
Kena Mati Listrik Massal, MRT Minta PLN Tak Ulangi Lagi
Muhammad Choirul Anwar, CNBC Indonesia
15 August 2019 12:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Padamnya pasokan listrik PLN yang berdampak pada berhentinya operasional MRT Jakarta masih menyisakan pekerjaan rumah. Janji kompensasi yang akan diberikan PLN tidak lantas membuat urusan ini kelar.
PT MRT Jakarta merupakan salah satu pelanggan premium PLN yang dapat prioritas keandalan layanan dari PLN. Namun, pada kasus pemadaman listrik massal beberapa waktu lalu, pelanggan premium tak berarti. MRT Jakarta mewanti-wanti agar PLN tak mengulangi lagi.
Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar, bahkan enggan menilai kompensasi yang diberikan PLN bisa menutup kerugian atau tidak.
"Kami tidak mau bicara kompensasi di sini, karena persoalannya kan kita kehilangan hal-hal yang tidak bisa dihitung begitu ya," ungkapnya di kantornya, Kamis (15/8/2019).
Pasalnya, dengan berhentinya operasional MRT Jakarta, maka yang dirugikan bukan hanya operator kereta. Lebih dari itu, para penumpang juga dirugikan. Hal tersebut menurutnya tidak tergambarkan dalam mekanisme perhitungan kompensasi PLN.
"Yang kita ingin minta adalah komitmen PLN untuk memberikan komitmen bahwa tidak terjadi lagi hal-hal yang seperti kemarin," tegasnya.
"Karena dampak dari kejadian kemarin itu adalah situasi bahwa ternyata pasokan listrik itu bisa terhenti. Dan kalau pasokan listrik terhenti, MRT otomatis terhenti," lanjutnya.
Di sisi lain, dia tidak menampik bahwa MRT Jakarta sejauh ini hanya bisa bergantung pada listrik PLN. Kejadian padam massal beberapa waktu lalu, menurutnya memang sangat tak terduga.
"Karena memang di mana-mana selalu ekosistem kereta api itu tergantung pada listrik negara, memang PLN," katanya.
Pembangkit Senayan Tak Jamin Listrik Andal
PLN tengah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Senayan sebagai support setrum MRT Jakarta. Namun ternyata keberadaan PLTD Senayan tidak menjamin sepenuhnya operasional MRT Jakarta tetap normal jika pasokan listrik utama PLN padam.
Wiliam Sabandar, mengaku masih berkoordinasi dengan PLN perihal keberadaan PLTD Senayan. Menurutnya, PLN menjanjikan PLTD Senayan sudah bisa difungsikan mulai Oktober 2019.
"PLTD Senayan itu memang akan diperuntukkan bagi MRT Jakarta, tapi saya dengar kemarin bahwa itu bukan PLTD hot standby," katanya.
Padahal, yang dibutuhkan MRT Jakarta adalah pasokan listrik yang langsung bisa disalurkan ketika pasokan dari pembangkit utama tersendat. Ia menjelaskan, ada perbedaan mendasar antara sistem pembangkit yang dibiarkan cold standby dengan hot standby.
"Cold standby itu dia baru dihidupkan pada saat listrik padam total. Nah itu butuh waktu," urainya.
Sedangkan sistem operasional MRT, otomatis akan terhenti begitu tidak ada pasokan listrik. Jika menunggu aliran dari pembangkit cadangan yang bersifat cold standby, maka mau tak mau MRT Jakarta harus menghentikan layanan.
"Untuk menghidupkan kembali butuh waktu, penumpang harus dievakuasi. Tapi kalau hot standby itu artinya dia akan beroperasi terus sehingga pada saat listrik [utama] mati, dia akan mengalirkan listrik tanpa sistem MRT berhenti," katanya.
"Saya minta bahwa itu dipastikan juga supaya dia [PLTD Senayan] meng-cover dalam situasi dua sistem utama down, dia bisa. Kalau enggak ya kita harus pikirkan listrik cadangan MRT," katanya.
(hoi/hoi) Next Article Asyik! Tahun Depan MRT Fatmawati-Taman Mini Mulai Dibangun
PT MRT Jakarta merupakan salah satu pelanggan premium PLN yang dapat prioritas keandalan layanan dari PLN. Namun, pada kasus pemadaman listrik massal beberapa waktu lalu, pelanggan premium tak berarti. MRT Jakarta mewanti-wanti agar PLN tak mengulangi lagi.
Direktur Utama PT MRT Jakarta, William Sabandar, bahkan enggan menilai kompensasi yang diberikan PLN bisa menutup kerugian atau tidak.
"Kami tidak mau bicara kompensasi di sini, karena persoalannya kan kita kehilangan hal-hal yang tidak bisa dihitung begitu ya," ungkapnya di kantornya, Kamis (15/8/2019).
Pasalnya, dengan berhentinya operasional MRT Jakarta, maka yang dirugikan bukan hanya operator kereta. Lebih dari itu, para penumpang juga dirugikan. Hal tersebut menurutnya tidak tergambarkan dalam mekanisme perhitungan kompensasi PLN.
"Yang kita ingin minta adalah komitmen PLN untuk memberikan komitmen bahwa tidak terjadi lagi hal-hal yang seperti kemarin," tegasnya.
"Karena dampak dari kejadian kemarin itu adalah situasi bahwa ternyata pasokan listrik itu bisa terhenti. Dan kalau pasokan listrik terhenti, MRT otomatis terhenti," lanjutnya.
Di sisi lain, dia tidak menampik bahwa MRT Jakarta sejauh ini hanya bisa bergantung pada listrik PLN. Kejadian padam massal beberapa waktu lalu, menurutnya memang sangat tak terduga.
"Karena memang di mana-mana selalu ekosistem kereta api itu tergantung pada listrik negara, memang PLN," katanya.
Pembangkit Senayan Tak Jamin Listrik Andal
PLN tengah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) Senayan sebagai support setrum MRT Jakarta. Namun ternyata keberadaan PLTD Senayan tidak menjamin sepenuhnya operasional MRT Jakarta tetap normal jika pasokan listrik utama PLN padam.
Wiliam Sabandar, mengaku masih berkoordinasi dengan PLN perihal keberadaan PLTD Senayan. Menurutnya, PLN menjanjikan PLTD Senayan sudah bisa difungsikan mulai Oktober 2019.
"PLTD Senayan itu memang akan diperuntukkan bagi MRT Jakarta, tapi saya dengar kemarin bahwa itu bukan PLTD hot standby," katanya.
Padahal, yang dibutuhkan MRT Jakarta adalah pasokan listrik yang langsung bisa disalurkan ketika pasokan dari pembangkit utama tersendat. Ia menjelaskan, ada perbedaan mendasar antara sistem pembangkit yang dibiarkan cold standby dengan hot standby.
"Cold standby itu dia baru dihidupkan pada saat listrik padam total. Nah itu butuh waktu," urainya.
Sedangkan sistem operasional MRT, otomatis akan terhenti begitu tidak ada pasokan listrik. Jika menunggu aliran dari pembangkit cadangan yang bersifat cold standby, maka mau tak mau MRT Jakarta harus menghentikan layanan.
"Untuk menghidupkan kembali butuh waktu, penumpang harus dievakuasi. Tapi kalau hot standby itu artinya dia akan beroperasi terus sehingga pada saat listrik [utama] mati, dia akan mengalirkan listrik tanpa sistem MRT berhenti," katanya.
"Saya minta bahwa itu dipastikan juga supaya dia [PLTD Senayan] meng-cover dalam situasi dua sistem utama down, dia bisa. Kalau enggak ya kita harus pikirkan listrik cadangan MRT," katanya.
(hoi/hoi) Next Article Asyik! Tahun Depan MRT Fatmawati-Taman Mini Mulai Dibangun
Most Popular