Patok Dolar Rp 14.400 di 2020, Sri Mulyani Ungkap Alasannya
Yuni Astutik, CNBC Indonesia
16 August 2019 18:41

Jakarta, CNBC Indonesia- Pemerintah menetapkan asumsi makro yang salah satunya memperkirakan rupiah tahun 2020 berada di kisaran Rp 14.400 per US$. Level ini ditentukan seiring dengan masih terdapat risiko volatilitas terutama yang berasal dari sisi eksternal.
Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani memaparkan ada empat alasan mengapa rupiah diperkirakan pada posisi tersebut. Yang pertama adalah risiko ketidakpastian global.
"Berlanjutnya perang dagang dan proteksionisme serta perubahan arah kebijakan moneter Amerika Serikat," katanya di jakarta, Jumat (16/8/2019).
Alasan kedua adalah harga komoditas yang relatif stagnan yang dapat berpengaruh terhadap kinerja ekspor nasional dan neraca transaksi berjalan. Adapun alasan ketiga adalah perbaikan fundamental ekonomi Indonesia. Ini diikuti oleh aliran modal masuk dan peningkatan persepsi positif pasar terhadap perekonomian domestik.
"Keempat, kebijakan untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah antara lain melalui fasilitas second line defense dan local currency settlement framework," tuturnya.
Menanggapi nilai tukar rupiah tersebut, Kepala Ekonom BCA, David Summual mentakan nilai tukar rupiah diharapkan dalam kondisi stabil pada tahun-tahun mendatang.
"Rupiah yang penting stabil. Bukan levelnya, tapi stabil," katanya.
Kondisi rupiah yang stabil akan membuat kondisi nyaman dan bisa diprediksi pergerakannya. Dari sisi kacamata konsumen, rupiah juga diharapkan terus stabil sehingga volatilitas rupiah terus terjaga.
"Konsumen sama, kalau rupiah terlalu volitale akan terlalu pengaruh ke harga, yang bisa mendorong ekspor dan industri bisa bergerak," tutupnya.
[Gambas:Video CNBC]
(dob/dob) Next Article Jika Kurs Tembus Rp 15.000/US$, Industri ini Bakal Merana
Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani memaparkan ada empat alasan mengapa rupiah diperkirakan pada posisi tersebut. Yang pertama adalah risiko ketidakpastian global.
"Berlanjutnya perang dagang dan proteksionisme serta perubahan arah kebijakan moneter Amerika Serikat," katanya di jakarta, Jumat (16/8/2019).
Alasan kedua adalah harga komoditas yang relatif stagnan yang dapat berpengaruh terhadap kinerja ekspor nasional dan neraca transaksi berjalan. Adapun alasan ketiga adalah perbaikan fundamental ekonomi Indonesia. Ini diikuti oleh aliran modal masuk dan peningkatan persepsi positif pasar terhadap perekonomian domestik.
"Keempat, kebijakan untuk memperkuat stabilisasi nilai tukar rupiah antara lain melalui fasilitas second line defense dan local currency settlement framework," tuturnya.
Menanggapi nilai tukar rupiah tersebut, Kepala Ekonom BCA, David Summual mentakan nilai tukar rupiah diharapkan dalam kondisi stabil pada tahun-tahun mendatang.
"Rupiah yang penting stabil. Bukan levelnya, tapi stabil," katanya.
Kondisi rupiah yang stabil akan membuat kondisi nyaman dan bisa diprediksi pergerakannya. Dari sisi kacamata konsumen, rupiah juga diharapkan terus stabil sehingga volatilitas rupiah terus terjaga.
"Konsumen sama, kalau rupiah terlalu volitale akan terlalu pengaruh ke harga, yang bisa mendorong ekspor dan industri bisa bergerak," tutupnya.
[Gambas:Video CNBC]
(dob/dob) Next Article Jika Kurs Tembus Rp 15.000/US$, Industri ini Bakal Merana
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular