Mimpi Jokowi, B20 Sukses Langsung Loncat ke B50
13 August 2019 10:57

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menekankan kepada para menteri Kabinet Kerja perihal mandatori penggunaan B20 yang sudah dilaksanakan sejak 2018 lalu.
Berbicara dalam rapat terbatas di Kantor Presiden, Jokowi bahkan meminta penggunaan B20 bisa ditingkatkan menjadi B30 pada Januari tahun depan, dan B50 di akhir 2020.
"Saya ingin agar B20 nanti pada Januari 2020 itu sudah pindah ke B30, dan selanjutnya nanti di akhir 2020 sudah meloncat lagi ke B50," kata Jokowi.
Keinginan Jokowi tak lepas dari upaya memitigasi langkah diskriminasi yang dilakukan Uni Eropa terhadap produk kepala sawit Indonesia. Diskriminasi tersebut mengancam ekspor kelapa sawit yang selama ini menjadi andalan untuk menopang perekonomian.
"Tekanan kepada kelapa sawit kita betul-betul saya kira perlu diantisipasi dari dalam negeri, sehingga benar-benar kita memiliki sebuah bargaining position yang baik," tegas Jokowi.
Tak hanya untuk penggunaan B20, Jokowi bahkan pernah mendengar kabar yang menyebutkan bahwa kepala sawit bisa menjadi bahan baku avtur. Menurutnya, ini bisa menjadi upaya untuk menekan angka defisit transaksi berjalan (CAD).
"Tolong ditekuni lagi lebih dalam sehingga kalau itu bisa, pertama mengurangi impor avtur kita sehingga defisit neraca perdagangan, defisit transaksi berjalan akan semakin baik," katanya.
"Kita harus sadar semuanya bahwa kita pada kondisi CPO tertekan oleh permintaan dunia. Sehingga semuannya harus komitmen yang sama, punya keingnan yang sama bahwa pasar domestik bisa mengatasi problem yang ada," katanya.
(gus)
Berbicara dalam rapat terbatas di Kantor Presiden, Jokowi bahkan meminta penggunaan B20 bisa ditingkatkan menjadi B30 pada Januari tahun depan, dan B50 di akhir 2020.
"Saya ingin agar B20 nanti pada Januari 2020 itu sudah pindah ke B30, dan selanjutnya nanti di akhir 2020 sudah meloncat lagi ke B50," kata Jokowi.
Keinginan Jokowi tak lepas dari upaya memitigasi langkah diskriminasi yang dilakukan Uni Eropa terhadap produk kepala sawit Indonesia. Diskriminasi tersebut mengancam ekspor kelapa sawit yang selama ini menjadi andalan untuk menopang perekonomian.
"Tekanan kepada kelapa sawit kita betul-betul saya kira perlu diantisipasi dari dalam negeri, sehingga benar-benar kita memiliki sebuah bargaining position yang baik," tegas Jokowi.
Tak hanya untuk penggunaan B20, Jokowi bahkan pernah mendengar kabar yang menyebutkan bahwa kepala sawit bisa menjadi bahan baku avtur. Menurutnya, ini bisa menjadi upaya untuk menekan angka defisit transaksi berjalan (CAD).
"Tolong ditekuni lagi lebih dalam sehingga kalau itu bisa, pertama mengurangi impor avtur kita sehingga defisit neraca perdagangan, defisit transaksi berjalan akan semakin baik," katanya.
"Kita harus sadar semuanya bahwa kita pada kondisi CPO tertekan oleh permintaan dunia. Sehingga semuannya harus komitmen yang sama, punya keingnan yang sama bahwa pasar domestik bisa mengatasi problem yang ada," katanya.
Artikel Selanjutnya
Pajak Karbon Solusi Mahalnya Biaya Implementasi Biodiesel?
(gus)