Ngeri, India Punya 22 Kota Paling Berpolusi di Dunia

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
09 August 2019 14:25
Ngeri, India Punya 22 Kota Paling Berpolusi di Dunia
Foto: Seorang pria berjalan di depan Gerbang India diselimuti kabut asap di New Delhi, India, 29 Oktober 2018. REUTERS / Anushree Fadnavis
Jakarta, CNBC Indonesia - Jakarta kembali menjadi kota dengan tingkat polusi terburuk versi aplikasi Air Visual, Jumat (9/8/2019). Indeks kualitas udara (Air Quality Index/ AQI) Jakarta berada di angka 169 atau tidak sehat.

Namun ternyata, parahnya ibu kota, tidak berarti apa-apa jika dibandingkan dengan India. Mengutip laporan The Guardian dan CNN International, sebanyak 22 kota di India masuk dalam 30 daftar kota paling berpolusi sedunia, dengan tujuh kota menduduki peringkat 10 teratas.

Gurugram, sebuah kota yang terletak 30 km barat daya dari ibu kota India, New Delhi, memiliki tingkat polusi terburuk secara global pada 2018. Ini menurut penelitian yang dipublikasikan oleh AirVisual dan Greenpeace.


New Delhi, ibu kota India yang memiliki lebih dari 20 juta penduduk, berada pada peringkat 11 kota paling berpolusi, di depan Dhaka, Bangladesh, dan Kabul di Afghanistan. Yeb Sano, direktur eksekutif Greenpeace Asia Tenggara, dalam sebuah pernyataan, menyebut polusi telah merugikan baik dari segi ekonomi maupun kesehatan.

"Polusi udara mencuri mata pencaharian dan masa depan kita," katanya sebagaimana dikutip Al Jazeera. "Selain kehilangan nyawa manusia, diperkirakan ada kerugian dalam sektor tenaga kerja global mencapai 225 miliar dolar, dan triliunan di biaya pengobatan,".

Pengukuran AirVisual dan Greenpeace didasarkan pada jumlah partikel PM2.5 di puluhan ribu stasiun pemantauan kualitas udara di seluruh dunia. PM2.5 adalah partikel yang memiliki diameter kurang dari 2,5 mikrometer, yaitu sekitar 3% diameter rambut manusia.


Lauri Myllyvirta, seorang analis senior untuk Unit Polusi Udara Global Greenpeace, mengatakan ada berbagai faktor yang menyebabkan udara di seluruh Asia Selatan cukup buruk. Sumbernya terbesar antara lain emisi rumah tangga, industri dan transportasi.

"Banyak rumah tangga di Asia Selatan mengandalkan bahan bakar padat, kadang-kadang biomassa, seringkali batu bara, untuk memasak dan memanaskan makanan ... dan seringkali ada kota-kota dengan industri skala besar dengan kontrol emisi yang buruk," jelasnya dalam kutipan yang sama.

Myllyvirta juga mengaitkan kepadatan populasi Asia Selatan yang tinggi sebagai faktor lain penyebab buruknya kualitas udara di kawasan itu. Asia Selatan memiliki kepadatan populasi tertinggi di Asia, yang merupakan benua terpadat di dunia.

[Gambas:Video CNBC]
Di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Narendra Modi, India telah berfokus untuk mencatatkan pertumbuhan ekonomi dalam upaya untuk meningkatkan lapangan kerja dan menyeret jutaan orang keluar dari kemiskinan.
 
Tetapi para kritikus menuduh pemerintahannya gagal mengatasi masalah lingkungan secara memadai, termasuk polusi udara, dan mengkritik Program Udara Bersih Nasional (NCAP) New Delhi yang baru-baru ini dibuat. Mereka menyebutnya tidak memadai.
 
“Kami membutuhkan langkah-langkah sepanjang tahun pada skala nasional,” kata Jyoti Pande Lavakare, presiden dan salah seorang pendiri LSM Care for Air India yang berbasis di Delhi.
 
Ia menambahkan perlu untuk membuat bahan bakar yang lebih bersih untuk transportasi bermotor, menghapus subsidi pada bahan bakar kotor, menegakkan kontrol ketat pada pembakaran limbah terbuka dan mengurangi emisi industri.
 
Mengutip laporan World Economic Forum (WEF), Bank Dunia memperkirakan bahwa polusi udara merugikan India setara dengan 8,5% dari produk domestik bruto (PDB). Di saat ekonomi diperkirakan akan tumbuh pesat, peningkatan industrialisasi yang akan terjadi dapat memperburuk polusi.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular