JK: PLTU Murah Tapi Rakyat Sakit karena Lingkungan
13 August 2019 13:58

Jakarta, CNBC Indonesia - Wakil Presiden Jusuf Kalla menyinggung lambatnya pengembangan energi bersih di Indonesia, utamanya pembangkit energi baru dan terbarukan.
Dalam gelaran 7th Indonesia International Geothermal Convention and Exhibition 2019, JK menuturkan, kalau bicara lingkungan, pembangkit listrik panas bumi dan air sangat bergantung pada hutan. Sehingga, ia berpesan untuk memperbaiki lingkungan.
"Begitu hutan rusak, di Kamojang, uap berkurang, begitu hutan rusak di Toba, maka air kurang. Jadi, energi baru terbarukan (EBT) perbaiki lingkungan, karena otomatis harus baik (lingkungannya)," ujar JK, di Jakarta, Selasa (13/8/2019).
Lebih lanjut, ia mengakui, memang pembangkit listrik energi bersih berbeda dengan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), yang memang lebih murah. Namun, tambah JK, ada biaya yang harus dibayar masyarakat.
"Memang harga lebih murah, tapi ada biaya yang harus dibayar rakyat. Rakyat sakit-sakit karena lingkungan dibanding harga energi bersih, (misalnya) dari listrik," tutur JK.
Untuk itu, imbuh JK lambatnya pengembangan energi bersih harus segera diperbaiki bersama-sama. RI 2 berpesan kepada PLN, Kementerian ESDM, dan asosiasi harus duduk bersama mempercepat realisasi target bauran energi 23% sampai 2025.
"2025 itu sisa 5-6 tahun lagi. Kalau 30 thn baru 8.000 MW, ini harus 2 kali lipat dalam 6 tahun, kalau tidak dicapai melanggar UU. Ini harus cepat dilaksanakan, apalagi bangun PLTP lebih lama dari PLTU atau diesel. Pemerintah sadari ini sehingga hargai upaya ini," pungkas JK.
[Gambas:Video CNBC]
(gus/gus)
Dalam gelaran 7th Indonesia International Geothermal Convention and Exhibition 2019, JK menuturkan, kalau bicara lingkungan, pembangkit listrik panas bumi dan air sangat bergantung pada hutan. Sehingga, ia berpesan untuk memperbaiki lingkungan.
"Begitu hutan rusak, di Kamojang, uap berkurang, begitu hutan rusak di Toba, maka air kurang. Jadi, energi baru terbarukan (EBT) perbaiki lingkungan, karena otomatis harus baik (lingkungannya)," ujar JK, di Jakarta, Selasa (13/8/2019).
Lebih lanjut, ia mengakui, memang pembangkit listrik energi bersih berbeda dengan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), yang memang lebih murah. Namun, tambah JK, ada biaya yang harus dibayar masyarakat.
"Memang harga lebih murah, tapi ada biaya yang harus dibayar rakyat. Rakyat sakit-sakit karena lingkungan dibanding harga energi bersih, (misalnya) dari listrik," tutur JK.
Untuk itu, imbuh JK lambatnya pengembangan energi bersih harus segera diperbaiki bersama-sama. RI 2 berpesan kepada PLN, Kementerian ESDM, dan asosiasi harus duduk bersama mempercepat realisasi target bauran energi 23% sampai 2025.
"2025 itu sisa 5-6 tahun lagi. Kalau 30 thn baru 8.000 MW, ini harus 2 kali lipat dalam 6 tahun, kalau tidak dicapai melanggar UU. Ini harus cepat dilaksanakan, apalagi bangun PLTP lebih lama dari PLTU atau diesel. Pemerintah sadari ini sehingga hargai upaya ini," pungkas JK.
[Gambas:Video CNBC]
Artikel Selanjutnya
JK Sebut PLN-Pertamina Sedang Lesu, Ada Apa?
(gus/gus)