BMKG Beri Penjelasan Soal Kabar Megathrust Picu Gempa Besar

Redaksi, CNBC Indonesia
14 August 2019 06:15
Di seluruh dunia, gempa besar pasti didahului oleh serangkaian aktivitas gempa pendahuluan.
Foto: Rumah rusak akibat gempa bumi di Pandeglang, Banten, beberapa waktu lalu (Antara Foto/Asep Fathulrahman/ via REUTERS)
Jakarta, CNBC Indonesia - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan isu yang beredar terkait fenomena rentetan gempa bumi tektonik yang menandakan akan terjadi gempa besar. Di seluruh dunia, gempa besar pasti didahului oleh serangkaian aktivitas gempa pendahuluan.

Dilansir CNN Indonesia, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan BMKG dapat mengidentifikasi beberapa karakteristik aktivitas gempa pendahuluan.

"Pertama, gempa pendahuluan biasanya terjadi di zona dengan nilai 'B-value' rendah. Nilai 'B-value' rendah artinya di zona itu masih menyimpan tegangan yang tinggi, yang berpotensi terjadi gempa besar," kata Daryono dalam keterangan tertulis, Selasa (13/8/2019).

Daryono selanjutnya juga menjelaskan adanya fenomena percepatan di titik pusat gempa yang semakin cepat menuju titik inisiasi lokasi estimasi gempa utama. Selain itu ada juga gempa bumi yang berulang di zona subduksi yang sama.

"Di zona tersebut ada fenomena migrasi percepatan titik hiposenter yang semakin cepat menuju titik inisiasi lokasi estimasi gempa utama. Selain itu juga teridentifikasi adanya 'repeating earthquakes'. Cirinya gempa ini berulang-ulang dan terjadi di segmen tersebut," ujarnya.

Secara sederhana, Daryono mengatakan karakteristik kedua tersebut menunjukkan ada sebuah proses yang semakin lama semakin intensif sebelum muncul gempa utama (main shock).

"Aktivitas ini mirip kalau kita mau mematahkan kayu, perlahan-lahan ada retakan-retakan kecil sebelum benar-benar terpatahkan," katanya.

Sebelumnya, Daryono mengatakan hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya klaster yang mengalami peningkatan aktivitas seismik mencolok. Klaster tersebut adalah zona selatan Bali dan Banyuwangi, zona Cilacap dan Pangandaran, dan Selat Sunda.

Akan tetapi, ia mengingatkan rentetan gempa belum tentu merupakan gempa pendahuluan dari gempa besar utama.

"Satu hal yang penting diingat bahwa tidak semua klaster aktif akan berujung kepada terjadinya gempa besar, meskipun setiap gempa besar selalu di dahului oleh serangkaian aktivitas gempa pendahuluan," jelasnya.

Berdasarkan data, terdapat delapan gempa bumi di Busur Subduksi Sunda, mulai dari gempa di selatan Banten dengan kekuatan M 6,9 pada 2 Agustus 2019 hingga gempa di selatan Bali dan Banyuwangi dengan kekuatan M 4,9 pada 12 Agustus 2019.

Perinicannya adalah sebagai berikut:

1. 2 Agustus 2019 Gempa Selatan Banten M 6,9
2. 3 Agustus 2019 Gempa Sukabumi M 4,4
3. 9 Agustus 2019 Gempa Sumba M 4,3
4. 10 Agustus 2019 Gempa Tasikmalaya dan Pangandaran M 4,0
5. 10 Agustus 2019 Gempa Tasikmalaya dan Pangandaran M 5,1
6. 11 Agustus 2019 Gempa Pariaman M 5,2
7. 11 Agustus 2019 Gempa Selatan Selat Sunda M 5,1.
8. 12 Agustus 2019 Gempa Selatan Bali dan Banyuwangi M 4,9

[Gambas:Video CNBC]
(miq/sef) Next Article Bos BMKG Sebut Ada Potensi Gempa Megathrust Lebih dari M 8,0

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular