
Di Balik Redupnya Minyak RI, Masih Ada Mimpi 1 Juta Barel
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
09 August 2019 11:54

Jakarta, CNBC Indonesia - Industri migas di Indonesia kini tak lagi menjadi primadona. Bahkan, hal tersebut pun diakui oleh pelaku industrinya sendiri.
"Harus disadari, industri minyak, utamanya di sektor hulu, memang tidak lagi menjadi primadona," ujar Direktur Indonesia Petroleum Association (IPA) Nanang Abdul Manaf, di Jakarta, Kamis (8/8/2019).
Hal ini pun tak luput dari perhatian Presiden Joko Widodo (Widodo). Ketika menyampaikan pidatonya di Kongres V PDI Perjuangan, Kamis (8/8/2019), ia menyebutkan, kejayaan industri minyak dan komoditas lainnya sudah usai.
"Kejayaan minyak dan kayu sudah selesai, kejayaan komoditi SDA sudah hampir selesai, fondasi kita ke depan percayalah SDM kita yang berkualitas," ujar Jokowi.
Kendati demikian, hal itu tidak memadamkan mimpi RI untuk mencetak produksi minyak mencapai satu juta barel per hari di 2030 mendatang. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bercita-cita untuk mengembalikan kejayaan minyak Indonesia.
Direktur Operasi SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman mengatakan, pihaknya tengah mencari cara untuk dapat merealisasikan target produksi tersebut.
"Ini tantangan bagi para kontraktor migas (KKKS) untuk mencari penemuan besar," ujar Fatar saat dijumpai di Jakarta, Kamis (8/8/2019).
Lebih lanjut, ia mengatakan, untuk meningkatkan produksi dan lifting minyak Indonesia, ada beberapa cara yang bisa dilakukan, yakni dengan fasilitas Enhance Oil Recovery (EOR), workover sumur, dan juga penemuan cadangan migas raksasa.
"Hampir 60% lapangan kita itu mature. Makanya, untuk meningkatkan produksi dan lifting caranya dengan mempercepat onstream production, EOR dan workover," kata Fatar.
Di sisi lain, sebelumnya, SKK Migas mengungkapkan adanya temuan cadangan migas raksasa. Melalui pusat data Indonesia Oil and Gas Institute (IOGI), SKK Migas mampu memetakan potensi cadangan minyak dan gas besar di Indonesia.
"Dari pemetaan tersebut, IOGI mengevaluasi lebih lanjut 19 cekungan produksi yang memiliki 126 proven plays dan mendapatkan potensi sumber daya 'yet to find' sebesar 8,3 miliar setara barel minyak (boe)," tutur Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, Selasa (30/4/2019).
Seperti halnya penemuan cadangan gas yang signifikan di Wilayah Kerja Sakakemang, Sumatra Selatan. Dwi menuturkan, ditemukannya blok tersebut tidak terlepas dari hasil evaluasi SKK Migas dalam memetakan sepuluh area potensial giant discovery.
Selain Sumatra Selatan, lanjutnya, masih terdapat sembilan area potensial giant discovery lainnya yang berlokasi di Sumatra Utara, Sumatra Tengah, Tarakan Offshore, North East Java-Makassar Strait, Kutai Offshore, Buton Offshore, Northern Papua, Bird Body Papua, dan Warim Papua.
Selain itu, hasil evaluasi menunjukkan terdapat lima cekungan yang berpotensi menemukan giant and significant discovery, yaitu Cekungan Sumatra Utara, Sumatra Selatan, North East Java, Kutai, dan Pre-Tertiary Passive Margin.
"Indonesia masih berpeluang menemukan paling tidak dua giant fields dengan masing-masing sumberdaya di tempat sebesar 770 juta boe," imbuhnya.
Dwi menambahkan, secara konkrit, kontribusi yang diberikan bukan hanya melalui analisis seperti 'yet to find', tetapi juga melalui Yearly Indonesia Upstream Oil and Gas Outlook, publikasi berkala setiap semester, focus group discussion, dan benchmarking tools yang dapat diberikan kepada para pemangku kepentingan.
(gus/gus) Next Article Kejayaan Minyak Selesai, Tapi RI Mimpi Produksi 1 Juta Barel
"Harus disadari, industri minyak, utamanya di sektor hulu, memang tidak lagi menjadi primadona," ujar Direktur Indonesia Petroleum Association (IPA) Nanang Abdul Manaf, di Jakarta, Kamis (8/8/2019).
"Kejayaan minyak dan kayu sudah selesai, kejayaan komoditi SDA sudah hampir selesai, fondasi kita ke depan percayalah SDM kita yang berkualitas," ujar Jokowi.
Kendati demikian, hal itu tidak memadamkan mimpi RI untuk mencetak produksi minyak mencapai satu juta barel per hari di 2030 mendatang. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) bercita-cita untuk mengembalikan kejayaan minyak Indonesia.
Direktur Operasi SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman mengatakan, pihaknya tengah mencari cara untuk dapat merealisasikan target produksi tersebut.
"Ini tantangan bagi para kontraktor migas (KKKS) untuk mencari penemuan besar," ujar Fatar saat dijumpai di Jakarta, Kamis (8/8/2019).
Lebih lanjut, ia mengatakan, untuk meningkatkan produksi dan lifting minyak Indonesia, ada beberapa cara yang bisa dilakukan, yakni dengan fasilitas Enhance Oil Recovery (EOR), workover sumur, dan juga penemuan cadangan migas raksasa.
"Hampir 60% lapangan kita itu mature. Makanya, untuk meningkatkan produksi dan lifting caranya dengan mempercepat onstream production, EOR dan workover," kata Fatar.
Di sisi lain, sebelumnya, SKK Migas mengungkapkan adanya temuan cadangan migas raksasa. Melalui pusat data Indonesia Oil and Gas Institute (IOGI), SKK Migas mampu memetakan potensi cadangan minyak dan gas besar di Indonesia.
"Dari pemetaan tersebut, IOGI mengevaluasi lebih lanjut 19 cekungan produksi yang memiliki 126 proven plays dan mendapatkan potensi sumber daya 'yet to find' sebesar 8,3 miliar setara barel minyak (boe)," tutur Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, Selasa (30/4/2019).
Seperti halnya penemuan cadangan gas yang signifikan di Wilayah Kerja Sakakemang, Sumatra Selatan. Dwi menuturkan, ditemukannya blok tersebut tidak terlepas dari hasil evaluasi SKK Migas dalam memetakan sepuluh area potensial giant discovery.
Selain Sumatra Selatan, lanjutnya, masih terdapat sembilan area potensial giant discovery lainnya yang berlokasi di Sumatra Utara, Sumatra Tengah, Tarakan Offshore, North East Java-Makassar Strait, Kutai Offshore, Buton Offshore, Northern Papua, Bird Body Papua, dan Warim Papua.
Selain itu, hasil evaluasi menunjukkan terdapat lima cekungan yang berpotensi menemukan giant and significant discovery, yaitu Cekungan Sumatra Utara, Sumatra Selatan, North East Java, Kutai, dan Pre-Tertiary Passive Margin.
"Indonesia masih berpeluang menemukan paling tidak dua giant fields dengan masing-masing sumberdaya di tempat sebesar 770 juta boe," imbuhnya.
Dwi menambahkan, secara konkrit, kontribusi yang diberikan bukan hanya melalui analisis seperti 'yet to find', tetapi juga melalui Yearly Indonesia Upstream Oil and Gas Outlook, publikasi berkala setiap semester, focus group discussion, dan benchmarking tools yang dapat diberikan kepada para pemangku kepentingan.
![]() |
(gus/gus) Next Article Kejayaan Minyak Selesai, Tapi RI Mimpi Produksi 1 Juta Barel
Most Popular