham Mail membocorkan dokumen-dokumen rahasia yang memperlihatkan wujud mobil yang akan menjadi mobil nasional Indonesia. Mobil itu adalah Rover Metro, sebuah hatchback yang populer pada masa itu.
Rencananya Rover Metro akan dikirim sebanyak 10.000 unit ke Indonesia. Kabarnya, setelah dikirim ke Indonesia, mobil Rover akan dibangun kembali dan menggunakan komponen dalam negeri dari Pindad, IPTN, INTI, LEN dan Krakatau Steel. Begitu jadi mobnas, mobil itu akan dinamakan Rancang Maleo.
Proyek Maleo dalam dokumen disebutkan dirancang oleh PT Bahana Pakarya Industri Stategis (BPIS) yang di zaman Soeharto menjadi holding untuk perusahaan-perusahaan BUMN teknologi seperti PT Pindad, INTI dan lainnya.
Dari Maleo ke Esemka
Nama Esemka menjadi daftar calon mobnas. Namun, pihak PT SMK, produsen Esemka menegaskan tak mau disebut sebagai Esemka, lebih senang disebut mobil buatan dalam negeri. Esemka berhasil diluncurkan untuk siap diproduksi massal setelah diluncurkan di Boyolali disaksikan oleh Presiden Jokowi.
Jokowi dan Esemka memang cukup melekat karena rekam jejak masa lalu. Esemka memiliki sejarah berliku. Riwayat mobil Esemka bermula pada tahun 2007 silam. Kala itu Esemka digagas seorang pemilik bengkel 'Kiat Motor' asal Klaten, Jawa Tengah, bernama Sukiyat.
Ia membantu anak-anak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) membuat mobil dengan tujuan utama untuk mentransfer ilmu. Total ada 9 unit prototipe yang dibuatnya dengan nama 'Kiat Esemka'.
Perjalanan mobil rakitan siswa SMK Solo ini berlanjut pada sebuah acara di Kementerian Pendidikan Nasional pada 2009. Mobil Esemka dipamerkan di sana.
Tiga tahun kemudian nama Esemka kian melambung setelah Presiden Jokowi yang saat itu menjabat sebagai Wali Kota Solo menjadikan Esemka Rajawali sebagai kendaraan dinas Wali Kota dan Wakil Wali Kota Solo.
Permintaan Esemka meningkat, namun pemasarannya belum bisa masif. Beberapa tokoh pemerintahan seperti Menteri PU Djoko Kirmanto hingga Roy Suryo sempat memesan Esemka.
Saat itu, Esemka belum mengantongi izin laik jalan dari Kementerian Perhubungan. Sehingga Esemka perlu melewati serangkaian tahapan, beberapa di antaranya uji kelayakan dari Kementerian Perhubungan, mengajukan Tanda Pendaftaran Tipe Kendaraan Bermotor (TPT) ke Kementerian Perindustrian, hingga mendapat investor.
Esemka Rajawali melakukan uji emisi dengan menempuh perjalanan Solo-Jakarta pada akhir Februari 2012 silam. Namun, beberapa hari kemudian, Kementerian Perhubungan menyatakan Esemka Rajawali tidak lulus dalam uji emisi. Setelah itu, nama mobil Esemka timbul-tenggelam selama bertahun-tahun.
Esemka kembali mencuat pada 2015 lalu setelah Mantan Kepala Badan Intelijen (BIN), Hendropriyono mengambil peran dalam upaya pengembangan Esemka. Melalui perusahaan miliknya, yaitu PT Adiperkasa Citra Lestari (ACL), Hendropriyono merangkul PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK) dan membentuk entitas bisnis baru bernama PT Adiperkasa Citra Esemka Hero (PT ACEH) pada tahun 2015. Ini terjadi setelah kunjungan Jokowi ke Malaysia, soal kerja sama dengan mobil Proton.
Hendropriyono pun mengatakan mobil nasional Esemka akan meluncur pada 2018 meski kenyataannya masih simpang siur.
Pada medio Agustus 2019, PT Solo Manufaktur Kreasi (SMK), mengikuti The Automotive Component Industry Expo 2019 di Jakarta pada hari Selasa (14/8/2019). Pada waktu itu sempat ada kabar soal kemunculan mobil pick up Esemka, tapi belum jelas kapan.
Pada akhirnya, teka-teki produksi massal mobil Esemka terjawab dengan diresmikannya pabrik produksi Esemka, Jumat (6/9/2019) oleh Presiden Jokowi.
Setelah peresmian ini, PT SMK dikabarkan sudah bersiap memulai produksi massal kendaraan. Pada tahun pertama, PT SMK akan memproduksi sebanyak 3.500 unit pick up Bima dengan kapasitas produksi total sebesar 12.000 unit per tahun.
(hoi/hoi) Next Article Pabrik Dikabarkan Kembang Kempis, Ini Kabar Terbaru Esemka
Most Popular