
Waduh, Harga Barang China Jatuh Pertama Kali Dalam Tiga Tahun
Wangi Sinintya Mangkuto, CNBC Indonesia
09 August 2019 16:05

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga barang pabrikan China menyusut untuk pertama kalinya dalam tiga tahun terakhir. Hal ini memicu kekhawatiran akan adanya deflasi dan memberikan tekanan pada Beijing untuk memberikan lebih banyak stimulus saat keadaan ekonomi melemah ditengah perang perdagangan dengan Amerika Serikat (AS).
Biro Statistik Nasional (NBS) mengatakan Indeks harga produsen (PPI) China pada Juli 2019, turun 0,3% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Itu adalah kontraksi pertama secara tahunan sejak Agustus 2016, meskipun indeks telah turun secara berurutan selama dua bulan terakhir.
"Lemahnya permintaan mulai berdampak pada ekspektasi di sisi produksi," kata analis Zou Qiang dari Everbright Pramerica Fund Management sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (09/08/2019).
Ia memperkirakan kontraksi harga akan memburuk dalam beberapa bulan mendatang. Mengingat adanya pengetatan di sektor properti dan upaya regulator untuk mengendalikan risiko utang.
Industri China mengalami penurunan harga pabrik paling tajam, termasuk ekstraksi migas, kertas dan pembuatan produknya. Bahkan, masing-masing turun 8,3% dan 7,1% dibandingkan tahun sebelumnya.
Perusahaan pemrosesan energi, seperti kilang minyak dan produsen bahan kimia juga mengalami penurunan harga. Harga untuk beberapa bahan bangunan utama, seperti tulangan penguat baja juga melemah akibat suhu tinggi dan terhambatnya proyek karena hujan.
Dengan permintaan yang melambat di dalam dan luar negeri, produsen China harus memotong harga untuk mempertahankan pangsa pasar. Termasuk, menekan margin keuntungan dan menghambat investasi baru yang diperlukan untuk mengembalikan perekonomian.
Di sisi lain, turunnya harga minyak mentah, bijih besi dan bahan baku lainnya juga berperan dalam melemahnya ekonomi Beijing. Sebelumnya, ekonomi China akan mengalami perlambatan paling buruk dalam 27 tahun terakhir.
[Gambas:Video CNBC]
Biro Statistik Nasional (NBS) mengatakan Indeks harga produsen (PPI) China pada Juli 2019, turun 0,3% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Itu adalah kontraksi pertama secara tahunan sejak Agustus 2016, meskipun indeks telah turun secara berurutan selama dua bulan terakhir.
"Lemahnya permintaan mulai berdampak pada ekspektasi di sisi produksi," kata analis Zou Qiang dari Everbright Pramerica Fund Management sebagaimana dilansir Reuters, Jumat (09/08/2019).
Ia memperkirakan kontraksi harga akan memburuk dalam beberapa bulan mendatang. Mengingat adanya pengetatan di sektor properti dan upaya regulator untuk mengendalikan risiko utang.
Industri China mengalami penurunan harga pabrik paling tajam, termasuk ekstraksi migas, kertas dan pembuatan produknya. Bahkan, masing-masing turun 8,3% dan 7,1% dibandingkan tahun sebelumnya.
Perusahaan pemrosesan energi, seperti kilang minyak dan produsen bahan kimia juga mengalami penurunan harga. Harga untuk beberapa bahan bangunan utama, seperti tulangan penguat baja juga melemah akibat suhu tinggi dan terhambatnya proyek karena hujan.
Dengan permintaan yang melambat di dalam dan luar negeri, produsen China harus memotong harga untuk mempertahankan pangsa pasar. Termasuk, menekan margin keuntungan dan menghambat investasi baru yang diperlukan untuk mengembalikan perekonomian.
Di sisi lain, turunnya harga minyak mentah, bijih besi dan bahan baku lainnya juga berperan dalam melemahnya ekonomi Beijing. Sebelumnya, ekonomi China akan mengalami perlambatan paling buruk dalam 27 tahun terakhir.
[Gambas:Video CNBC]
Next Page
Inflasi Konsumen Naik
Pages
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular