Membayangkan Mobil Listrik Dipakai Mudik, Bisa Diandalkan?

Efrem Siregar, CNBC Indonesia
27 August 2019 16:34
Mobil listrik di Indonesia butuh pembuktian terutama soal keandalannya.
Foto: Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan akhirnya berkesempatan menjajal armada taksi listrik Tesla Model X, yang diluncurkan oleh Blue Bird. (Dok.ESDM)
Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengeluarkan Perpres 55 tahun 2019 tentang Percepatan Kendaraan Bermotor Listrik (KBL) berbasis Baterai. Dukungan dari pelaku usaha dan masyarakat menentukan keberhasilan program ini. Program ini mendapat sambutan hangat dari kalangan pengusaha di bidang otomotif.

Kepala Subdit Kelaikan Teknik dan Keselamatan Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Didit Waskito mengklaim daya mampu listrik nasional mampu sudah siap untuk mendukung KBL. 

"Kesiapan listrik seandainya kendaraan listrik membludak sudah siap, jangan khawatir, listrik ada," kata Didit.



Poin penting dalam percepatan KBL terletak pada infrastruktur pendukung. Misalnya Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU). PT PLN sendiri akan mendapat penugasan pertama untuk peyediaan itu.

Dalam paparannya, disebutkan bahwa SPKLU akan terdiri dari instalasi catu daya listrik, sistem kontrol arus, tegangan dan komunikasi dan sistem proteksi dan keamanan.

Didit menjelaskan, akan ada sertifikasi laik operasi dan sertifikasi produk untuk menjamin bahwa SKPLU akan aman mengingat keberadaannya akan berlokasi di tempat umum.

Namun, catatan lain diberikan kalangan pengusaha. Ketua Kadin Rosan P Roeslani meminta agar lokasi charging port dapat terjangkau oleh pengemudi. Ia mengusulkan agar charging port tersedia di fasilitas publik seperti mal dan terutama SPBU Pertamina.

"Pertamina di setiap SPBU diharuskan ada charging port. Harus ada seperti itu nanti orang tahu di setiap SPBU ada. Yang paling tepat dorong BUMN sebagai agent of development," tutupnya.

Sementara itu, Executive General Manager Toyota Astra Motor (TAM) Fransiscus Soeryopranoto memberi masukan agar persiapan infrastruktur untuk pengisian ulang baterai kendaraan listrik bisa tepat.

Ia mencontohkan seandainya KBL menyasar orang-orang yang tinggal di apartemen. Hal ini tidak efisien mengingat lokasi apartemen terbatas. Kemudian kendala lain semisal saat KBL digunakan sebagai moda perjalanan mudik.



"Indonesia negara maritim, ada beberapa kekhususan misalnya mudik. Bayangkan mudik Jakarta-Surabaya, pasti yang kita pikirkan adalah charging, nah itu akan mengalami antrean panjang."

"Mayoritas individual customer memiliki satu mobil. Jadi bagaimana mempunyai home charging. Kalau dia di apartemen berapa home charging yang disiapkan di sana.

"Perlu bukti bahwa ini andal, butuh dipopulerkan. Kita untuk edukasi dari manual ke transmisi otomatis saja butuh waktu 10 tahun," ucap Soerjopranoto.


(hoi/hoi) Next Article Diam-Diam Toyota Mau Buat Mobil Listrik di RI, Produksi 2022

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular