Morgan Stanley: Indonesia Paling Tak Terimbas Perang Dagang

Arif Gunawan, CNBC Indonesia
12 August 2019 13:51
Morgan Stanley menilai Indonesia termasuk yang
Foto: Morgan Stanley (REUTERS)
Jakarta, CNBC Indonesia-Perusahaan bank investasi global Morgan Stanley menilai Indonesia termasuk satu dari tiga negara Asia Pasifik yang "paling tidak terpangaruh"dampak perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China.

Dalam laporan risetnya berjudul "As Tariff Risks Escalate, Self-help Is Needed", Morgan Stanley menilai kenaikan tarif sebesar 10% antara dua negara dengan berperekonomian terbesar dunia tersebut akan menekan pertumbuhan ekonomi Asia Pasifik secepatnya pada awal tahun depan.

"Dalam pandangan kami, ada tiga grup di Asia: paling terekspose perang dagang: China, Hong Kong, Korsel, Taiwan, dan Singapura; agak terekspose: Malaysia dan Thailand, dan kurang terekspos: India, Indonesia, dan Filipina tulis Tim Ekonomi Morgan Stanley, dalam laporan tertanggal 5 Agustus 2019, yang dipublikasikan ke media Senin (12/8/2019).

Perusahaan investment bank asal AS tersebut mencatat gelombang pertama dampak perang dagang terlihat pada Juni dengan menurunnya nilai dan volume perdagangan di Asia, kecuali Jepang. Pertumbuhan ekonomi Kawasan ini diprediksi melemah menjadi 5% dari proyeksi semula 5,6% pada akhir tahun.

Untuk lolos dari risiko resesi-pelemahan pertumbuhan ekonomi sebanyak dua kuartal (double dip), Morgan Stanley merekomendasikan kebijakan moneter longgar putarsiklus (countercyclical). "Kami menilai kebijakan fiskal akan lebih efektif dan ada ruang lebih untuk itu," tulis Morgan Stanley.

Selain itu, tim ekonomi yang dipimpin Deyi Tan ini merekomendasikan negara-negara Asia Pasifik menurunkan tingkat utangnya dan mengurangi ketergantungan pembiayaan dari luar, serta mendorong produktivitas dalam jangka menengah.

"Jangan bergantung pada substitusi pasar dan relokasi aliran investasi asing langsung (foreign direct investment/FDI) untuk menekan risiko resesi. Perlu pertolongan diri lewat kebijakan moneter longgar putarsiklus, mengurangi risiko stabilitas makro, dan/atau reformasi struktural."

Indonesia Masih Tumbuh
Dalam laporan riset yang dirilis pada hari yang sama, Morgan Stanley menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal II-2019 sebesar 5% masih sejalan dengan ekspektasi. Konsumsi swasta dan rumah tangga masih tercatat tumbuh masing-masing 5,4% dan 8,2%.

Hanya saja, ekspor dan impor tertekan, masing-masing sebesar -1,8% dan -6,7% sebagai akibat dari perang dagang. Ekspor menyumbang 1 persen poin pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia.

"Kami melihat pertumbuhan PDB 2019/2020 sebesar 5%/5%. Risiko pertumbuhan datang dari eskalasi perang dagang AS-China. Fundamental struktural ekonomi Indonesia masih positif, ada keberlanjutan kebijakan menyusul putaran kedua pemerintahan Presiden Jokowi, dan kebijakan putarsiklus membantu memberikan penopang untuk pertumbuhan," tulis Morgan Stanley.

TIM RISET CNBC INDONESIA


(ags/ags) Next Article Lockdown Menjamur, Ekonomi Dunia Diprediksi Tumbuh Hanya 0,3%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular