
Sri Mulyani, Resesi Singapura, dan Ekonomi RI yang Tumbuh 5%
Wahyu Daniel, CNBC Indonesia
28 August 2019 09:46

Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi ekonomi dunia sudah terkonfirmasi melemah, tanda-tanda krisis ekonomi global mulai bermunculan.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan hampir semua negara di dunia mengalami situasi pelemahan ekonomi. Salah satu penyebab utamanya adalah perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, yang membuat perdagangan dunia mengempis.
Mantan Direktur Bank Dunia ini mengatakan, negeri tetangga Indonesia, yaitu Singapura, sudah mengalami resesi ekonomi akibat perang dagang dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia ini.
"Singapura hari ini situasi geopolitiknya sulit karena perang dagang, dia dekat dengan AS dan China. Sekarang dia sudah seperti sandwich (terjepit). Makanya ekonomi Singapura sudah masuk resesi," ujar Sri Mulyani dalam pertemuan dengan pemimpin redaksi media massa di kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, Selasa (27/8/2019).
Indonesia, ujar Sri Mulyani, harus bisa memanfaatkan kondisi ini dengan mengundang investasi masuk dari Singapura. Karena menurutnya, Singapura membutuhkan tempat untuk berinvestasi guna menggenjot ekonominya. Dan Indonesia menjadi salah satu tempat yang bisa dituju dalam keadaan ekonomi global seperti ini.
Menteri yang pada 26 Agustus 2019 kemarin merayakan ulang tahun ke-57 ini mengatakan, tidak banyak pilihan negara yang bisa menjadi tempat investasi dalam situasi ekonomi yang penuh ketidakpastian saat ini.
"Situasi dalam negeri Indonesia saat ini dalam posisi yang favourable (baik). Indonesia kondisi politiknya stabil karena pemilu kemarin diselesaikan secara aman," ujar Sri Mulyani.
Kemudian, lanjutnya, pengambilan kebijakan ekonomi khususnya moneter di Indonesia relatif berjalan lancar tanpa adanya pertentangan yang tajam. Dia mencontohkan bagaimana di AS Presiden Donald Trump secara terang-terangan mengkritik bank sentralnya, Federal Reserve (The Fed), agar menurunkan bunga acuannya.
Demikian juga di Turki dan India, di mana presidennya juga terang-terangan menyerang bank sentralnya soal kebijakan suku bunga acuan.
"Di Indonesia, bahkan sejak pertengahan 2018 hingga menjelang pemilu, Bank Indonesia menaikkan bunga acuan sekitar 6 kali. Presiden Jokowi tidak campur tangan sama sekali. Jadi kita (Indonesia) adalah sedikit dari negara yang proses pembuatan kebijakannya respectable," kata Sri Mulyani.
Selain itu, Sri Mulyani mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga sudah dengan tegas tanpa ditutup-tutupi mengungkapkan arahannya soal pembenahan birokrasi dan percepatan perizinan agar investasi bisa masuk ke Indonesia. "Kebijakan soal investasi menjadi penting dalam kondisi saat ini," kata Sri Mulyani.
Mendorong investasi memang seringkali diungkapkan Sri Mulyani. Pertumbuhan investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) masih di angka 5%. Dia pernah mengungkapkan, pemerintah perlu bekerja keras agar dana asing yang masuk di Indonesia bisa bertahan dalam bentuk investasi di sektor riil.
Pada semester satu hingga kuartal III-2018 yang lalu, PMTB bisa tumbuh mendekati 8% dan menurun di angka 6,01% di akhir 2018. Angka pertumbuhannya terus turun menjadi hanya 5% di semester I-2019. Sri Mulyani menyatakan kondisi ini harus diwaspadai.
Saat ini banyak muncul kritikan soal ekonomi Indonesia yang hanya mampu tumbuh 5%. Jokowi memang pernah menjanjikan ekonomi Indonesia bisa tumbuh hingga 7%. Menurut Sri Mulyani perdebatan yang muncul di publik masih sehat dan wajar.
Dia memiliki jawaban soal pertumbuhan ekonomi yang dikritik hanya 5%. Menurutnya, dalam kondisi ekonomi yang lumayan sulit saat ini, angka 5% sudah bagus. Apalagi melihat Singapura yang sudah masuk resesi.
"Pada 2010-2013 ada booming harga komoditas sehingga ekonomi kita bisa tumbuh 6%. Lalu 2014 harga komoditas turun dan pertumbuhan ekonomi tertekan, bahkan hingga saat ini. Suka atau tidak suka, sebagian ekonomi kita masih terpengaruh harga komoditas," papar wanita yang sering menerima penghargaan sebagai menteri keuangan terbaik di dunia ini.
Yang terpenting, ujar Sri Mulyani, pertumbuhan ekonomi 5% disertai dengan perbaikan kualitas. Apa itu? Kemiskinan berhasil diturunkan ke bawah 10% atau yang terendah sepanjang sejarah. Angka kesenjangan ekonomi yang tercermin dari rasio gini juga berhasil diturunkan oleh pemerintah Jokowi.
(wed/aji) Next Article Buka-Bukaan Sri Mulyani Soal RI Berhasil Keluar dari Resesi!
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan hampir semua negara di dunia mengalami situasi pelemahan ekonomi. Salah satu penyebab utamanya adalah perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, yang membuat perdagangan dunia mengempis.
Mantan Direktur Bank Dunia ini mengatakan, negeri tetangga Indonesia, yaitu Singapura, sudah mengalami resesi ekonomi akibat perang dagang dua negara dengan perekonomian terbesar di dunia ini.
"Singapura hari ini situasi geopolitiknya sulit karena perang dagang, dia dekat dengan AS dan China. Sekarang dia sudah seperti sandwich (terjepit). Makanya ekonomi Singapura sudah masuk resesi," ujar Sri Mulyani dalam pertemuan dengan pemimpin redaksi media massa di kantor pusat Direktorat Jenderal Pajak, Jakarta, Selasa (27/8/2019).
Indonesia, ujar Sri Mulyani, harus bisa memanfaatkan kondisi ini dengan mengundang investasi masuk dari Singapura. Karena menurutnya, Singapura membutuhkan tempat untuk berinvestasi guna menggenjot ekonominya. Dan Indonesia menjadi salah satu tempat yang bisa dituju dalam keadaan ekonomi global seperti ini.
Menteri yang pada 26 Agustus 2019 kemarin merayakan ulang tahun ke-57 ini mengatakan, tidak banyak pilihan negara yang bisa menjadi tempat investasi dalam situasi ekonomi yang penuh ketidakpastian saat ini.
"Situasi dalam negeri Indonesia saat ini dalam posisi yang favourable (baik). Indonesia kondisi politiknya stabil karena pemilu kemarin diselesaikan secara aman," ujar Sri Mulyani.
Kemudian, lanjutnya, pengambilan kebijakan ekonomi khususnya moneter di Indonesia relatif berjalan lancar tanpa adanya pertentangan yang tajam. Dia mencontohkan bagaimana di AS Presiden Donald Trump secara terang-terangan mengkritik bank sentralnya, Federal Reserve (The Fed), agar menurunkan bunga acuannya.
Demikian juga di Turki dan India, di mana presidennya juga terang-terangan menyerang bank sentralnya soal kebijakan suku bunga acuan.
"Di Indonesia, bahkan sejak pertengahan 2018 hingga menjelang pemilu, Bank Indonesia menaikkan bunga acuan sekitar 6 kali. Presiden Jokowi tidak campur tangan sama sekali. Jadi kita (Indonesia) adalah sedikit dari negara yang proses pembuatan kebijakannya respectable," kata Sri Mulyani.
Selain itu, Sri Mulyani mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga sudah dengan tegas tanpa ditutup-tutupi mengungkapkan arahannya soal pembenahan birokrasi dan percepatan perizinan agar investasi bisa masuk ke Indonesia. "Kebijakan soal investasi menjadi penting dalam kondisi saat ini," kata Sri Mulyani.
Mendorong investasi memang seringkali diungkapkan Sri Mulyani. Pertumbuhan investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) masih di angka 5%. Dia pernah mengungkapkan, pemerintah perlu bekerja keras agar dana asing yang masuk di Indonesia bisa bertahan dalam bentuk investasi di sektor riil.
Pada semester satu hingga kuartal III-2018 yang lalu, PMTB bisa tumbuh mendekati 8% dan menurun di angka 6,01% di akhir 2018. Angka pertumbuhannya terus turun menjadi hanya 5% di semester I-2019. Sri Mulyani menyatakan kondisi ini harus diwaspadai.
Saat ini banyak muncul kritikan soal ekonomi Indonesia yang hanya mampu tumbuh 5%. Jokowi memang pernah menjanjikan ekonomi Indonesia bisa tumbuh hingga 7%. Menurut Sri Mulyani perdebatan yang muncul di publik masih sehat dan wajar.
Dia memiliki jawaban soal pertumbuhan ekonomi yang dikritik hanya 5%. Menurutnya, dalam kondisi ekonomi yang lumayan sulit saat ini, angka 5% sudah bagus. Apalagi melihat Singapura yang sudah masuk resesi.
"Pada 2010-2013 ada booming harga komoditas sehingga ekonomi kita bisa tumbuh 6%. Lalu 2014 harga komoditas turun dan pertumbuhan ekonomi tertekan, bahkan hingga saat ini. Suka atau tidak suka, sebagian ekonomi kita masih terpengaruh harga komoditas," papar wanita yang sering menerima penghargaan sebagai menteri keuangan terbaik di dunia ini.
Yang terpenting, ujar Sri Mulyani, pertumbuhan ekonomi 5% disertai dengan perbaikan kualitas. Apa itu? Kemiskinan berhasil diturunkan ke bawah 10% atau yang terendah sepanjang sejarah. Angka kesenjangan ekonomi yang tercermin dari rasio gini juga berhasil diturunkan oleh pemerintah Jokowi.
(wed/aji) Next Article Buka-Bukaan Sri Mulyani Soal RI Berhasil Keluar dari Resesi!
Most Popular