
Saat Negara Berharap ke Milenial Bantu Pembangunan
Lidya Julita S, CNBC Indonesia
05 September 2019 15:34

Jakarta, CNBC Indonesia - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) saat ini semakin gencar melakukan penjualan Surat Utang Negara (SUN) ritel melalui online (e-SBN). Dengan penjualan online maka investor akan semakin mudah untuk melakukan pembelian karena bisa diakses selama 24 jam.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman mengatakan, bahkan dengan penjualan surat utang dengan online, pemerintah bisa menggaet banyak kaum milenial.
Ia menjelaskan, dari data DJPPR, sejak melakukan penjualan melalui online, dilihat dari sisi investor maka kaum milenial yang mendominasi hingga 52% setiap penerbitan.
"Dulu sebelum online, milenial 20%-30%. Sekarang dengan online, milenial mendominasi 51%-52% tiap penerbitan," jelasnya.
Namun, jika dilihat dari besaran jumlah investasi per investor, maka milenial kalah dibandingkan kalangan baby boomers. Namun, ia menekankan pemerintah tidak melihat dari jangkan pendek, tapi ke depannya.
Nantinya, kaum milenial ini akan menjadi salah satu harapan pemerintah untuk ikut dalam membiayai pembangunan.
"Ini bukan hanya jangka pendek, tapi juga investment habit. Sekarang kan milenial merupakan generasi produktif. Mereka juga lebih educated, mencari informasi. Ini yang disediakan instrumen ini, yang namanya SBN ritel cocok dengan preferensi mereka. Meski level income mereka tidak segede baby boomers, ini sifatnya jangka panjang," tegasnya.
Sebagai informasi, pemerintah berencana menerbitkan SBN ritel sebanyak 10 kali di tahun ini dengan target pembiayaan mencapai Rp 60 triliun - Rp 80 triliun. Penerbitan SBN ini akan dilakukan dalam bentuk konvensional maupun sukuk.
Dari data, DJPPR, hingga Agustus 2019, total penjualan SBN telah mencapai Rp 38,3 triliun. Adapun rincian pencapaian penjualan SBN ritel sampai Agustus 2019 adalah sebagai berikut:
(dru) Next Article Utang Pemerintah Naik, Akhir Agustus 2022 Tembus Rp7.236 T
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman mengatakan, bahkan dengan penjualan surat utang dengan online, pemerintah bisa menggaet banyak kaum milenial.
Ia menjelaskan, dari data DJPPR, sejak melakukan penjualan melalui online, dilihat dari sisi investor maka kaum milenial yang mendominasi hingga 52% setiap penerbitan.
![]() |
Namun, jika dilihat dari besaran jumlah investasi per investor, maka milenial kalah dibandingkan kalangan baby boomers. Namun, ia menekankan pemerintah tidak melihat dari jangkan pendek, tapi ke depannya.
Nantinya, kaum milenial ini akan menjadi salah satu harapan pemerintah untuk ikut dalam membiayai pembangunan.
"Ini bukan hanya jangka pendek, tapi juga investment habit. Sekarang kan milenial merupakan generasi produktif. Mereka juga lebih educated, mencari informasi. Ini yang disediakan instrumen ini, yang namanya SBN ritel cocok dengan preferensi mereka. Meski level income mereka tidak segede baby boomers, ini sifatnya jangka panjang," tegasnya.
Sebagai informasi, pemerintah berencana menerbitkan SBN ritel sebanyak 10 kali di tahun ini dengan target pembiayaan mencapai Rp 60 triliun - Rp 80 triliun. Penerbitan SBN ini akan dilakukan dalam bentuk konvensional maupun sukuk.
Dari data, DJPPR, hingga Agustus 2019, total penjualan SBN telah mencapai Rp 38,3 triliun. Adapun rincian pencapaian penjualan SBN ritel sampai Agustus 2019 adalah sebagai berikut:
- SBR005 (Januari) : Rp 4,01 triliun
- ST-003 (Februari) : Rp 3,13 triliun
- SR-011 (Maret) : Rp 21 triliun
- SBR006 (April) : Rp 2,26 triliun
- ST-004 (Mei) : Rp 2,49 triliun
- SBR007 (Juli) : Rp 3,22 triliun
- ST-005 (Agustus) : Rp 1,96 triliun
(dru) Next Article Utang Pemerintah Naik, Akhir Agustus 2022 Tembus Rp7.236 T
Most Popular