
Jokowi Sebut Kejayaan Minyak RI Selesai, Benarkah?
Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
08 August 2019 16:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Presiden Joko Widodo kembali menekankan lagi pentingnya pembangunan sumber daya manusia (SDM) untuk menggenjot ekonomi Indonesia.
Ia sempat menyinggung, kejayaan minyak dan komoditas lainnya sudah selesai.
"Sekali lagi, pentingnya sumber daya manusia bagi sebuah pembangunan. Oleh sebab itu, setelah 5 tahun setelah fokus pada infrastruktur, 5 tahun ke depan fokus pada SDM. Kejayaan minyak dan kayu sudah selesai, kejayaan komoditi SDA sudah hampir selesai, fondasi kita ke depan percayalah SDM kita yang berkualitas," ujar Jokowi, di Kongres V PDI Perjuangan di Bali, Kamis (8/8/2019).
Benarkah kejayaan minyak sudah padam?
Direktur Indonesia Petroleum Association (IPA) Nanang Abdul Manaf tidak menampik hal itu. Ia mengatakan, memang, harus disadari, industri minyak, utamanya di sektor hulu, tidak lagi menjadi primadona.
"Untuk itu, kita harus kompetitif untuk bisa datangkan investor. Improve aturan-aturannya," ujar Nanang saat dijumpai di Jakarta, Kamis (8/8/2019).
Pasalnya, lanjut Nanang, investor itu tidak punya loyalitas. Apabila ada pilihan yang lebih menarik, pasti akan lebih memilih pilihan tersebut.
"Kita itu berkompetisi dengan negara lain yang ingin investor datang dengan dana besar. Malaysia, Filipina, Thailand, dan Myanmar juga mengharapkan investor datang. Di sini kita berhadapan dengan aturan, investor kan inginnya satu payung dari pusat ke daerah, tidak berbelit, sehingga fokusnya cari minyak," tuturnya.
"Saya yakin pemerintah sudah sederhanakan aturan, tapi kan investor bisa memilih ketika di tempat lain lebih atraktif mereka bisa pilih yang lebih mudah. Kita harus sadari ini," tambahnya.
Adapun, ditemui di kesempatan yang sama, Direktur Operasi SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman mengatakan, pihaknya tengah mencari cara untuk dapat merealisasikan target produksi minyak mencapai 1 juta barel per hari,
"Ini tantangan bagi para kontraktor migas (KKKS) untuk mencari penemuan besar," pungkasnya.
Apalagi, sebelumnya, SKK Migas mengungkapkan adanya temuan cadangan migas raksasa. Melalui pusat data Indonesia Oil and Gas Institute (IOGI), SKK Migas mampu memetakan potensi cadangan minyak dan gas besar di Indonesia.
"Dari pemetaan tersebut, IOGI mengevaluasi lebih lanjut 19 cekungan produksi yang memiliki 126 proven plays dan mendapatkan potensi sumber daya 'yet to find' sebesar 8,3 miliar setara barel minyak (boe)," tutur Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, Selasa (30/4/2019).
Seperti halnya penemuan cadangan gas yang signifikan di Wilayah Kerja Sakakemang, Sumatra Selatan. Dwi menuturkan, ditemukannya blok tersebut tidak terlepas dari hasil evaluasi SKK Migas dalam memetakan sepuluh area potensial giant discovery.
Selain Sumatra Selatan, lanjutnya, masih terdapat sembilan area potensial giant discovery lainnya yang berlokasi di Sumatra Utara, Sumatra Tengah, Tarakan Offshore, North East Java-Makassar Strait, Kutai Offshore, Buton Offshore, Northern Papua, Bird Body Papua, dan Warim Papua.
Selain itu, hasil evaluasi menunjukkan terdapat lima cekungan yang berpotensi menemukan giant and significant discovery, yaitu Cekungan Sumatra Utara, Sumatra Selatan, North East Java, Kutai, dan Pre-Tertiary Passive Margin.
"Indonesia masih berpeluang menemukan paling tidak dua giant fields dengan masing-masing sumberdaya di tempat sebesar 770 juta boe," imbuhnya.
