Top! Uni Emirat Arab Era 1960-an Naik Unta, Kini Kaya Raya

Tirta Widi Gilang Citradi, CNBC Indonesia
10 September 2019 16:13
Top! Uni Emirat Arab Era 1960-an Naik Unta, Kini Kaya Raya
Ilustrasi Foto Kota Dubai
Jakarta, CNBC Indoneisia - Siapa yang tak tahu Burj Khalifa, icon kebanggaan Uni Emirat Arab (UEA) yang berlokasi di Dubai. Burj Khalifa memang jadi simbol kegagahan dan kemegahan Uni Emirat Arab, seolah-olah melambangkan kegagahan ekonomi negeri penghasil minyak tersebut.

Anekdot menarik dikeluarkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa tahun lalu. Kala bertemu dengan Shiekh Mohamed bin Zayed al Nahyan, Putra Mahkota Abu Dhabi, Jokowi menceritakan salah satu obrolannya.

"Beliau menyampaikan pada saya. Presiden Jokowi, tahun 1960 kami dari Dubai ke Abu Dhabi itu masih naik unta," kata Jokowi. Padahal saat itu, masyarakat Indonesia yang mampu sudah naik mobil buatan Amerika Serikat macam Holden dan Impala.

Kini, UEA menjelma menjadi kekuatan ekonomi baru. Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita negara ini sudah mencapai kisaran US$ 40.000. Indonesia? Masih di level US$ 3.000.

Apa kunci kebangkitan ekonomi UEA?

Sesaat setelah menyatakan kemerdekaan dari Inggris, negara yang tidak lebih luas dari Pulau Jawa tersebut masih menjadi tempat antah-berantah di tengah gurun pasir nan luas. Dilansir dari situs Arab News, pada 1971 UEA termasuk tempat yang paling terisolasi di Planet bumi dengan jalanan yang berdebu dan hanya ada satu kali penerbangan dalam seminggu.

Namun UEA, sebagaimana negara Timur Tengah lainnya, punya keunggulan sumber daya alam yaitu minyak mentah. Dari sini lah pembangunan UEA diongkosi.

(BELANJUT KE HALAMAN 2)

Namun UEA tidak ingin bergantung kepada si emas hitam. Diversifikasi ekonomi dilakukan, dan menyangkut sektor pariwisata, jasa keuangan, infrastruktur, dan properti.

UEA mulai mendiversifikasi ekonominya dengan mencari pendapatan lain melalui sektor pariwisata, pembangunan infrastruktur yang masif dan hotel-hotel termegah di dunia telah menarik wisatawan berdompet tebal untuk singgah di negeri tersebut mencicipi setiap detil kemegahan yang ditawarkan.

Dilansir dari situs resmi pemerintah UEA, total kontribusi sektor pariwisata adalah US$ 43,3 miliar atau setara dengan 12,1% terhadap total PDB. Angka ini diperkirakan naik 4,9% per tahun.

Berdasarkan data pemerintah UEA, pada 2016 lebih dari 4,4 juta pelancong menginap di hotel-hotel Abu Dhabi. Jumlah tersebut meningkat 8% dibanding tahun sebelumnya. Sementara di Abu Dhabi, kunjungan turis mencapai 14,9 juta kunjungan atau tumbuh 5%.

Dari sektor keuangan, pembangunan pusat keuangan negara Timur Tengah, Afrika dan Asia Selatan pada 2004 terbilang suatu gebrakan. Pasalnya, pembangunan Dubai International Financial Center (DIFC) membolehkan kepemilikan asing mencapai 55,5% bebas pajak dan pembebasan hak milih tanah dan bangunan.

DIFC menawarkan efisiensi pajak melalui garansi pembebasan pajak pendapatan dan laba korporasi selama 40 tahun.

Di bidang infrastruktur yang juga tak kalah mencengangkan adalah, Dubai sebagai kota terbesar di UEA menawarkan internet gratis dan 100% kepemilikan tanpa pajak untuk perusahaan informasi dan teknologi serta media untuk membangun pabrik. Hasilnya banyak sekali perusahaan yang merelokasi pabriknya ke Dubai.

Liberalisasi pasar properti di UEA menyebabkan UEA menjadi melting pots berbagai etnis dan kultur yang ada di dunia serta diikuti dengan pesatnya pembangunan real estate. Tak mengherankan, sebagai negara yang jadi sumber minyak dunia dan didukung dengan transformasi ekonomi yang efektif kini UEA menjadi negara terkaya nomor tujuh.





(TIM RISET CNBC)


Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular