
Pernyataan Jokowi Soal Resesi Hingga Kekecewaan ke Menteri
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
04 September 2019 15:34

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) bersama jajaran menteri Kabinet Kerja siang ini menggelar rapat terbatas. Topiknya, antisipasi perkembangan perekonomian dunia. Rapat digelar di Kantor Presiden, kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta.
Jokowi menyinggung soal resesi yang besar kemungkinan akan terjadi. Tak hanya itu, kekecewaan Jokowi terlihat jelas saat Indonesia kalah dengan negara tetangga. Seperti apa pernyataan lengkap Jokowi di Istana Kepresidenan, Rabu (4/9/2019).
Simak pernyataan lengkap di halaman berikutnya : (NEXT)
Yang akan kita bicarakan pada siang hari ini antisipasi perkembangan ekonomi dunia. Kita tahu semuanya pertumbuhan ekonomi global telah mengalami perlambatan dan kemungkinan terjadinya resesi itu semakin besar.
Oleh sebab itu payung harus kita siapkan. Kalau hujannya besar kita enggak kehujanan, kalau gerimis kitanya enggak kehujanan. Syukur enggak ada hujan dan enggak ada gerimis. Tapi angka-angka menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi global sudah mengalami perlambatan dan kemungkinan resesi akan semakin besar.
Saya kira kita tahu semuanya depresiasi mata uang Yuan, Peso, sudah terjadi dan tantangan itu juga harus kita antisipasi, kita hadapi dan kita harapkan langkah-langkah antisipatif sudah benar-benar secara konkret kita siapkan. Kita berharap perlambatan pertumbuhan ekonomi kemudian dampak dari resesi semakin besar ini bisa kita hindarkan.
Jalan yang paling cepat adalah yang berkaitan dengan foreign direct investmen (FDI). Kuncinya hanya ada di situ. Enggak ada yang lain, enggak ada yang lain. Kuncinya hanya ada di situ. Oleh sebab itu saya minta seluruh Kementerian yang berkaitan dengan ekonomi menginventarisir regulasi-regulasi yang menghambat, aturan-aturan yang menghambat, regulasi-regulasi yang memperlambat, regulasi-regulasi yang membuat kita lambat itu betul-betul diinventarisir dan nanti seminggu lagi kita akan bicara mengenai masalah bagaimana segera menyederhanakan peraturan-peraturan yang menghambat dan memperlambat.
Karena dari investor-investor yang kita temui, juga dari catatan yang kemarin disampaikan oleh Bank Dunia kepada kita. Kemarin sudah saya sampaikan tapi saya ulang lagi. Di dua bulan lalu ada 33 perusahaan di Tiongkok keluar. 23 memilih di Vietnam. 10 lainnya perginya ke Malaysia, Thailand dan Kamboja.
Enggak ada yang ke kita. Dari 33 tadi sekali lagi, 33 perusahaan di Tiongkok yang keluar. Saya ulang, 23 ke vietnam, 10 ke kamboja Thailand dan Malaysia. Tidak ada yang ke Indonesia. Tolong ini digarisbawahi.
Hati-hati berarti kita punya persoalan yang harus kita selesaikan. Dan setelah dilihat lebih detil lagi kalau mau pindah ke Vietnam hanya butuh waktu 2 bulan rampung. Kita bisa bertahun-tahun. Penyebabnya hanya itu. Enggak ada yang lain. Oleh karena itu saya suruh kumpulkan regulasi-regulasi itu ya itu larinya nanti ke sana.
Kemudian tahun 2017, ini contoh lagi, 2017 waktu itu ada 73 perusahaan Jepang memilih relokasi tapi relokasinya ke mana? Coba kita lihat. 73 perusahaan, 43 ke Vietnam, 11 ke Thailand, dan Filipina baru yang ke berikutnya 10 ke Indonesia. Sekali lagi masalah itu ada di internal kita sendiri. Agar kunci kita keluar dari perlambatan ekonomi global itu ada di situ. Dan kemungkinan bisa memayungi kita dari kemungkinan resesi global yang semakin besar juga ada di situ.
(dru) Next Article Jokowi Lagi dan Lagi Soroti Ekonomi Global Berat, Terus Pak?
Jokowi menyinggung soal resesi yang besar kemungkinan akan terjadi. Tak hanya itu, kekecewaan Jokowi terlihat jelas saat Indonesia kalah dengan negara tetangga. Seperti apa pernyataan lengkap Jokowi di Istana Kepresidenan, Rabu (4/9/2019).
Yang akan kita bicarakan pada siang hari ini antisipasi perkembangan ekonomi dunia. Kita tahu semuanya pertumbuhan ekonomi global telah mengalami perlambatan dan kemungkinan terjadinya resesi itu semakin besar.
Oleh sebab itu payung harus kita siapkan. Kalau hujannya besar kita enggak kehujanan, kalau gerimis kitanya enggak kehujanan. Syukur enggak ada hujan dan enggak ada gerimis. Tapi angka-angka menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi global sudah mengalami perlambatan dan kemungkinan resesi akan semakin besar.
Saya kira kita tahu semuanya depresiasi mata uang Yuan, Peso, sudah terjadi dan tantangan itu juga harus kita antisipasi, kita hadapi dan kita harapkan langkah-langkah antisipatif sudah benar-benar secara konkret kita siapkan. Kita berharap perlambatan pertumbuhan ekonomi kemudian dampak dari resesi semakin besar ini bisa kita hindarkan.
Jalan yang paling cepat adalah yang berkaitan dengan foreign direct investmen (FDI). Kuncinya hanya ada di situ. Enggak ada yang lain, enggak ada yang lain. Kuncinya hanya ada di situ. Oleh sebab itu saya minta seluruh Kementerian yang berkaitan dengan ekonomi menginventarisir regulasi-regulasi yang menghambat, aturan-aturan yang menghambat, regulasi-regulasi yang memperlambat, regulasi-regulasi yang membuat kita lambat itu betul-betul diinventarisir dan nanti seminggu lagi kita akan bicara mengenai masalah bagaimana segera menyederhanakan peraturan-peraturan yang menghambat dan memperlambat.
Karena dari investor-investor yang kita temui, juga dari catatan yang kemarin disampaikan oleh Bank Dunia kepada kita. Kemarin sudah saya sampaikan tapi saya ulang lagi. Di dua bulan lalu ada 33 perusahaan di Tiongkok keluar. 23 memilih di Vietnam. 10 lainnya perginya ke Malaysia, Thailand dan Kamboja.
Enggak ada yang ke kita. Dari 33 tadi sekali lagi, 33 perusahaan di Tiongkok yang keluar. Saya ulang, 23 ke vietnam, 10 ke kamboja Thailand dan Malaysia. Tidak ada yang ke Indonesia. Tolong ini digarisbawahi.
Hati-hati berarti kita punya persoalan yang harus kita selesaikan. Dan setelah dilihat lebih detil lagi kalau mau pindah ke Vietnam hanya butuh waktu 2 bulan rampung. Kita bisa bertahun-tahun. Penyebabnya hanya itu. Enggak ada yang lain. Oleh karena itu saya suruh kumpulkan regulasi-regulasi itu ya itu larinya nanti ke sana.
Kemudian tahun 2017, ini contoh lagi, 2017 waktu itu ada 73 perusahaan Jepang memilih relokasi tapi relokasinya ke mana? Coba kita lihat. 73 perusahaan, 43 ke Vietnam, 11 ke Thailand, dan Filipina baru yang ke berikutnya 10 ke Indonesia. Sekali lagi masalah itu ada di internal kita sendiri. Agar kunci kita keluar dari perlambatan ekonomi global itu ada di situ. Dan kemungkinan bisa memayungi kita dari kemungkinan resesi global yang semakin besar juga ada di situ.
(dru) Next Article Jokowi Lagi dan Lagi Soroti Ekonomi Global Berat, Terus Pak?
Most Popular