
Kenapa Blok Cepu Bisa Disebut Sebagai Ladang Minyak Raksasa?
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
10 August 2019 17:03

Jakarta, CNBC Indonesia - Lokasi Blok Cepu berada di antara Kabupaten Blora provinsi Jawa Tengah dengan Bojonegoro provinsi Jawa Timur, kini jadi lokasi ladang minyak paling basah di Indonesia.
Apalagi, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebutkan adanya penemuan tambahan cadangan minyak pada Blok Cepu yang dikelola oleh ExxonMobil.
Direktur Operasi SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman mengatakan, setelah dilakukan analisis, ternyata terdapat tambahan cadangan minyak untuk Blok Cepu. Sehingga, produksi minyak dari blok yang dioperasikan ExxonMobil ini diperkirakan bisa digenjot dari posisi saat ini di 225 ribu barel per hari (bph).
"Dengan adanya ini (tambahan cadangan), produksi Blok Cepu bisa kami shoot menjadi 235 ribu bph," tutur Fatar.
Menurut Fatar, peningkatan produksi tersebut masih harus melalui uji produksi tingkat tinggi (high rate test/HRT) selama enam bulan yang diperkirakan akan berakhir maksimal pada November nanti.
Kendati demikian, imbuhnya, untuk peningkatan produksi sampai 235 ribu bph, masih harus ada pembahasan.
"Kalau mau dinaikkan lagi hingga 235 ribu bph, atau bahkan di-challenge sampai 250 ribu bph, kami lagi bicara dengan ExxonMobil," tutur Fatar.
Jika dilihat melalui kinerja angka, produksi Blok Cepu memang kini telah menyalip produksi Blok Rokan, yang sebelumnya didaulat menjadi blok terbesar di Indonesia yang produksinya hanya 190 bph. Kini, produksi Blok Cepu menjadi jadi tulang punggung produksi dan lifting (siap jual) minyak bumi nasional, bahkan bisa disebut "raksasa".
Sampai dengan semester I 2019, SKK Migas mencatat, sampai akhir semester I-2019, realisasi lifting minyak Blok Cepu sebesar 220 ribu bph. Produksi minyak Blok Cepu ini naik dibandingkan realisasi sampai akhir tahun lalu sebesar 209 ribu bph.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pun menyampaikan, angka tersebut lebih tinggi daripada yang ada di proposal pengembangan (PoD) yang disetujui di awal, yakni sebesar 165 ribu bph. Peningkatan produksi Blok Cepu ini juga bukan yang pertama kali.
Djoko Siswanto, yang kala itu masih menjabat sebagai Dirjen Migas pernah mengungkapkan, peningkatan produksi ini terjadi berkat pemasangan fasilitas alat pendingin (cooler) yang dilakukan ExxonMobil selaku operator Blok Cepu.
Fasilitas cooler, imbuh Djoko, paling tidak bisa mempertahankan produksi blok Cepu sesuai Rencana Program dan Anggaran (WP&B) sampai 2020.
ExxonMobil selaku operator pertama kali menemukan lapangan Banyu Urip dengan cadangan mencapai 450 juta barel. Mulai berproduksi pada 2008 dengan kapasitas 20 ribu barel sehari di 2009, dan terus naik sampai sekarang.
Tak hanya itu, pada 2011, ExxonMobil kemudian menemukan cadangan baru di lapangan Kedung Keris dan akan beroperasi penuh pada Kuartal III 2019 dengan proyeksi penambahan produksi sebesar 10 ribu bph.
Pada awal Desember 2018, cadangan Blok Cepu meningkat setelah operator melakukan pembaruan data seismik reprocessing guna meningkatkan gambaran di bawah permukaan tanah. Cadangan Lapangan Banyu Urip mengalami penambahan dari 729 juta barel menjadi 823 juta barel.
Kini, Blok Cepu didulat sebagai andalan utama lifting minyak nasional menggeser Blok Rokan yang hanya memproduksi rata-rata 190 ribu bph lantaran masuk dalam kategori mature.
Meski demikian, keduanya tetap merupakan tumpuan produksi dan lifting minyak nasional. Secara umum, total lifting migas sebesar 1,8 juta boepd itu dengan rincian, lifting minyak 752 ribu barel per hari (bopd) dan lifting gas 1,06 juta boepd. Target lifting migas 2019 diproyeksikan tercapai di semester II-2019, mengingat 9 dari 11 proyek yang akan mulai berproduksi (onstream) di kuartal tiga dan kuartal empat tahun 2019.
(hoi/hoi) Next Article Seminggu Berhenti, Kini Blok Cepu Beroperasi Kembali
Apalagi, Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyebutkan adanya penemuan tambahan cadangan minyak pada Blok Cepu yang dikelola oleh ExxonMobil.
Direktur Operasi SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman mengatakan, setelah dilakukan analisis, ternyata terdapat tambahan cadangan minyak untuk Blok Cepu. Sehingga, produksi minyak dari blok yang dioperasikan ExxonMobil ini diperkirakan bisa digenjot dari posisi saat ini di 225 ribu barel per hari (bph).
"Dengan adanya ini (tambahan cadangan), produksi Blok Cepu bisa kami shoot menjadi 235 ribu bph," tutur Fatar.
Menurut Fatar, peningkatan produksi tersebut masih harus melalui uji produksi tingkat tinggi (high rate test/HRT) selama enam bulan yang diperkirakan akan berakhir maksimal pada November nanti.
Kendati demikian, imbuhnya, untuk peningkatan produksi sampai 235 ribu bph, masih harus ada pembahasan.
"Kalau mau dinaikkan lagi hingga 235 ribu bph, atau bahkan di-challenge sampai 250 ribu bph, kami lagi bicara dengan ExxonMobil," tutur Fatar.
Jika dilihat melalui kinerja angka, produksi Blok Cepu memang kini telah menyalip produksi Blok Rokan, yang sebelumnya didaulat menjadi blok terbesar di Indonesia yang produksinya hanya 190 bph. Kini, produksi Blok Cepu menjadi jadi tulang punggung produksi dan lifting (siap jual) minyak bumi nasional, bahkan bisa disebut "raksasa".
Sampai dengan semester I 2019, SKK Migas mencatat, sampai akhir semester I-2019, realisasi lifting minyak Blok Cepu sebesar 220 ribu bph. Produksi minyak Blok Cepu ini naik dibandingkan realisasi sampai akhir tahun lalu sebesar 209 ribu bph.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pun menyampaikan, angka tersebut lebih tinggi daripada yang ada di proposal pengembangan (PoD) yang disetujui di awal, yakni sebesar 165 ribu bph. Peningkatan produksi Blok Cepu ini juga bukan yang pertama kali.
Djoko Siswanto, yang kala itu masih menjabat sebagai Dirjen Migas pernah mengungkapkan, peningkatan produksi ini terjadi berkat pemasangan fasilitas alat pendingin (cooler) yang dilakukan ExxonMobil selaku operator Blok Cepu.
Fasilitas cooler, imbuh Djoko, paling tidak bisa mempertahankan produksi blok Cepu sesuai Rencana Program dan Anggaran (WP&B) sampai 2020.
ExxonMobil selaku operator pertama kali menemukan lapangan Banyu Urip dengan cadangan mencapai 450 juta barel. Mulai berproduksi pada 2008 dengan kapasitas 20 ribu barel sehari di 2009, dan terus naik sampai sekarang.
Tak hanya itu, pada 2011, ExxonMobil kemudian menemukan cadangan baru di lapangan Kedung Keris dan akan beroperasi penuh pada Kuartal III 2019 dengan proyeksi penambahan produksi sebesar 10 ribu bph.
Pada awal Desember 2018, cadangan Blok Cepu meningkat setelah operator melakukan pembaruan data seismik reprocessing guna meningkatkan gambaran di bawah permukaan tanah. Cadangan Lapangan Banyu Urip mengalami penambahan dari 729 juta barel menjadi 823 juta barel.
Kini, Blok Cepu didulat sebagai andalan utama lifting minyak nasional menggeser Blok Rokan yang hanya memproduksi rata-rata 190 ribu bph lantaran masuk dalam kategori mature.
Meski demikian, keduanya tetap merupakan tumpuan produksi dan lifting minyak nasional. Secara umum, total lifting migas sebesar 1,8 juta boepd itu dengan rincian, lifting minyak 752 ribu barel per hari (bopd) dan lifting gas 1,06 juta boepd. Target lifting migas 2019 diproyeksikan tercapai di semester II-2019, mengingat 9 dari 11 proyek yang akan mulai berproduksi (onstream) di kuartal tiga dan kuartal empat tahun 2019.
(hoi/hoi) Next Article Seminggu Berhenti, Kini Blok Cepu Beroperasi Kembali
Most Popular