Sri Mulyani Sebut Negara-Negara Ini Dilanda Resesi, Masa Sih?

Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
22 August 2019 13:06
Kondisi ekonomi global tengah diselimuti awan hitam
Foto: Sri Mulyani Ingatkan Bahaya Ancaman Resesi (CNBC Indonesia TV)
Jakarta, CNBC Indonesia - Kondisi ekonomi global tengah diselimuti awan hitam. Perang dagang, currency war, hingga resesi dan krisis ekonomi mengancam beberapa negara.

Dalam acara Seminar Nasional Nota Keuangan RAPBN 2020: Mengawal Akuntabilitas Penerimaan Negara, Sri Mulyani menjelaskan tentang resesi. Resesi adalah terkontraksinya atau negatifnya ekonomi dalam dua kuartal beturut-turut.

"Jerman, Singapura, negara latin AS seperti Argentina yang dalam masa krisis, Meksiko, Brasil, juga dalam situasi sulit. Oleh karena itu tantangan eksternal pelemahan ekonomi dunia terutama oleh beberapa zona tadi Amerika Latin, Eropa, China, dan bahkan kawasan Asia sendiri termasuk India yang jadi motor penggerak ekonomi di pasar berkembang juga alami pelemahan," kata Sri Mulyani.

Benarkah negara-negara yang disebutkan oleh Menteri Keuangan, Sri Mulyani tengah alami kesulitan atau bahkan terancam resesi? Berikut adalah beberapa negara besar yang berisiko hadapi resesi:

Jerman

Ekonomi Jerman berkontraksi di kuartal kedua tahun ini. Kenyataan ini terlihat setelah badan statistik setempat Destatis, mengeluarkan rilis terbaru terkait produk domestik bruto (PDB). PDB di kuartal kedua tahun ini jatuh ke titik 0,1%. Ini sesuai dengan perkiraan, setelah sebelumnya tumbuh 0,4% di kuartal pertama 2019.


Sejumlah analis yakin tetap akan terjadi goncangan lainnya pada ekonomi Jerman di kuartal ketiga tahun ini. Sektor industri harus mulai menyeimbangkan anggaran dan memulai lagi pertumbuhan ekonomi melalui stimulus fiskal. 

"Pengumuman PDB hari ini jelas merupakan tanda akhir dari era keemasan ekonomi Jerman," kata Kepala Ekonom Dutch Bank ING Carsten Brzeski.

Ekonomi terbesar keempat di dunia tersebut digambarkan analis tengah terkena badai kencang. 

Sejumlah perkembangan global beberapa pekan ini telah membawa dampak negatif ke Jerman, terutama jika menggunakan ekspor dan manufaktur sebagai indikatornya. Industri mesin, sektor kedua terbesar di negara tersebut dilaporkan mengalami penurunan permintaan 22% diantara April dan Juni.

Inggris



Selain Jerman, akibat kegagalan Brexit, Inggris juga terancam alami resesi. Akibat Brexit, ekonomi Inggris menyusut pada kuartal kedua, untuk pertama kalinya sejak 2012. Kantor Statistik Nasional (ONS) mencatat Domestik Bruto (PDB) Inggris turun 0,2% dari April hingga Juni. Angka ini lebih lemah dari ekspektasi pasar.


"PDB mengalami kontraksi pada kuartal kedua untuk pertama kalinya sejak 2012 setelah pertumbuhan yang kuat di kuartal pertama," kata kepala PDB di ONS, mengutip Scotsman. Sebelumnya, pada kuartal satu, ekonomi Inggris tumbuh 0,5%, disebabkan oleh kenaikan kuartalan tertinggi dibidang manufaktur sejak 1980-an.

Italia



Kantor Statistik Italia Istat mengindikasikan pertumbuhan yang flat pada ekonomi Italia, pada kuartal kedua 2019. Yaitu masing-masing di 0,1% QoQ dan -0,1% YoY seperti pada kuartal pertama 2019.

"Ini sesuai dengan perkiraan kami dan sedikit lebih baik daripada konsensus. Jadi, baik ekspor neto dan pertumbuhan permintaan domestik (gross of inventory) netral pada kuartal tersebut," tulis lembaga tersebut dalam laporannya, pada akhir Juli.



Istat tidak mengungkapkan rincian permintaan secara penuh. Tetapi lembaga itu mengindikasikan bahwa permintaan domestik (gross of inventory) dan ekspor neto tumbuh netral pada April-Juni.

Ekonomi Italia juga diperkirakan stagnan akibat produktivitas yang lemah. Ini juga dipicu angka pengangguran kaum muda yang tinggi, utang yang besar, dan kekacauan politik.

Brasil



Aktivitas ekonomi di Brasil turun dalam tiga bulan hingga Juni. Ini menunjukkan ekonomi terbesar di Amerika Latin itu mungkin telah tergelincir ke dalam resesi.

Pada Senin lalu, Indeks aktivitas ekonomi IBC-Br bank sentral, mencatatkan penurunan 0,13% pada kuartal kedua.

Indikator utama produk domestik bruto (PDB) di Brasil itu mencatat sebelumnya pertumbuhan juga turun 0,68% di kuartal sebelumnya.

 Menurut Reuters, jika indeks IBC-Br didukung oleh data resmi PDB bulan ini, Brasil akan jatuh ke dalam resesi untuk pertama kalinya sejak krisis 2015-2016 terjadi. Namun angka kuartal kedua akan dirilis pada 29 Agustus.

Meksiko



PDB Meksiko sebenarnya meningkat 0,1% pada periode April-Juni dari kuartal sebelumnya. Namun, ekonomi negara tersebut diperkirakan akan tetap lemah tahun ini. Investasi yang jatuh menjadi penyebab. Selain itu sektor jasa yang menjadi andalan juga tengah mengalami penurunan.

Singapura dan Hong Kong



Meski ekonominya tidak sebesar Jerman, Inggris, Italia, Brasil dan Mexico, Singapura dan Hong Kong yang merupakan pusat keuangan dunia, juga turut menderita akibat ketidakpastian global.

Ekonomi Singapura diperkirakan memasuki resesi pada kuartal ketiga 2019 akibat meningkatnya perang dagang antara China dan AS.

Angka PDB yang dirilis pada Selasa (13/8/2019) menunjukkan pertumbuhan Singapura tertekan hingga 3,3% di kuartal kedua, jika dibandingkan dengan pertumbuhan di kuartal pertama 2019 sebesar 3,8%. 

Angka ini merupakan yang paling buruk selama tujuh tahun terakhir.

Ekonomi Singapura hanya tumbuh 0,0%-1,0% dari proyeksi sebelumnya 1,5%-2,5%.

Sementara ekonomi Hong Kong terganggu akibat demo besar yang melanda wilayah ini selama dua bulan terakhir.

Akibat demonstrasi yang berlarut-larut, Otoritas Hong Kong mengklaim ekonominya telah terpengaruh.

Tercatat, kunjungan turis ke Hong Kong anjlok hingga 31% dan okupansi hotel turun hingga 50%. Kementerian Perdagangan juga mengklaim 28 negara telah mengeluarkan "travel warning".


(sef/sef) Next Article Kasus Covid RI Melonjak Lagi, Sri Mulyani Tambah Deg-degan!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular