
Pertamina Optimistis Laba Tahun Ini Bisa Sentuh US$ 2 Miliar
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
26 August 2019 19:24

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Pertamina (Persero) optimistis dapat membukukan laba mencapai US$ 2 miliar di tahun ini.
"Mudah-mudahan dengan harga ICP yang saat ini di kisaran US$ 63 per barel, angka US$ 2 miliar bisa kami capai. Kami akan berupaya dan memacu terus untuk bisa di atas US$ 2 miliar," kata Direktur Keuangan Pertamina Pahala N Mansury, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Senin (26/8/2019).
Lebih lanjut, ia menyebutkan, perusahaan telah membukukan laba sebesar US$ 660 juta atau sebesar Rp 9,4 triliun pada paruh pertama tahun ini, atau tumbuh 112% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$ 310 juta atau sebesar Rp 4,4 triliun.
"Terutama karena kinerja semester-1 2018 lalu tidak begitu baik. Sehingga dengan laba Rp 9,4 triliun atau US$ 660 juta, mencatatkan peningkatan 112% dibanding 2018," kata Direktur Keuangan Pertamina Pahala N Mansury dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (26/8/2019).
Dia menjelaskan, komposisi terbesar dari biaya operasi perusahaan adalah minyak mentah, mengingat Pertamina memproduksi minyak mentah dan menjual bahan bakar minyak (BBM). Oleh karena itu, dengan adanya penurunan ICP dari US$ 66 per barel pada semester-1 2018 lalu menjadi US$ 63 per barel pada semester pertama tahun ini, otomatis biaya beban produksi (COGS) perseroan turun.
Memang, berdasarkan catatan Pertamina, untuk harga jual minyak mentah Indonesia (ICP), pada periode semester I 2019 tercatat sebesar US$ 63,14 per barel, atau turun 5% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$ 66,55 per barel.
"Dengan turunnya ICP bisa dikatakan pendapatan sedikit turun, tetapi penurunan ini lebih kecil dibanding penurunan biaya pokok penjualan. Kalau di-summary, beban pokok turun 6%, sementara pendapatan hanya turun 3%," jelas Pahala.
Adapun, dari sisi pendapatan, pada semester I 2019 perusahaan mencatatkan adanya penurunan sebesar 3% secara year on year (yoy) menjadi US$ 25,55 miliar, dari yang sebelumnya US$ 26,43 miliar.
(gus) Next Article Bos Pertamina: Transformasi Bisnis Bikin Laba 2021 Melonjak
"Mudah-mudahan dengan harga ICP yang saat ini di kisaran US$ 63 per barel, angka US$ 2 miliar bisa kami capai. Kami akan berupaya dan memacu terus untuk bisa di atas US$ 2 miliar," kata Direktur Keuangan Pertamina Pahala N Mansury, di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Senin (26/8/2019).
"Terutama karena kinerja semester-1 2018 lalu tidak begitu baik. Sehingga dengan laba Rp 9,4 triliun atau US$ 660 juta, mencatatkan peningkatan 112% dibanding 2018," kata Direktur Keuangan Pertamina Pahala N Mansury dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (26/8/2019).
Dia menjelaskan, komposisi terbesar dari biaya operasi perusahaan adalah minyak mentah, mengingat Pertamina memproduksi minyak mentah dan menjual bahan bakar minyak (BBM). Oleh karena itu, dengan adanya penurunan ICP dari US$ 66 per barel pada semester-1 2018 lalu menjadi US$ 63 per barel pada semester pertama tahun ini, otomatis biaya beban produksi (COGS) perseroan turun.
Memang, berdasarkan catatan Pertamina, untuk harga jual minyak mentah Indonesia (ICP), pada periode semester I 2019 tercatat sebesar US$ 63,14 per barel, atau turun 5% jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$ 66,55 per barel.
"Dengan turunnya ICP bisa dikatakan pendapatan sedikit turun, tetapi penurunan ini lebih kecil dibanding penurunan biaya pokok penjualan. Kalau di-summary, beban pokok turun 6%, sementara pendapatan hanya turun 3%," jelas Pahala.
Adapun, dari sisi pendapatan, pada semester I 2019 perusahaan mencatatkan adanya penurunan sebesar 3% secara year on year (yoy) menjadi US$ 25,55 miliar, dari yang sebelumnya US$ 26,43 miliar.
(gus) Next Article Bos Pertamina: Transformasi Bisnis Bikin Laba 2021 Melonjak
Most Popular