
Ini Jurus Agar RI Bisa Top Seperti China Soal Mobil Listrik
Efrem Siregar, CNBC Indonesia
09 August 2019 19:15

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Rosan Roeslani mengatakan kendaraan listrik sudah sangat diperlukan terutama di kota-kota besar seperti Jakarta. Tingkat polusi dan banyaknya volume kendaraan motor menjadi pertimbangan.
Ia optimistis program kendaraan listrik dapat berjalan sukses karena beberapa alasan. Salah satunya ketersediaan bahan baku yang menurutnya banyak di Indonesia.
"Raw material electric car di kita banyak. Lalu kita butuh sesuatu yang berkesinambungan untuk anak-cucu kita. Di Jakarta sudah ada yang komplain udaranya. Karena itu perlu ada kebijakan (dan) ini sudah ditandatangan oleh presiden," kata Rosan saat ditemui di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (9/8/2019).
Keberhasilan program kendaraan listrik juga dapat diukur berdasarkan dukungan masyarakat. Tidak ada salahnya memberikan kemudahan atau insentif kepada pengemudi.
"Misalnya dikasih insentif pajak, di mal nggak usah bayar (parkir), di mal atau gedung disediakan charge listrik, ganjil genap untuk motor atau mobil listrik tidak berlaku," ucapnya.
Contoh lain yang bisa didorong menurut Rosan adalah dengan menyarankan pengemudi ojek online memakai kendaraan listrik. Dari hal kecil seperti ini, Rosan yakin Indonesia dapat menjadi pemimpin di sektor kendaraan listrik.
Untuk investor, ia mengatakan sudah banyak pelaku usaha yang tertarik untuk pengembangan mobil listrik.
"Saya dapat informasi dari Kementerian Perindustrian, banyak perusahaan ingin masuk ke industri manufaktur kendaraan listrik ini. Tapi kebijakannya harus pro green economy," katanya.
Saat ditanya mengenai insentif yang diperlukan industri, ia mengatakan tax holiday masih menjadi contoh yang bisa diterapkan.
"Salah satu (insentif) tax holiday, mungkin perlu dikasih insentif lain lagi. TKDN juga bisa tinggi kalau electric car bisa dibangun di Indonesia. Untuk lithium, raw material banyak. Di Morowali sudah dibangun," katanya.
Namun, di luar apa yang disebut oleh Rosan, yang tak kalah penting adalah soal harga kendaraan listrik yang terjangkau. Insentif memang jadi kuncinya, seperti yang telah dilakukan oleh pemerintah China, mobil listrik di sana dapat subsidi Rp200 juta per unit.
Berdasarkan laporan WEF, penjualan kendaraan listrik mencapai 1,3 juta unit di China pada 2018, setara 4% dari total penjualan mobil di Negeri Tirai Bambu yang mencapai 28 juta unit. Sedangkan AS saja di bawah 2% dan Uni Eropa hanya 3%.
(hoi/hoi) Next Article Terdepan, Penjualan Mobil Listrik Cs China Tembus 2 Juta Unit
Ia optimistis program kendaraan listrik dapat berjalan sukses karena beberapa alasan. Salah satunya ketersediaan bahan baku yang menurutnya banyak di Indonesia.
"Raw material electric car di kita banyak. Lalu kita butuh sesuatu yang berkesinambungan untuk anak-cucu kita. Di Jakarta sudah ada yang komplain udaranya. Karena itu perlu ada kebijakan (dan) ini sudah ditandatangan oleh presiden," kata Rosan saat ditemui di Hotel Borobudur, Jakarta, Jumat (9/8/2019).
Keberhasilan program kendaraan listrik juga dapat diukur berdasarkan dukungan masyarakat. Tidak ada salahnya memberikan kemudahan atau insentif kepada pengemudi.
"Misalnya dikasih insentif pajak, di mal nggak usah bayar (parkir), di mal atau gedung disediakan charge listrik, ganjil genap untuk motor atau mobil listrik tidak berlaku," ucapnya.
Contoh lain yang bisa didorong menurut Rosan adalah dengan menyarankan pengemudi ojek online memakai kendaraan listrik. Dari hal kecil seperti ini, Rosan yakin Indonesia dapat menjadi pemimpin di sektor kendaraan listrik.
Untuk investor, ia mengatakan sudah banyak pelaku usaha yang tertarik untuk pengembangan mobil listrik.
"Saya dapat informasi dari Kementerian Perindustrian, banyak perusahaan ingin masuk ke industri manufaktur kendaraan listrik ini. Tapi kebijakannya harus pro green economy," katanya.
Saat ditanya mengenai insentif yang diperlukan industri, ia mengatakan tax holiday masih menjadi contoh yang bisa diterapkan.
"Salah satu (insentif) tax holiday, mungkin perlu dikasih insentif lain lagi. TKDN juga bisa tinggi kalau electric car bisa dibangun di Indonesia. Untuk lithium, raw material banyak. Di Morowali sudah dibangun," katanya.
Berdasarkan laporan WEF, penjualan kendaraan listrik mencapai 1,3 juta unit di China pada 2018, setara 4% dari total penjualan mobil di Negeri Tirai Bambu yang mencapai 28 juta unit. Sedangkan AS saja di bawah 2% dan Uni Eropa hanya 3%.
(hoi/hoi) Next Article Terdepan, Penjualan Mobil Listrik Cs China Tembus 2 Juta Unit
Most Popular