(gus/gus) Next Article Saat Jokowi Sebut Kejayaan Minyak RI Sudah Padam
Ia sempat menyinggung, kejayaan minyak dan komoditas lainnya sudah selesai.
"Sekali lagi, pentingnya sumber daya manusia bagi sebuah pembangunan. Oleh sebab itu, setelah 5 tahun setelah fokus pada infrastruktur, 5 tahun ke depan fokus pada SDM. Kejayaan minyak dan kayu sudah selesai, kejayaan komoditi SDA sudah hampir selesai, fondasi kita ke depan percayalah SDM kita yang berkualitas," ujar Jokowi, di Kongres V PDI Perjuangan di Bali, Kamis (8/8/2019).
Benarkah kejayaan minyak sudah padam?
Direktur Indonesia Petroleum Association (IPA) Nanang Abdul Manaf tidak menampik hal itu. Ia mengatakan, memang, harus disadari, industri minyak, utamanya di sektor hulu, tidak lagi menjadi primadona.
"Untuk itu, kita harus kompetitif untuk bisa datangkan investor. Improve aturan-aturannya," ujar Nanang saat dijumpai di Jakarta, Kamis (8/8/2019).
Pasalnya, lanjut Nanang, investor itu tidak punya loyalitas. Apabila ada pilihan yang lebih menarik, pasti akan lebih memilih pilihan tersebut.
"Kita itu berkompetisi dengan negara lain yang ingin investor datang dengan dana besar. Malaysia, Filipina, Thailand, dan Myanmar juga mengharapkan investor datang. Di sini kita berhadapan dengan aturan, investor kan inginnya satu payung dari pusat ke daerah, tidak berbelit, sehingga fokusnya cari minyak," tuturnya.
"Saya yakin pemerintah sudah sederhanakan aturan, tapi kan investor bisa memilih ketika di tempat lain lebih atraktif mereka bisa pilih yang lebih mudah. Kita harus sadari ini," tambahnya.
Adapun, ditemui di kesempatan yang sama, Direktur Operasi SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman mengatakan, pihaknya tengah mencari cara untuk dapat merealisasikan target produksi minyak mencapai 1 juta barel per hari,
"Ini tantangan bagi para kontraktor migas (KKKS) untuk mencari penemuan besar," pungkasnya.
Apalagi, sebelumnya, SKK Migas mengungkapkan adanya temuan cadangan migas raksasa. Melalui pusat data Indonesia Oil and Gas Institute (IOGI), SKK Migas mampu memetakan potensi cadangan minyak dan gas besar di Indonesia.
"Dari pemetaan tersebut, IOGI mengevaluasi lebih lanjut 19 cekungan produksi yang memiliki 126 proven plays dan mendapatkan potensi sumber daya 'yet to find' sebesar 8,3 miliar setara barel minyak (boe)," tutur Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto, Selasa (30/4/2019).
Seperti halnya penemuan cadangan gas yang signifikan di Wilayah Kerja Sakakemang, Sumatra Selatan. Dwi menuturkan, ditemukannya blok tersebut tidak terlepas dari hasil evaluasi SKK Migas dalam memetakan sepuluh area potensial giant discovery.
Selain Sumatra Selatan, lanjutnya, masih terdapat sembilan area potensial giant discovery lainnya yang berlokasi di Sumatra Utara, Sumatra Tengah, Tarakan Offshore, North East Java-Makassar Strait, Kutai Offshore, Buton Offshore, Northern Papua, Bird Body Papua, dan Warim Papua.
Selain itu, hasil evaluasi menunjukkan terdapat lima cekungan yang berpotensi menemukan giant and significant discovery, yaitu Cekungan Sumatra Utara, Sumatra Selatan, North East Java, Kutai, dan Pre-Tertiary Passive Margin.
"Indonesia masih berpeluang menemukan paling tidak dua giant fields dengan masing-masing sumberdaya di tempat sebesar 770 juta boe," imbuhnya.
![]() |
(gus/gus) Next Article Saat Jokowi Sebut Kejayaan Minyak RI Sudah Padam
Most Popular