Devaluasi Yuan Bisa Perparah CAD RI, Kenapa?

Syahrizal Sidik, CNBC Indonesia
08 August 2019 19:16
Devaluasi mata uang yuan akan berdampak pada kian membanjirnya produk impor asal China ke Indonesia
Foto: Ilustrasi Yuan (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Jakarta, CNBC Indonesia - Devaluasi mata uang yuan akan berdampak pada kian membanjirnya produk impor asal China ke Indonesia. Kondisi ini dikhawatirkan pengusaha karena berpotensi membuat neraca perdagangan kian 'boncos'.

Secara mengejutkan, Bank Sentral China pada Senin ini (5/8/2019), menetapkan nilai tengah kurs yuan sebesar CNY 6,922/US$ yang merupakan terendah sejak 3 Desember 2018. Sementara pada akhir perdagangan kemarin kurs yuan ditutup pada level CNY 7,03/US$ yang merupakan posisi paling lemah sejak Maret 2008.

Presiden Direktur Sucor Asset Management Jemmy Paul Wawointana berpendapat, dengan melemahnya nilai tukar yuan, maka ada ruang bagi keran impor dari Negeri Tirai Bambu kian deras. Hal ini jelas bisa memperlebar defisit neraca perdagangan.

Data Badan Pusat Statistik menunjukkan, pada kuartal II-2019, neraca perdagangan Indonesia mengalami defisit sebesar US$ 1,87 miliar. Defisit tersebut lebih dalam ketimbang kuartal II-2018 yang sebesar US$ 1,45 miliar. Penyebab utama memburuknya perdagangan Indonesia adalah harga komoditas ekspor utama yang terus berada dalam tren penurunan.

"Iya (memperlebar defisit), kalau impor makin banyak, pemerintah harus membuat kebijakan agar impor tidak semudah arus modal masuk dan keluar," kata Jemmy, saat memaparkan Market Update 2019 di Jakarta, Kamis (8/8/2019).

Hal ini sudah terindikasi dari berbagai platform e-commerce daring yang bisa membeli barang langsung yang dikirim dari China, bahkan, untuk beberapa barang bisa mendapatkan gratis ongkos kirim.



Bagi konsumen perorangan bisa menggunakan fasilitas bebas masuk untuk barang dari China asal harga barang tidak lebih dari US$75 dalam satu hari. Kebijakan ini berlaku sejak September 2018. Artinya, konsumen yang membeli barang senilai kurang dari US$ 75 (Rp 1.072.500; asumsi kurs Rp 14.300/US$) tidak akan dikenakan pajak.

Kombinasi antara kemudahan, bebas pajak, dan harga murah akibat devaluasi yuan akan semakin mendorong minat konsumen untuk belanja barang-barang langsung dari China.

Pada saat yang bersamaan, kata Jemmy, dengan yuan yang lebih murah, ada indikasi ekspor Indonesia ke China akan terkoreksi, karena permintaan produk asal Indonesia seperti komoditas minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO), batu bara akan berkurang, karena China harus membeli lebih mahal.

"Demand dari China akan menurun dibandingkan sebelumnya. Karena itu perlu diversifikasi negara tujuan ekspor," tandas Jemmy.

[Gambas:Video CNBC]










(sef) Next Article Perang Rusia-Ukraina Bawa Untung Buat Yuan China, Kok Bisa?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular